Hari itu Imam Shadiq as sedang berbicara tentang tauhid dan murid-murid beliau dengan penuh khidmat mendengar penjelasannya. Tiba-tiba seseorang dari murid beliau berkata, "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar).
Imam Shadiq as kemudian bertanya kepadanya, "Apa maksud Allah Maha Besar? Dari sudut pandang mana Allah Maha Besar?"
Muridnya itu berkata, "Allah lebih besar dari segala sesuatu."
Imam Shadiq as menjelaskan, "Dengan definisi yang engkau sebutkan itu mengenai Allahu Akbar, pada dasarnya engkau telah membatasi Allah Swt. Karena engkau telah membandingkan-Nya dengan sesuatu."
Murid Imam Shadiq as menyerah dan bertanya, "Lalu bagaimana seharusnya saya memaknai Allahu Akbar?"
Imam Shadiq as menjawab, "Makna Allahu Akbar itu Allah Maha Besar dari apa yang disifatkan kepada-Nya.(1)
Seorang lagi dari muridnya bertanya, "Apa arti dari ayat ini "Kullu Syaiin Halikun Illa Wajhahu" (QS. Qashas: 88)?"
Sebelum menjawab pertanyaan itu, Imam Shadiq as terlebih dahulu bertanya, "Bagaimana masyarakat memaknai ayat ini?"
Orang yang bertanya tadi berkata, "Masyarakat memaknainya "Segala sesuatu akan musnah kecuali wajah Allah"."
Imam Shadiq as berkata, "Maha suci Allah dari penisbatan ini. Karena yang dimaksud dengan "Wajah Allah dalam ayat ini adalah jalan yang dipakai oleh manusia menuju Allah (agama Allah) yang dimanfaatkan oleh manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah."(2) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Catatan:
1. Bab Ma'ani al-Asma..., hadis 8, 1/117.
2. Bab Jawami' at-Tauhid, Bab an-Nawadir, hadis 1, 1/143.
source : http://indonesian.irib.ir/