Mengucapkan selamat buat perkara-perkara yang layak untuk didoakan dan diucapkan keselamatannya merupakan salah satu ciri khas keindahan lisan. Tidak sia-sia bila dalam pembahasan akhlak masalah ini mendapatkan perhatian.
Namun pada saat yang sama, mengucapkan selamat tidak pada tempatnya dan tidak perlu, khususnya untuk kezaliman dan para pelakunya merupakan sesuatu yang tercela dan dilarang.
Dinukil dari Muhammad bin Muslim:
"Di Madinah, saat kami berada di sisi Imam Baqir as, beliau tahu bahwa masyarakat sedang melewati depan rumahnya secara berkelompok-kelompok menuju ke sebuah arah.
Imam Baqir as kepada salah satu sahabatnya bertanya, "Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Sahabat itu menjawab, "Penguasa baru untuk Madinah telah ditetapkan dan masyarakat berbondong-bondong menyambutnya dan mengucapkan selamat kepadanya.
Kemudian Imam Baqir as berkata, "Sekarang, setiap laki-laki pergi mengucapkan selamat untuk perkara yang tidak bernilai dan penguasa yang hina, padahal yang demikian ini merupakan pintu dari pintu-pintu jahannam." (Wasail as-Syiah, jilid 12, hal 153) (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Sumber: Donya-ye Zaban; 190 Gonah Zaban, Kareem Feizi, Qom, Tahzib, 1386, cetakan ke-4.