Islam memandang laki-laki dan perempuan bukan ukuran kemuliaan seseorang, sebab hal itu tidak ditentukan oleh gender. Keutamaan dan kemuliaan Ahlul Bait tidak terbatas hanya pada laki-laki saja, wanita-wanita keluarga Nabi juga memiliki keutamaan tinggi. Di antara wanita suci Ahlul Bait adalah Sayidah Fathimah Zahra as, putri Nabi, Sayidah Zainab Kubra dan Fathimah Maksumah. Ketiga wanita suci ini terkenal karena ketakwaan, ibadah, keluasan ilmu dan akhlaknya. Mereka menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang sejarah.
Tanggal 10 Rabiul Tsani, bertepatan dengan hari wafatnya wanita suci Ahlul Bait as, Sayidah Fatimah Maksumah as, putri Imam Musa Kazim as serta saudari Imam Ali Ridha as. Beliau termasuk anggota keluarga Ahlul Bait as yang memiliki kemuliaan tinggi dari anak-anak Imam Musa as, setelah saudaranya Imam Ridha. Bukti kemuliaan wanita suci ini dapat ditelusuri dari penghormatan tinggi para Imam maksum dan pemuka Islam. Manusia-manusia suci dan ulama besar Islam banyak memuji serta menyebutkan keutamaan Sayidah Maksumah as.
Imam Shadiq as sudah sekian tahun yang lalu memberitahukan tentang kelahiran Sayidah Maksumah. Beliau bersabda: "Akan meninggal dan dikuburkan seorang perempuan dari salah seorang keturunanku yang namanya adalah Fatimah putri Musa, seorang perempuan yang dengan syafaatnya pada hari kiamat, seluruh pengikut syiah akan masuk sorga".
Sayidah Maksumah dibesarkan di rumah cahaya dan sumber keilmuan. Dari sisi keimuan dan spiritualitas, Sayidah Maksumah berhasil mencapai derajat tinggi. Hal ini disebabkan beliau mendapat didikan dari ayahnya, Imam Musa Kazim dan saudaranya, Imam Ali Ridha. Oleh karena itu, beliau cepat meraih kesempurnaan dan posisi spiritual yang tinggi khususnya di bidang ilmu dan makrifah. Sejak usia kanak-kanak, Sayidah Maksumah telah menunjukkan kecerdasaan dan keluasan ilmunya. Di usia tersebut beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan agama dari umat Islam ketika sang ayah tidak berada di rumah.
Sayidah Maksumah merupakan figur mulia yang menjalani kehidupan sesuai dengan al-Quran dan ajaran Islam. Beliau memiliki kedudukan tinggi dari sisi kesempurnaan manusia, karena mengisi kehidupan dengan kecintaan kepada Allah Swt dan senantiasa menjalankan ajaran Islam. Mengenai kesalehan dan ketakwaan Sayidah Maksumah, Imam Ridha as menyebut saudarinya Maksumah yang berarti wanita yang bersih dari dosa.
Sayidah Maksumah dipanggil dengan berbagai gelar, salah satunya adalah gelar Muhadisah, yang berarti salah satu wanita yang meriwayatkan hadis. Hadis-hadis yang beliau riwayatkan mendapat posisi tinggi di kalangan ulama dan dipercaya. Sepanjang hidupnya, Sayidah Maksumah sangat gigih memperjuangkan dan mempertahankan wilayah Ahlul Bait as. Hal ini menunjukkan wawasan luas beliau terhadap kondisi zamannya, karena saat itu pemerintah Abbasiyah memberlakukan kondisi yang sangat ketat khususnya terhadap Ahlul Bait dan pengikutnya.
Di era dinasti Bani Abbasiyah, aksi penyiksaan dan penjara-penjara menakutkan membuat umat tidak dapat mengakses Imam Kazim as. Di era kepemimpinan Imam Ridha as, juga tidak boleh dilupakan peran Sayidah Maksumah dalam menjelaskan posisi Imamah Ahlul Bait kepada umat Islam. Ketika itu, Sayidah Maksumah giat berjuang mengokohkan pondasi Imamah di tengah masyarakat dengan menjelaskan sejumlah hadis yang berkaitan dengan wilayah Ahlul Bait.
Di antara hadis yang diriwayatkan Sayidah Maksumah adalah Hadis Manzilah yang menjelaskan posisi Imam Ali as. Di hadis ini dijelaskan bahwa kedudukan Imam Ali terhadap Nabi Saw, seperti posisi Harun bagi Nabi Musa as. Beliau juga menjelaskan peristiwa penting di Ghadir Khum untuk mencegah umat Islam tersesat dan lalai dari amanat Nabi kepada mereka.
Beliau juga senantiasa mengingatkan umat terkait jawaban Imam Ridha as soal usulan Khalifah Makmun kepada Imam ini. Makmun dalam makarnya mengusulkan posisi Putra Mahkota kepada Imam Ridha as, sebuah usulanyang bersifat makar dan tipu daya. Hal ini tak lebih dimaksudkan Makmun untuk meredam perlawanan para pengikut Ahlul Bait as. Imam Ridha saat menjawab usulan Makmun mengatakan, jika khilafah merupakan hakmu tidak seharusnya kamu melimpahkannya kepada orang lain, namun jika bukan hakmu, mengapa kamu menyebut dirimu khalifah umat Islam dan menentukan putra mahkota (Wali Ahd).
Sayidah Maksumah mengingatkan kembali peristiwa tersebut demi menyadarkan masyarakat bahwa kepemimpinan terhadap umat Islam merupakan hak keluarga suci Nabi. Oleh karena itu, selanjutnya sejarah mencatat perjuangan besar Sayidah Maksumah dalam mengokohkan Imamah Ahlul Bait khususnya di saat masalah kepemimpinan tengah dirongrong oleh konspirasi musuh.
Sayidah Maksumah berhijrah dari Madinah menuju Marv di Iran untuk menjumpai saudaranya, Imam Ridha as. Rombongan Sayidah Maksumah yang tengah menuju Marv mendapat sambutan hangat masyarakat. Selama perjalanan beliau memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan keutamaan Ahlul Bait kepada masyarakat.
Hal inilah yang membuat antek-antek Bani Abbasiyah memburu rombongan Sayidah Maksumah. Ketika rombongan ini sampai di kota Saveh, mereka diserang oleh pasukan Makmun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikut beliau di peperangan tak seimbang ini gugur syahid. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas inisiatif Sayidah Maksumah, rombongan kemudian menuju kota Qom.
Tokoh dan ulama Qom yang mendengar kedatanganSayidah Maksumah langsung keluar menyambut rombongan keluarga Nabi ini. Wanita suci ini tak lebih dari 17 hari hidup di Qom, beliau akhirnya menghembuskan nafasnya akibat penyakit yang beliau derita pada tanggal 10 Rabiul Tsani 201 H.
Hingga kini, keberadaan Sayidah Maksumah yang sangat singkat di kota Qom mendatangkan berkah yang cukup besar. Kini, setelah berlalu berabad-abad, makam Sayidah Maksumah di Qom, diziarahi ribuan bahkan jutaan orang dari segala penjuru dunia. Makam Sayidah Maksumah di Qom menebarkan berkah bagi kota suci ini, dan berkembangnya Hauzah ilmiah. Para pemikir dan pencinta Ahlul Bait dari berbagai negara dunia mengunjungi kota suci Qom untuk menuntut ilmu-ilmu Islam. Kota ini selanjutnya menjadi tempat para peziarah para pecinta Ahlul Bait as. Di kota ini kemudian muncul Pusat Pendidikan Agama (Hauzah Ilmiah) besar di dunia Islam.
Hauzah ilmiah Qom dewasa ini menjadi benteng pertahanan yang menjaga, melestarikan dan mengembangkan ilmu-ilmu Islam. Bahkan dengan berjalannya waktu Hauzah Ilmiah Qom telah melahirkan berbagai ulama dan ilmuwan Islam terkemuka.(IRIB Indonesia)
source : indonesian.irib.ir