Mengkaji posisi dan maqam Sayidah Fathimah az-Zahra as sebagai penghulu wanita di mata Rasulullah Saw, ayahnya dan begitu juga di hadapan Imam Ali as, suaminya akan memberikan gambaran ketinggian pribadi yang disebut Ummul Aimmah atau ibu para Imam as ini. Sayidah Fathimah as memiliki maqam yang tinggi di mata suaminya dan kisah berikut ini dapat menggambarkan hal itu.
Suatu hari ada seorang yang lapar mengetuk pintu rumah Imam Ali as dan meminta bantuan kepada pemilik rumah. Pada waktu Imam Ali as menyampaikan permintaan orang miskin yang dalam keadaan lapar itu kepada istrinya, Sayidah Fathimah as dalam bentuk puisi. Dalam puisinya itu, Imam Ali as mengingatkannya untuk membantu orang yang lapar ini.
Sayidah Fathimah az-Zahra as menjawab puisi suaminya dengan empat baris puisi juga:
اَمرُکَ سَمعٌ یَابنَ عَمٌ وَ طاعَةُ
ما بی مِن لُومٍ وَ لا ضاعَةُ
اُطعِمُهُ وَ لا اُبالی الساعَةَ
اَرجُو اِذاً اَشبَعتُ مِن مُجاعَة
Amruka Sam'un Yabna ‘Ammi Wa Thaa'athun
Maa Bii Min Laumin Wa Laa Dha'ah
Ath'imuhu Wa Laa Ubaali as-Saa'ah
Arjuu Idzan Asyba'tu Min Muja'ah
Aku menaati perintahmu, wahai anak pamanku
Aku tidak akan menegur dan merasa kehilangan
Aku memberinya makan dan tidak memikirkan diriku
Aku ingin berkorban di jalan Allah dengan perut lapar. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Nahj al-Hayah, hadis 103, hal 186.
source : indonesian.irib.ir