Beberapa hari berlalu, pria itu tidak pergi menemui Rasulullah Saw. Hatinya tidak enak dan tidak bisa berdiri dengan tegak. Ia telah berbuat dosa dan malu menghadap Rasulullah Saw menyatakan taubat dan meminta maaf. Tiba-tiba ada sesuatu yang terbersit di benaknya. Ia kemudian keluar dari rumah dan seperti menanti sesuatu, ia berdiri di dekat rumah Ali bin Abi Thalib as. Pria ini tahu benar betapa Rasulullah Saw sangat mencintai kedua cucunya; Hasan dan Husein.
Pria itu tetap menanti dan beberapa waktu kemudian ia mendengar suara tawa mereka. Ia begitu gembira dan tidak melepaskan matanya dari pintu rumah. Akhirnya penantiannya berbuah hasil, kedua cucu Rasulullah itu keluar dari rumah sambil tertawa dan kemudian berlari di gang. Pria itu seperti tidak mau kalah, ia juga berlari mengejar mereka. Setelah mendekati keduanya, ia berkata, "Wahai cucu Rasul! Berhentilah sebentar, ada yang saya ingin sampaikan kepada kalian."
Mereka berdiri dan memandang orang yang berbicara itu. Pria itu maju dan berkata, "Apakah kalian bersedia kupanggul di pundakku?"
Hasan dan Husein as merasa takjub dengan permintaan orang itu, tapi mereka tidak berkata apa-apa. Akhirnya pria itu meletakkan keduanya di pundaknya dan mulai berjalan ke arah masjid. Semakin mendekati masjid, hatinya semakin berdetak keras. Ia gembira tapi sekaligus takut. Ketika melihat Rasulullah Saw, nafasnya tertahan, tapi tetap bergerak ke depan. Nabi Saw lebih dahulu mengucapkan salam kepadanya. Orang itu semakin merasa malu dan menundukkan kepalanya.
Dengan kepala masih tertunduk ia berkata, "Wahai Rasulullah! Saya berlindung kepada kedua cucumu ini dari perbuatan buruk yang kulakukan. Tolong ampuni aku demi kedua cucumu!"
Rasulullah Saw tersenyum begitu melihat kedua cucunya.
Pria itu meletakkan keduanya dengan penuh hormat. Kemudian keduanya bergerak menuju Rasul Allah dan Nabi Saw dengan tangan terbuka menerima dan mendekap mereka. Setelah itu beliau berkata, "Karena keduanya, aku memaafkan kesalahanmu. Semoga Allah Swt ridha kepadamu."
Mendengar ucapan Nabi Saw, pria itu baru bisa bernafas lega dan kemudian bibirnya tersenyum. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.
source : indonesian.irib.ir