Ketika wahyu turun kepada Nabi Muhammad Saw, beliau menyampaikannya tanpa kurang dan lebih kepada masyarakat. Ayat-ayat ilahi itu menjadi embun yang menyejukkan hati, menenangkan pikiran dan menguatkan langkah, serta merekatkan tali persaudaraan dan membimbing manusia menuju kesempurnaan akhlak yang mulia. Pasca wafatnya Rasulullah Saw, umat Islam tercerai-berai dan terpecah-belah menjadi beberapa kelompok.
Sejarah pasang surut Islam menunjukkan bahwa perpecahan antarmazhab dan kelompok serta bangsa-bangsa Muslim menjadi persoalan pelik yang dihadapi umat Islam sejak dahulu kala hingga kini. Betapa banyak kerugian akibat perpecahan tersebut. Padahal, agama Islam sangat menekankan untuk menjaga persatuan dan menjauhi perpecahan. Allah swt dalam al-Qurat surat al-Hujurat ayat 10 berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah bersaudara. Sebab iman yang ada telah menyatukan hati mereka. Maka damaikanlah antara kedua saudara kalian demi menjaga hubungan persaudaraan seiman. Jagalah diri kalian dari azab Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dengan harapan Dia akan memberi kalian rahmat berkat ketakwaan kalian."
Persatuan menjadi tali yang mengikat dan menguatkan umat Islam. Jika tali ini putus, maka keharmonisan pun sirna dan ketentraman umat pun lenyap. Menarik kiranya untuk mengkaji dampak positif persatuan dalam pandangan al-Quran. Kitab ilahi ini memandang terciptanya keamanan dan ketentraman sosial dan politik sebagai dampak dari persatuan. Dalam surat Ali-Imrat ayat 103, Allah swt berfirman, "Berpegang teguhlah kepada agama Allah dan tetaplah bersatu. Janganlah berbuat sesuatu yang mengarah kepada perpecahan. Renungkanlah karunia Allah yang diturunkan kepada kalian pada masa jahiliah, ketika kalian masih saling bermusuhan. Saat itu Allah menyatukan hati kalian melalui Islam, sehingga kalian menjadi saling mencintai. Saat itu kalian berada di jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dengan Islam. Dengan penjelasan yang baik seperti itulah, Allah selalu menerangkan berbagai jalan kebaikan untuk kalian tempuh."
Berdasarkan ayat ini, perpecahan merupakan sumbu pemicu perang dan pertumpahan darah. Di sisi lain, al-Quran juga menjelaskan dampak kontruktif dari persatuan terhadap penguatan pilar-pilar masyarakat dan terjaganya stabilitas sosial. Ketika sengketa dan perselisihan di tengah masyarakat berhasil diselesaikan, maka hati setiap orang semakin dekat dengan yang lain, dan barisan umat pun semakin kuat. Sehingga tidak ada peluang bagi musuh untuk membenamkan pengaruhnya di tengah masyarakat.Terkait hal ini, Al-Quran surat al-Anfal ayat 46 menjelaskan, "Tinggalkanlah perselisihan dan pertikaian yang membuat kalian tercerai berai dan lemah. Bersabarlah dalam menghadapi segala kesulitan dan rintangan dalam peperangan. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar dengan memberi dukungan, peneguhan dan belaan yang baik.
Al-Quran memandang faktor penyebab kekacauan dalam masyarakat adalah adanya perselisihan yang tidak bisa diredam dan diselesaikan antaranggotanya. Salah satu faktor pemersatu dalam Islam adalah adanya tujuan bersama. Untuk itulah, al-Quran menyerukan kepada kaum mulimin supaya mengimani Islam secara total dan menjalankan kewajiban serta meninggalkan larangannya. Dalam ajaran Islam, terdapat banyak persamaan yang menyatukan pengikut mazhab yang berbeda-beda.Saat ini seluruh umat Islam memiliki persamaan pandangan dalam banyak permasalahan, terutama dalam pilar-pilar agama Islam seperti ketauhidan dan Kenabian Muhammad Saw.
Rasulullah Saw memandang persatuan umat sebagai sumber kebaikan, sebaliknya perpecahan adalah sumber kesengsaraan.Terkait hal ini Rasulullah Saw bersabda, "Persatuan adalah kebaikan dan perpecahan adalah siksaan". Nabi Muhammad Saw melarang umatnya untuk saling bermusuhan dan memutuskan hubungan persaudaraan. Bahkan beliau sangat mengecam orang yang memutuskan tali silaturahmi antarsesama muslim lebih dari tiga hari. Ketika berada di masjid al-Khaif, beliau mengajak umat Islam untuk menjaga persaudaraan. Islam memandang sama seluruh manusia, apapun ras dan etnisnya. Rasulullah Saw bersabda, "Sesunguhnya orang-orang mukmin bersaudara, darah (ras) mereka setara, saling bahu-membahu (melengkapi) dan mereka adalah satu tangan atas selain mereka".(Kulaini, Ushul Kafi, jilid 1, halaman.333)
Dalam kesempatan lain, Rasulullah Saw mengungkapkan perumpamaan umat Islam dalam persaudaraan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh manusia, dimana saat satu darinya merasa sakit, anggota yang lainnya pun akan merasakan sakit pula. Di bagian lain, Nabi Muhammad Saw mengumpamakan umat Islam bagaikan anak-anak (gigi) sisir yang rata dan setara. Beliau berkata, "Kaum muslimin adalah setara seperti gigi-gigi sisir. (Majlisi, Bihar Al-Anwar, jilid, 97, halaman.72.)
Dewasa ini kehadiran lebih dari 1,5 milyar muslim yang tersebar di seluruh penjuru dunia, terutama di negara-negara Islam, termasuk Iran menjadi lonceng ancaman bagi kekuatan hegemonik global. Sejak kemunculan Islam lebih dari seribu empat ratus tahun lalu, persatuan Islam senantiasa menjadi benteng dalam menghadapi berbagai konspirasi musuh yang tidak pernah surut menyerang umat Islam dengan berbagai cara sejak dahulu kala hingga kini.
Salah satu yang dilancarkan musuh untuk memecah belah persatuan Islam adalah menciptakan kelompok takfiri yang telah menumpahkan darah Muslim tidak berdosa di berbagai negara seperti Afghanistan, Pakistan, Irak, Suriah, Yaman, dan berbagai negara lainnya. Diabaikannya prinsip Islam yang menekankan persatuan sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran, fanatisme buta, bersandar pada pandangan yang menolak logika dan argumentasi filosofis serta bertumpu pada cara-cara kekerasan; merupakan sejumlah karakter kelompok takfiri yang mendapat dukungan finansial dan militer sejumlah negara Arab serta Barat untuk menciptakan perselisihan dan pertumpahan antar sesama umat Islam.
Persatuan Muslim di seluruh dunia merupakan cita-cita suci dan utama dalam Islam yang memiliki akar dalam al-Quran dan Sunnah. Untuk mewujudkan tujuan agung tersebut, umat Islam dari seluruh dunia harus kembali menggalang persatuan berdasarkan prinsip agama, dengan mengedepankan persamaan antarberbagai mazhab dan bukan mencari perbedaaannya yang kecil. Selain itu menghindari berbagai perpecahan dan perselisihan dalam masalah-masalah cabang.
Bapak Republik Islam Iran, Imam Khomeini menegaskan perintah paling jelas dalam al-Quran mengenai urgensi persatuan, "Islam memerintahkan,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا"
Semua bersama-sama, seluruh lapisan bersatu dengan bersandar pada tali (agama) Allah. Semua harus menunaikannya demi Allah yang Maha Besar, pelanggaran terhadap aturan ilahi ini termasuk kejahatan dan dosa. Aturan Islam menyatakan bahwa semua harus berpegang teguh terhadap tali Allah... bangsa-bangsa dan negara-negara jika ingin mencapai kemenangan dan mewujudkan tujuan Islam di segala bidang demi mencapai kebahagian umat manusia, maka harus berpegang teguh dengan tali Allah, menghindari perselisihan dan menaati perintah Allah swt".(IRIB Indonesia/PH)
source : Irib Indonesia