Menurut Kantor Berita ABNA, Konferensi Internasional Gerakan Ekstrimisme dan Takfiri dalam Pandangan Ulama Islam yang berlangsung di kota Qom, Republik Islam Iran selama dua hari ahad-senin [ 23-24/11] yang dihadiri 350 ulama dari 80 negara juga diikuti oleh sejumlah ulama dan guru besar dari Indonesia. Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.A, guru besar di bidang Ilmu Hadits yang juga menjabat sebagai Dekan Fak. Ushuluddin UIN Alauddin Makassar termasuk diantara delegasi Indonesia yang hadir. Ulama yang memegang amanah sebagai sekretaris Komisi Fatwa MUI Sul-Sel ini karena agenda konferensi yang padat sulit ditemui oleh reporter ABNA untuk melakukan wawancara.
Wawancara yang berhasil diambil berikut adalah melalui wawancara tertulis via surat elektronik. Ditengah kesibukan menyelesaikan program akhir tahun karena juga mendapat amanah sebagai Ketua Umum BKPRMI SulSel, Guru Besar Ilmu Hadits ini akhirnya memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Berikut hasil wawancara dengan tokoh Muhammadiyah untuk masa periode 2010-2015 menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan:
Bagaimana tanggapan Bapak terhadap Iran dengan kehadiran Bapak langsung di negara ini, baik sebagai sebuah Republik Islam maupun sebagai negara yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah?
Eksistensi negara Iran sebagai negara Islam yang mengalami embargo dari AS dan sekutunya pada awalnya mengandung kesan "sandiwara" tetapi dengan waktu yang begitu lama disertai dengan gejolak di Timur Tengah yang menurut dugaan saya ini adalah bentuk kolonialisme modern dari negara adidaya menjadikan kesan sandiwara tersebut mulai hilang. Bahkan, kedatangan Duta Besar Iran beberapa kali ke Makassar, baik ke MUI SULSEL maupun ke UIN Alauddin Makassar menjelaskan tentang makar yang dilakukan oleh AS cs serta kedatangan saya melihat langsung kondisi di Qum Iran. Untuk itu, Iran sebagai sebuah negara yang berdaulat seharusnya didukung agar dunia Islam dapat bersatu menjadi adidaya baru. Perbedaan mazhab, selama tidak keluar dari prinsip dasar dalam Islam, terutama Tuhan yang satu (Allah), Muhammad Saw. sebagai Rasul, Al Quran dan Hadis Nabi sebagai pedoman hidup, hari akhir pasti adanya, adalah sesama saudara seiman (QS. Al Hujurat:10). Mari belajar dari peristiwa Hijraturrasul yg mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Pandangan Bapak mengenai isu yang menyebut Iran itu hanya hendak menghancurkan umat Islam dari dalam dan Syiah itu bukan bagian dari Islam?
Seperti saya kemukakan sebelumnya, maka saya berkeyakinan bahwa yang namanya isu biasanya tidak benar. Andaikan Iran mau menghancurkan Islam dari dalam maka Iran tidak diembargo oleh Amerika tetapi semestinya didukung. Saya kira sudah ada keputusan komprehensi sebelumnya tentang pengakuan Syiah sebagai bagian dari Islam. Tentu, sekte yang mengaku bagian dari Syiah maupun di Sunni selalu saja ada yang menyesatkan. Hal yang seperti ini selalu ada dalam setiap komunitas masyarakat atau golongan.
Selalu sering diisukan sebagian orang, bahwa di Iran terjadi kezaliman atau ketidakadilan terhadap warga Iran yang bermazhab Sunni? Apakah Bapak melihat hal yang demikian?
Saya hanya bisa menyampaikan yang saya lihat bahwa itu tidak benar, bahkan kehadiran kami di Iran justru merasakan pengawalan yang super ketat agar tidak ada yang mengganggu dan tetap dalam keamanan yg terkendali. Justeru sebaliknya yang kami rasakan kalau pemeritah Iran yang khawatir kalau orang-orang Sunni, terutama tamu resminya ada yang terganggu keamanan dan kenyamanannya.
Menurut Bapak, tujuan mereka yang sampai saat ini tetap menghembuskan isu-isu perbedaan Sunni-Syiah harus dipertentangkan dan Syiah bukanlah bagian dari Islam apa? Dan siapa dalang di balik itu?
Menurut saya, tujuan mereka adalah untuk mengadu domba umat Islam agar tidak bersatu. Sebab, jika umat Islam bersatu, maka Islam bisa menjadi kekuatan yg tidak tertandingi, adidaya baik dari sisi sumber daya insani maupun sumber daya alam. Saya kira ini dilakukan oleh kelompok "Khawarij Modern" yang didalangi oleh kelompok yang ingin terus menguasai dunia.
Menurut Bapak, apa tujuan Iran melakukan konferensi yang menghadirkan sedemikian banyak ulama lintas mazhab ini? Apa bisa dikatakan bahwa ini hanya bentuk pencitraan Iran agar bisa diakui sebagai bagian dari umat Islam?
Saya menilai hal ini sangat positif untuk memulai rekonsiliasi bagi dunia Islam, terutama Sunni dan Syiah agar kembali sadar bahwa selama ini kita diadu domba oleh kelompok yang tidak ingin Islam dan dunia Islam kembali jaya.
Manfaat konferensi ini sendiri bagi umat Islam apa?
Mempererat Silaturrahim internasional. Membuka kesadaran dunia Islam akan kekhilafan dan keteledoran selama ini dalam mengenali musuh sesungguhnya.
Menurut Bapak, apa yang bisa dipelajari dari Bangsa Iran?
Komitmen membangun bangsa dan menjaga marwah [kehormatan] Islam dengan kekuatan sendiri, terutama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan nilai-nilai Al-Quran dan Hadis Nabi.
Apa pesan Bapak kepada umat Islam Indonesia terkait akan pentingnya persatuan Islam?
Saya ingin mengajak semua komponen umat Islam, khususnya di Indonesia untuk membangun persatuan dan memupuk persaudaran sesama Muslim apapun mazhabnya. Hentikan segala bentuk kecurigaan dan saling mencela apalagi saling mengkafirkan.
Terimakasih atas jawaban dan waktu bapak.
Sama-sama, minta maaf jawabannya terlambat dan singkat-singkat saja karena disibukkan dengan agenda penyelesaian program akhir tahun 2014.
source : www.abna.ir