Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Mekah dan Madinah Bukan Milik Kerajaan Saudi

Menurut Kantor Berita ABNA, mengenai sejumlah peristiwa terkini yang sedang berkembang di Arab Saudi, mulai dari pelecehan terhadap peziarah Baitullah al Haram asal Iran yang menyusul pelarangan sementara otoritas Iran terhadap warganya untuk melakukan umrah serta agresi militer Arab Saudi atas Yaman, Majma Jahani Ahlul Bait mengadakan diskusi sehari yang menghadirkan Ayatullah Dr. Mahdi Hadi Tehrani, anggota dewan syura Majma Jahani Ahlul Bait sebagai pembicara. Acara ini terselenggara di Qom R
Mekah dan Madinah Bukan Milik Kerajaan Saudi

Menurut Kantor Berita ABNA, mengenai sejumlah peristiwa terkini yang sedang berkembang di Arab Saudi, mulai dari pelecehan terhadap peziarah Baitullah al Haram asal Iran yang menyusul pelarangan sementara otoritas Iran terhadap warganya untuk melakukan umrah serta agresi militer Arab Saudi atas Yaman, Majma Jahani Ahlul Bait mengadakan diskusi sehari yang menghadirkan Ayatullah Dr. Mahdi Hadi Tehrani, anggota dewan syura Majma Jahani Ahlul Bait sebagai pembicara. Acara ini terselenggara di Qom Republik Islam Iran rabu [15/4].

Anggota Dewan Syura Majma Jahani Ahlul Bait  diawal pembicaraannya menyinggung kondisi terkini yang sedang terjadi di kawasan. Beliau mengatakan, “Jika menengok sejarah, Iran sebelum revolusi Islam adalah Negara yang paling memberi keuntungan bagi Barat. Mereka menganggap Iran akan selalu menjadi pendukung bagi kepentingan-kepentingan mereka dan tidak pernah timbul dalam prediksi mereka, Iran kelak akan menjadi musuh dan penghalang terbesar bagi kepentingan mereka di kawasan.”

Ayatullah Hadi Teherani lebih lanjut mengatakan, “Namun pasca revolusi Islam Iran dan keluarnya Iran dari koalisi Arab yang pro AS dan Barat, Iran kemudian menjadi duri bagi mereka. Israel yang sebelumnya mendapat banyak manfaat dengan kekuasaan rezim Syah akhirnya gigit jari dengan perubahan drastis yang terjadi di Iran.”

“Revolusi Islam di Iran menghidupkan syiar agama. Meskipun yang tampak adalah syiar-syiar Islam namun manfaat dari revolusi di Iran adalah untuk semua kaum musthadafien diseluruh dunia. Oleh karena itu musuh revolusi berusaha mengidentikkan bahwa revolusi yang dikobarkan di Iran adalah revolusi Syiah yang hanya akan memberi keuntungan bagi Syiah saja.” tambahnya.

“Yang ditunjukkan dalam revolusi Islam Iran adalah pembelaan terhadap musthadafien. Dan Iran telah menunjukkannya dengan memberikan pembelaan, dukungan dan bantuan kepada Negara-negara yang tertindas meskipun itu ideologinya berbeda dengan Iran. Sementara di dalam negeri Iran sendiri, selama 3 dasawarsa, aturan dan hukum Iran menunjukkan mampu mengayomi semua kelompok dan golongan yang ada, baik diantara agama maupun mazhab yang berbeda-beda. Iran mampu membuat firqah-firqah yang ada bersatu dan bekerjasama membangun negeri.” lanjutnya lagi.

Mengenai pengaruh revolusi Islam Iran terhadap dunia internasional, Ayatullah Hadi Tehrani mengatakan, “Revolusi Islam Iran menjadi sampel perjuangan. Kita lihat pengaruhnya yang sedemikian besar pada tahun-tahun terakhir. Dengan terjadi kebangkitan rakyat disejumlah Negara muslim yang menentang kediktatoran dan keotoriteran rezim, dan menuntut adanya perubahan nasib.”

Pengaruh Revolusi Islam Iran di Dunia Islam

Ayatullah Hadi Tehrani masih mengenai pengaruh revolusi Islam Iran bagi Negara muslim lainnya memberi contoh pengatuh tersebut memberi perubahan di Tunisia. Sebagaimana diketahui Tunisia dibawah kekuasaan Zainal Abidin bin Ali lebih banyak memberi manfaat bagi kepentingan negara Perancis dibanding kesejahteraan rakyatnya sendiri. Dengan kekuasaan ala militer Rezim Ben Ali menjadikan Tunisia yang mayoritas muslim tidak bercirikan negara Islam sama sekali dengan adanya aturan-aturan yang mengucilkan dan mengerdilkan aturan Islam seperti pelarangan penggunaan jilbab bagi perempuan dan pembatasan dakwah dan pengajaran Islam, termasuk melarang penyelenggaraan shalat Jum'at di tempat terbuka.

“Saya pernah mengunjungi Tunisia, baik masih dimasa rezim Ben Ali maupun pasca revolusi. Sewaktu mengunjunginya dimasa Ben Ali, saya tampak asing dan seolah-olah berada di negeri Barat yang tidak mengenal Islam, namun dalam kunjungan kedua saya pasca terjadinya revolusi, subhanallah, ada perbedaan yang sangat kontras yang saya temui. Saya melihat rakyat Tunisia begitu bangga menampakkan keislamannya dan kecenderungannya mempelajari Islam yang merupakan agamanya, sangat besar.” tambahnya.

Beliau melanjutkan lagi, “Pasca revolusi Tunisia saya melihat kecenderungan yang besar rakyat Tunisia untuk mengamalkan ajaran Islam di semua sisinya, baik dalam politik, ekonomi maupun sistem keamanan, namun tentu itu tidak mudah. Musuh-musuh Islam dan gerakan Barat berupaya mencegah hal tersebut dan gigih berupaya agar perjalanan revolusi menyimpang dari arahnya.”

Gerakan Takfiri dan Upaya Menyimpangkan Arah Revolusi

Ulama yang juga guru besar Hauzah Ilmiah Qom ini lebih lanjut mengatakan, “Dengan pasokan dana dari raja-raja Arab, konspirasi dari negara-negara Barat dan kepentingan Israel menjadi sumber kekuatan dari gerakan-gerakan takfiri yang sengaja diciptakan untuk menimbulkan kekacauan dalam dunia Islam. Kelompok militan takfiri yang terlatih dan bersenjata disusupkan kenegara-negara Islam untuk kemudian membuat rusuh. Mereka dikirim diantaranya ke Tunisia dan Suriah. Modus pelecehan seksual yang berkedok jihad nikahpun dimulai dari Tunisia. Seorang ulama Tunisialah yang pertama kali memprotes hal ini dan menyebutnya sebagai amalan bid’ah dan ia mengutuk perbuatan tersebut.”

“Demikian pula halnya di Suriah. Bahkan ujian yang menimpa rakyat Suriah lebih dasyhat lagi. Dari Suriah lahir ISIS. Kelompok teroris yang paling beringas dan kejam. ISIS adalah kelompok teroris yang paling tidak berprikemanusiaan, paling tidak rasional dan paling berbahaya dari semua kelompok teroris yang ada. Dengan kekuatan militer yang memadai dan dukungan dari Barat dan raja-raja Arab, ISIS berhasil menguasai sejumlah wilayah penting dari Suriah dan Irak kemudian mendeklarasikan sebuah negara baru, yang mereka klaim sebagai Daulah Islamiyah.” jelasnya.

“Namun dengan memperhatikan kebijakan politik luar negeri Iran dan dukungan moril yang diberikan pemerintah dan rakyat Iran, para musuh dan kelompok teroris sampai saat ini belum berhasil meraih apa yang diinginkannya di Suriah dan Irak. Suriah dengan kekuatan sendiri dan dukungan sepenuhnya dari rakyatnya berhasil mempertahankan diri meski bertahun-tahun mendapat gempuran baik secara militer maupun tekanan politik dari luar. Di Irakpun demikian. Meski sempat hendak memasuki Baghdad yang tinggal berjarak 15 km lagi, namun dengan seruan para ulama marja, dukungan rakyat dan kemampuan managerial dari pemimpin-pemimpin Irak serta dukungan moril dari Iran ISIS berhasil diusir, bahkan wilayah yang sempat dikuasai ISIS mampu direbut kembali.” tambahnya lagi.  

Menyoal Gerakan Ansarullah di Yaman

Ayatullah Hadi Tehrani pada bagian lain dari ceramahnya dengan menyinggung perkembangan terakhir di Yaman beliau berkata, “Houthi adalah suku terbesar dari kabilah Syiah Zaidiyah di Yaman. Suku ini berkali-kali melakukan pemberontakan atas kekuasaan Ali Abdullah Saleh yang mereka nilai gagal mensejahterahkan rakyat Yaman. Namun dalam perkembangan selanjutnya, tuntutan perubahan dan perbaikan nasib bukan lagi dipelopori oleh suku Houthi namun telah menjadi gerakan rakyat dari semua lapisan dan kelompok yang ada di Yaman. Ketika gerakan Ansharullah yang digagas Houthi mendapat dukungan rakyat sepenuhnya, gerakan inipun berhasil menggulingkan rezim dan memberi harapan baru bagi rakyat Yaman.”

Berkenaan dengan agresi Arab Saudi dan koalisinya atas Yaman, Ayatullah Tehrani mengatakan, “Dengan kekuasaan beralih ketangan Syiah Houthi, Arab Saudi yang menganggap Yaman adalah bagian dari kerajaannya menangkap sinyal yang berbahaya bahwa berkuasanya Syiah Houthi di Yaman dapat mengancam eksistensi mereka yang satu waktu tertentu bisa saja melakukan penyerangan ke wilayah Arab Saudi.”

“Dimasa Malik Abdullah, meski kelompok Takfiri lahir dan besar di tangan Arab Saudi namun Malik Abdullah masih membatasi gerak mereka dan oknum-oknum tertentu yang justru dinilai berbahaya dijebloskan ke penjara, namun dengan terjadinya peralihan kekuasaan di Arab Saudi menyusul kematian Malik Abdullah, maka kelompok takfiri sekarang mendapat angin segar dan ruang geraknya diperluas. Namun dari kebijakan baru Arab Saudi ini bisa diprediksi, kelak Arab Saudi akan mendapat sendiri getahnya sebab kelompok takfiri ibarat bola liar yang sulit dikontrol.”

Mekah dan Madinah bukan Milik Kerajaan Saudi

Pada bagian akhir dari penyampaiannya, Ayatullah Hadi Tehrani menyinggung kasus pelecehan seksual yang menimpa peziarah Iran yang dilakukan petugas Bandara di Jeddah Arab Saudi. Beliau berkata, "Mekah dan Madinah adalah dua kota suci yang merupakan milik dunia Islam, milik semua umat Islam di dunia, meskipun secara teritorial berada dalam wilayah kerajaan Arab Saudi. Namun sangat disayangkan, Arab Saudi menganggap Haramain tersebut adalah milik mereka, dan secara sepihak menguasai penuh penggunaan dan pengelolaannya dengan hanya bercirikan satu mazhab tertentu, dengan mengabaikan realitas dunia Islam terdiri dari beragam mazhab.”

Beliau menambahkan, “Bukan hanya memaksakan satu paham tertentu, peziarah di Mekah dan Madinah pun tidak mendapat jaminan keamanan, termasuk dalam beberapa kasus kriminal yang terjadi belakangan ini, yang dilakukan justru oleh petugas keamanan Arab Saudi sendiri. Ketidak amanan ini menunjukkan, Arab Saudi tidak memiliki kelayakan untuk mengelola Haramain.”

“Jika otoritas Arab Saudi tidak mampu memberikan kenyamanan kepada para jamaah umrah dan haji baik dari sisi pelaksanaan ibadah berdasarkan aturan mazhab yang mereka yakini maupun keamanan peziarah secara umum, maka sudah semestinya Arab Saudi membentuk suatu lembaga khusus yang mengelola Haramain yang beranggotakan ulama-ulama yang merupakan delegasi dari negara-negara muslim dan mewakili mazhab-mazhab yang ada. Sehingga dengan adanya kerjasama ini diharap pengelolaan Haramain bisa jadi lebih baik dan memberi pelayanan yang lebih maksimal kepada para peziarah.” sarannya.

Guru besar Hauzah Ilmiah Qom ini lebih lanjut menegaskan, “Ini pula yang pernah ditegaskan oleh Imam Khomeini rahimahullah bahwa Arab Saudi tidak memiliki kelayakan untuk mengelola dua kota suci milik ummat Islam.”

“Karenanya sekali lagi saya menyarankan, agar dibentuk sebuah lembaga bersama ulama-ulama Islam dari berbagai negara dan berbagai mazhab yang kemudian mengelola Haramain bersama.” tutupnya.

Tanya Jawab

Setelah menyampaikan materi ceramahnya, Ayatullah Hadi Tehrani membuka kesempatan bagi hadirin untuk bertanya. Berikut inti sari dari tanya jawab antara Ayatullah Tehrani dengan sejumlah hadirin.

Pertanyaan: Bagaimana sikap mayoritas ulama-ulama Islam di dunia dengan kemunculan ISIS, apakah mendukung atau justru menentang?.

Jawaban:

Akar dari pemikiran terbentuknya ISIS adalah pemahaman wahabi. Sumber ideologinya adalah pemikiran Wahabi. Namun bukan berarti semua Wahabi mendukung keberadaan ISIS. ISIS tidak didukung oleh ulama muktabar Islam, dan juga bukan lahir dari pemikiran yang ilmiah. Ide-idenya digali dari pemikiran Wahabi yang kemudian bermetamorfosisi menjadi suatu pemikiran tersendiri. Kemungkinan besar ISIS dibentuk oleh kelompok militan bersenjata, bukan dari kelompok pelajar agama. Ini dibuktikan dengan kedekatan antara petinggi-petinggi ISIS dengan kelompok-kelompok intelijen. Yang sangat mengherankan, ISIS mengklaim diri sebagai kelompok Mujahidin yang berjihad untuk kepentiangan Islam, namun Israel sama sekali tidak pernah mendapat kerugian dengan keberadaan mereka. Mereka sama sekali tidak pernah terlibat perang dan kontak senjata dengan militer Israel.

Pertanyaan: Apa ada kaitan antara gerakan Ikhwanul Muslimin dengan fenomena merebaknya gerakan takfiri dan lahirnya ISIS?

Jawaban:

Ikhawul Muslimin lahir dari pemikiran Salafi. Pemikiran Salafi memiliki banyak cabang dan firkah, dan Wahabi adalah salah satu sekte Salafi. Jadi ide-ide dasar Ikhwanul Muslimin dengan pemikiran Salafi memiliki sejumlah titik persamaan. Namun Ikhawanul Muslimin sangat berbeda dengan ISIS. Ikhwanul Muslimin yang lahir dan besar di Mesir menggunakan gerakan-gerakan terorganisir baik dalam bidang politik, pendidikan, sosial dan budaya, yang dengan itu Ikhwanul Muslimin sempat memberi pengaruh besar dan mencapai tampuk pimpinan di Mesir. Hanya saja, pemikiran Ikhwanul Muslimin yang memang pada dasarnya berasal dari pemikiran Salafi, maka sedikit banyaknya sama dengan kelompok Salafi lainnya, yang lebih mementingkan kepentingan golongan dan kelompok sendiri.

Pertanyaan: Apa kaitan antara Syiah Zaidiyah Yaman dengan gerakan Ansarullah?

Jawaban:

Penduduk Yaman terdiri dari penganut Syiah Zaidiyah dan Sunni. Dan Suku Houthi adalah salah satu kabilah yang menganut mazhab Syiah Zaidiyah. Mereka sejak rezim Ali Abdullah Saleh telah memilih menjadi pihak oposisi, meski Ali Abdullah Saleh sendiri penganut Syiah Zaidiyah. Suku Houthi bangkit melakukan protes dan perlawanan terhadap rezim Yaman disebabkan ketidak adilan pemerintah serta ketidak mampuan rezim mengangkat Yaman keluar dari keterpurukan ekonomi yang menjadikan Yaman negara termiskin di kawasan Timur Tengah. Dalam perkembangan selanjutnya, protes dan aksi unjuk rasa Houthi mendapat dukungan rakyat Yaman secara meluas, sehingga bukan lagi gerakan yang identik dengan komunitas dan mazhab tertentu. Oleh karena itu, gerakan Ansharullah sudah menjadi gerakan rakyat Yaman, bukan lagi gerakan satu kaum, apalagi satu mazhab tertentu. Karena itu, Republik Islam Iran menyakini bahwa pada dasarnya invasi militer Arab Saudi ke Yaman tidak ubahnya invasi yang dilakukan Israel ke wilayah Palestina. Karenanya, campur tangan Arab Saudi dalam masalah internal Yaman, tidak bisa dibenarkan.

Pertanyaan: Dalam pandangan anda apalah kebangkitan Houthi tersebut didasarkan pada pandangan fiqhnya dan keinginan untuk menyebarlauskan pemahaman mazhabnya?

Jawaban:

Perlawanan dan kebangkitan suku Houthi dilatar belakangi oleh masalah politik dan rakyat memberikan dukungan kepada mereka. Jadi tidak ada hubungannya dengan masalah mazhab sama sekali. Demikian pula dengan masalah yang terjadi di Bahrain. Yang memicu aksi protes adalah ketidak adilan politik dan kesenjangan sosial, bukan didasarkan kepentingan mazhab.

Pertanyaan: Bagaimana pandangan anda dengan isu yang mengatakan Iran memberikan dukungan kepada rakyat Bahrain dan Yaman karena kepentingan mazhab?

Jawaban:

Syiah Zaidiyah berbeda dengan Syiah Itsna Asy’ariyah, tapi bahasan kita bukan hendak mencari dimana titik perbedaannya dan apakah aqidah Syiah Zaidiyah itu benar atau salah. Yang menjadi persoalan adalah keterzaliman yang sekarang dirasakan oleh rakyat Yaman dengan adanya agresi militer Arab Saudi sementara rakyat Yaman hanya sedang menuntut hak politiknya, sehingga mendukung perjuangan mereka tidaklah memiliki kaitan apakah mereka itu Syiah atau Sunni. Begitupun dengan Bahrain, dukungan Iran terhadap rakyat Bahrain bukan didasari oleh persamaan mazhab, sebab Republik islam Iran juga mendukung perjungan rakyat Palestina sementara mereka bukan Syiah. Yang perlu diketahui komunitas Sunni dan Syiah Zaidiyah di Yaman tidak ada masalah, mereka berbaur dan bersatu sebagaimana semestinya sesama muslim. Yang menjadi persoalan, adalah keberadaan kelompok Wahabi yang mengangggap Syiah Zaidiyah itu sesat. Dukungan Iran terhadap rakyat Yaman, tidak memberikan manfaat apapun pada mazhab Syiah yang dianut rakyat Iran.

Pertanyaan: Menurut anda apa pengaruh agresi Arab Saudi ke Yaman dengan suasa perpolitikan Yaman akan datang?

Jawaban:

Rakyat Yaman dibandingkan dengan bangsa lainnya, adalah bangsa yang dikenal memiliki semangat juang tinggi, dan ruhiyah perlawanannya sangat besar. Mereka sudah terlatih dimedan pertempuran. Karenanya prediksi saya, Arab Saudi tidak akan mampu menaklukan Houthi. Serangan Arab Saudi hanya akan melahirkan kebencian rakyat Yaman kepada Saudi, sehingga kedepannya, Saudi akan benar-benar sirna dari Yaman. Meski melakukan bombardir dengan jet tempur, Saudi tidak akan mudah menaklukkan Yaman. Kalau sekiranya Houthi hendak melakukan serangan balasan yang sampai saat ini belum juga melakukannya, maka besar kemungkinan Saudi akan takluk dan tidak lagi bisa melakukan intervensi atas rakyat Yaman.


source : abna
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Sindikat Narkoba Iran Terbanyak di Indonesia?
Ribuan Warga Italia Gelar Aksi Solidaritas Bela Alquds
Hauzah Najaf dan Al-Azhar Mesir Gagas Persatuan Sunni-Syiah
Maktam Refleksi Pengagungan Syiar Ilahi
Pesan Ayatullah Ali Khamanei Menjelang Peringatan Hari Buruh
Puluhan Ribu Massa Gelar Demonstrasi Anti Erdogan di Turki
Arab Saudi Halangi Solusi Politik di Yaman
Densus 88 Amankan Tiga Terduga Teroris di Solo dan Karanganyar
Warga Syiah di London sebut Rezim Saudi Penjahat Kemanusiaan
Suasana Majelis Duka Husaini di Malaysia

 
user comment