Rabiul Awal adalah bulan ketiga dalam penanggalan Hijriah. Rabi’ artinya musim semi dan Rabiul Awal berarti musim semi yang pertama. Pada bulan ini, berkah Tuhan menyirami bumi karena kelahiran Nabi Saw dan dapat dikatakan bahwa sejak pertama penciptaan, bumi belum pernah disirami dengan rahmat seperti di bulan maulid ini. Muhammad Saw adalah manusia yang paling mulia, paling bertakwa, dan paling dicintai oleh Allah Swt. Tuhan bahkan menyebut kenabian Muhammad Saw sebagai rahmatan untuk seluruh alam, hari kelahirannya juga termasuk momen yang paling istimewa. Hari itu adalah momen yang paling indah, rahmat yang paling besar, dan hadiah yang paling sempurna.
<!-- Item fulltext -->
Malam pertama bulan Rabiul Awal disebut dengan Lailatul Mabit. Pada tahun ke-13 setelah kenabian, penduduk Madinah berbaiat kepada Rasul Saw di Mekkah dan meminta beliau agar berhijrah ke Madinah. Mereka berjanji akan membela Rasul Saw dengan seluruh jiwa dan raganya. Kaum kafir Quraisy ternyata mengetahui janji setia tersebut. Oleh karena itu, mereka memutuskan agar setiap kabilah menunjuk satu orang pemberani yang akan meneror Rasulullah Saw. Dengan demikian, semua suku Mekkah terlibat dalam skenario jahat itu dan agar keluarga dan kerabat Rasulullah Saw tidak bisa menuntut balas.
Pada malam pertama Rabiul Awal, regu peneror bersembunyi di sekitar kediaman Nabi Saw, menunggu beliau tidur untuk kemudian dibunuh. Konspirasi kaum kafir itu diberitahukan Allah Swt kepada Nabi-Nya melalui ayat 30 surat al-Anfal, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Rasul Saw kemudian memerintahkan Ali as untuk tidur di ranjang beliau agar beliau dapat keluar dari Mekkah.
Ali as menerima perintah itu dengan senang hati meski nyawa harus menjadi taruhannya. Padahal, puluhan pemuda Arab sedang menunggu di luar dengan pedang terhunus untuk secara serentak menyerang rumah Nabi Saw dan membunuh beliau. Pengorbanan Ali di malam itu disanjung oleh Allah Swt dan diabadikan di dalam al-Quran. Dalam surat al-Baqarah ayat 207, Allah Swt berfirman, "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambanya." Oleh karena itu, salah satu amalan di hari pertama Rabiul Awal adalah berpuasa sebagai rasa syukur atas keselamatan Rasulullah Saw dan Imam Ali as dari skenario jahat kaum kafir. Amalan lainnya adalah membaca doa ziarah kepada kedua figur mulia tersebut.
Pada 8 Rabiul Awal tahun 260 Hijriah, Imam Hasan Askari as, cucu Rasulullah Saw, gugur syahid di kota Samara, Irak. Muktamid Abbasi, penguasa tiran Dinasti Abbasiah, menyusun sebuah skenario untuk membunuh Imam Askari as. Beliau syahid setelah beberapa hari menahan rasa sakit akibat diracun oleh Muktamid. Imam Hasan Askari as dilahirkan pada tanggal 8 Rabiul Akhir tahun 232 Hijriah di kota Madinah. Pada masa kanak-kanak, Imam Askari as bersama ayah beliau, Imam Ali al-Hadi as terpaksa hijrah ke Samara, karena tekanan penguasa Bani Abbasiah dan tinggal di sana selama 13 tahun.
Setelah Imam Hadi as gugur syahid akibat dibunuh penguasa, Imam Askari as, pun diangkat menjadi pemimpin kaum Muslimin. Beliau kemudian menjalani kehidupan yang berat, karena selalu diawasi, diasingkan, dan dipenjara oleh penguasa Bani Abbasiah. Namun demikian, beliau tetap berjuang menyebarkan ajaran Islam yang murni kepada kaum Muslimin saat itu.
Sementara itu, tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad Saw menurut riwayat Ahlu Sunnah. Pengikut Syiah meyakini tanggal 17 Rabiul Awal sebagai hari maulid Nabi Saw. Oleh karena itu, Imam Khomeini ra menetapkan rentang waktu antara tanggal 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam, yang berpijak pada perbedaan riwayat tentang kelahiran figur suci Nabi Saw.
Sosok mulia Muhammad Saw merupakan poros interaksi umat Islam dan faktor pemersatu mereka di sepanjang sejarah. Mengingat keyakinan umat Islam terhadap figur Rasulullah Saw dibarengi dengan cinta dan kasih sayang, maka kehadiran beliau telah menjadi pusat magnet segenap umat manusia. Sebenarnya, pusat magnet tersebut merupakan salah satu alasan pertalian hati Muslim dan kedekatan mazhab-mazhab Islam satu sama lain. Kelahiran Muhammad Saw telah mengubah wajah dunia, menggantikan syirik dengan tauhid, menghapus ketundukan pada pemimpin tiran menjadi ketaatan kepada Allah Swt, menggantikan permusuhan menjadi persahabatan. Kaum Muhajirin dan Ansar menjadi saudara, Arab dan non-Arab menjadi penolong satu sama lain, dan kulit putih dan hitam hidup damai di bawah satu cahaya petunjuk.
Salah satu amalan di hari mulia itu adalah mandi. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan mensucikan seluruh anggota badan. Dengan kebersihan lahiriyah, seseorang akan mempermudah jalannya untuk membersihkan batinnya yaitu, taubat dan terbebas dari dosa. Alangkah indahnya jika malam maulid Nabi Saw dijadikan sebagai momen untuk bertaubat dan kembali ke jalan Allah Swt.
Sekarang, hanya sedikit orang yang tidak tahu bahwa Muhammad Saw adalah pembawa ajaran tauhid dan penyeru persatuan. Beliau merangkul semua manusia di bawah panji tauhid dan setelah menanggung semua penderitaan serta dengan perilaku mulia, Rasulullah Saw mampu mewujudkan persaudaraan dan persatuan di antara suku-suku Arab Jahiliyah, yang saling menumpahkan darah. Di bawah panji persatuan Islam, Rasul Saw membangun peradaban baru dan masyarakat teladan. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Satu-satunya cara bagi umat Islam untuk mencapai kemuliaan, keagungan sejati, dan kebahagiaan hakiki adalah mengambil pelajaran dari dimensi dan kepribadian Rasulullah Saw." Menurut beliau, Rasul Saw adalah manifestasi dari ilmu pengetahuan, amanah, keadilan, akhlak mulia, dan rahmat.
Di antara amalan lain pada hari maulid Nabi Saw adalah berpuasa. Diriwayatkan bahwa barang siapa yang berpuasa di hari itu, ia akan memperoleh pahala puasa satu tahun. Menunaikan shalat sunnah dua rakaat pada hari itu juga memiliki berkah dan pahala yang besar. Pada rakaat pertama setelah surat al-Fatihah, kita membaca surat al-Qadr dan al-Ikhlas masing-masing sebanyak 10 kali. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk membaca doa ziarah kepada Rasulullah Saw dari dekat atau jauh. Beliau Saw bersabda, “Barang siapa yang menziarahi makamku setelah wafatku, ia sama seperti orang yang berhijrah ke arahku semasa hidupku. Jika kalian tidak mampu menziarahiku dari dekat, maka sampaikanlah salam kepadaku dari jauh karena ia akan sampai kepadaku.”
Tanggal 17 Rabiul Awal tahun 83 Hijriah, Imam Jafar Shadiq as, cucu Rasulullah generasi kelima, terlahir ke dunia di kota Madinah. Beliau hidup di masa ketika Dinasti Umayyah sedang mengalami kemunduran dan Dinasti Abbasiah mulai merebut kekuasaan. Masa itu dimanfaatkan oleh Imam Shadiq as untuk menyebarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam yang murni dan hakiki.
Selain menguasai ilmu dan makrifat Islam, Imam Shadiq as juga menguasai ilmu kedokteran, kimia, matematika, dan bidang-bidang ilmu lainnya. Pada masa hidupnya, Imam Shadiq as merupakan sumber rujukan ilmu dan beliau dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia untuk memecahkan berbagai persoalan ilmiah. Tercatat ada empat ribu murid yang belajar kepada Imam Shadiq as di antaranya Jabir bin Hayyan, seorang kimiawan Muslim terkenal. Imam Shadiq as gugur syahid pada tahun 148 Hijriah. (IRIB Indonesia/RM)
source : abna