Ayat ke 7
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7)
Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (17: 7)
Sebelumnya telah disebutkan bagaimana Allah mengabarkan Bani Israil telah dua kali berbuat kerusakan di muka bumi. Dan setiap kali berbuat kerusakan Allah menjadikan kaum yang lebih kuat menguasai mereka. Kaum ini menghancurkan rumah dan tanah pertanian mereka. Ayat ini kembali mengulangi singgungan Allah sebelumnya.
Ayat menyebutkan, “Dunia yang ditinggali adalah dunia aksi dan reaksi. Bila kalian berbuat baik, niscaya kebaikan pula yang akan kalian saksikan dan bila keburukan yang kalian lakukan, maka keburukan pula yang akan kalian terima. Kalian telah berbuat satu kerusakan di muka bumi dan akibatnya telah kalian rasakan, namun sayangnya kalian tidak mengambil pelajaran dan kembali berbuat kerusakan. Oleh karena itu kalian harus menanti kali ini sebuah kaum akan mengalahkan dan membuat kalian terhina. Kaum tersebut akan mengambil kembali Masjidul Aqsa dan menguasai kalian.”
Mengenai detil peristiwanya dan kapan terjadinya tidak disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran. Karena yang terpenting dari pelbagai peristiwa sejarah adalah pelajaran yang dapat diambil oleh semua orang dan bangsa. Semua harus tahu betapa kekafiran tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa sangsi. Kerusakan yang dilakukan di atas bumi juga akan mendapat balasannya langsung di bumi.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perbuatan buruk dan baik yang kita lakukan tidak akan merugikan atau menguntungkan Allah dan perlu dicamkan hasilnya kembali kepada diri kita sendiri.
2. Sunnah ilahi tetap dan konstan terkait sejarah dan masyarakat. Setiap orang yang melakukan kerusakan bakal binasa.
Ayat ke 8
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا (8)
Artinya:
Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman. (17: 8)
Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, “Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah dan senantiasa mengharapkan rahmat-Nya. Bila kalian telah melakukan kerusakan di muka bumi, tetaplah berharap semoga rahmat Allah meliputimu. Namun bila kalian tetap melakukan kerusakan, ketahuilah rahmat Allah akan ditarik dari kalian dan selain menemui kebinasaan di dunia, kalian juga bakal di siksa di neraka jahannam dengan siksaan yang pedih.”
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Prinsip hubungan Allah dengan hamba-hamba-Nya adalah rahmat dan cinta. Namun semua itu akan berubah bila hamba-hamba-Nya menghancurkan prinsip ini.
2. Di sisi kabar gembira dan rahmat selalu ada peringatan dan ini satu hal yang mutlak diperlukan demi menjelaskan akibat dari perbuatan merusak.
Ayat ke 9-10
إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9) وَأَنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (10)
Artinya:
Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (17: 9)
Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih. (17: 10)
Dengan berakhirnya ayat-ayat yang membicarakan tentang Bani Israil, ayat yang baru saja kita simak bersama menyinggung posisi al-Quran dalam memberi hidayah kepada manusia. Ayat ini menyebutkan, “Metode hidayah yang dipakai al-Quran merupakan cara yang konstan dan kokoh, tidak akan terpengaruh ruang dan waktu. Jelas, firman Allah dan ucapan Pencipta sangat kokoh dan solid, di mana tidak ada yang mampu merusaknya. Pengetahuan dan hakikat konstan ilahi yang termanisfestasi dalam bentuk ayat-ayat al-Quran di sampaikan kepda manusia dalam bentuknya yang paling sempurna. Karena tujuannya adalah menunjuki manusia kepada kebahagiaan. Dengan demikian, demi menuntun manusia, tidak ada yang kurang dalam al-Quran dan apa saja yang dibutuhkan manusia demi meraih hidayah ilahi telah disiapkan Allah dalam al-Quran.”
Sangat alami bila manusia diciptakan bebas memanfaatkan hakikat dan ajaran al-Quran. Sekelompok orang menerimanya dan berbuat berdasarkan al-Quran. Kelompok manusia ini bakal memanfaatkan hasil konstruktifnya di dunia dan di akhirat. Namun ada sekelompok lain yang mengingkari dan bahkan memusuhi al-Quran. Mereka mendustakan ayat-ayat al-Quran dan mengikuti hawa nafsunya. Tentu saja kelompok kedua ini akan menepis hidayah ilahi yang berujung pada kesesatan mereka. Kelompok ini akan menyaksikan balasan atas pengingkaran mereka baik di dunia dan di akhirat.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1.Hidayah al-Quran berdasarkan logika yang kokoh dan tidak ada tempat bagi khurafat dan ilusi.
2. Al-Quran adalah kitab yang abadi dan untuk semua. Ajaran-ajarannya tidak dikhususkan bagi sebuah kaum atau bahasa saja.
3. Termasuk tanda-tanda rahmat ilahi adalah diturunkannya kitab penunjuk manusia. Dalam memanfaatkan rahmat tak terbatas ini kembali pada keinginan dan tekad manusia; iman dan kufur yang akan berujung pada surga atau neraka. (IRIB Indonesia)
source : irib.ir