Indonesian
Sunday 21st of July 2024
0
نفر 0

Bersama Kafilah Ramadhan (11)

Seiring dengan datangnya bulan suci Ramadhan, seluruh umat Muslim di penjuru dunia mulai berpuasa. Umat Muslim di bulan suci ini semakin giat beribadah dan memoles ruh mereka. Mungkin pertanyaan ini kerap memenuhi benak kita, apakah berpuasa dan menahan makan serta minum selama berjam-jam tidak berbahaya bagi kesehatan badan?
Bersama Kafilah Ramadhan (11)


Seiring dengan datangnya bulan suci Ramadhan, seluruh umat Muslim di penjuru dunia mulai berpuasa. Umat Muslim di bulan suci ini semakin giat beribadah dan memoles ruh mereka. Mungkin pertanyaan ini kerap memenuhi benak kita, apakah berpuasa dan menahan makan serta minum selama berjam-jam tidak berbahaya bagi kesehatan badan?


 
 
Kesehatan merupakan nikmat besar dan semua orang memahami pentingnya kesehatan. Agama Islam yang diturunkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan sosial masyarakat, secara khusus memberikan perhatian atas masalah ini. Imam Ali as di Nahjul Balaghah menyebut ada tiga nikmat besar bagi manusia dan salah satunya adalah kesehatan.
 
 
 
Berpuasa termasuk salah satu hukum Islam yang bermanfaat membentuk karakter manusia dan memainkan peran vital bagi kesehatan serta mengobati berbagai penyakit fisik manusia. Di berbagai riwayat disebutkan manfaat berpuasa bagi kesehatan badan manusia. Rasulullah Saw dalam hal ini bersabda, “Berpuasalah supaya badanmu sehat.”
 
 
 
Lambung dan alat pencernaan termasuk anggota badan manusia yang paling banyak bekerja. Dengan tiga kali makan sehari, hampir setiap jam alat pencernaan manusia mengunyah, memisahkan, menyerap makanan serta membuang zat-zat yang berbahaya bagi badan. Puasa dari satu sisi membuat alat ini memiliki waktu istirahat dan terjaga dari kerusakan serta dapat menyerap energi baru.
 
 
 
Begitu juga jika sepanjang tahun, dengan berbagai faktor, timbunan gajih yang tidak dapat diurai terus menumpuk, maka badan akan memiliki kesempatan dalam setahun sekali dan dalam tempo satu bulan ketika manusia berpuasa, secara bertahap dan tanpa efek samping, timbunan gajih tersebut dibakar, sehingga badan akan menjadi ringan. Oleh karena itu, berpuasa dan menahan diri dari makan serta minum merupakan cara pengobatan paling baik.
 
 
 
Ramadhan adalah bulan munajat. Terkait munajat di bulan Ramadhan, Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia! Angkatlah tangan kalian untuk berdoa kepada Allah Swt di bulan Ramadhan dan di saat shalat. Ini adalah saat paling utama dalam kehidupan kalian, karena saat itu Allah Swt memandang hamba-Nya dengan penuh kasih sayang.”
 
 
 
Doa memiliki adab dan syarat. Memperhatikan kebesaran dan kekuasaan Tuhan dari satu sisi dan merasa sangat membutuhkan, dari sisi lain, akan membawa manusia kepada satu hakikat bahwa jika ingin menghadap Tuhan dan memohon kebutuhannya, maka ia harus menjaga adab berdoa. Artinya seperti seseorang yang ingin meminta kepada orang lain, sejak awal ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dan menjaga tata kesopanan  serta dengan cara yang khusus ia menyampaikan permintaannya tersebut.
 
 
 
Hal ini juga berlaku ketika hamba memohon sesuatu kepada Tuhan, maka ia harus menjaga prinsip dan adab bermunajat. Adab ini dijelaskan dalam al-Quran dan juga diterangkan oleh para Imam Maksum as. Poin penting di adab ini adalah mereka yang mengangkat tangannya untuk berdoa, sebelumnya ia harus berperasangka baik kepada Tuhan. Seorang hamba harus berdoa dengan segenap jiwa raganya serta meyakini bahwa Tuhan Maha Mendengar dan Melihat. Seluruh amal ibadahnya disaksikan oleh Tuhan dan Allah Swt mampu mengabulkan seluruh permintaan hamba-Nya dalam waktu yang paling singkat.
 
 
 
Mengangkat wajah dan menghadap ke Ka’bah, mengharuskan seseorang memiliki hati bersih, niat jujur dan hati yang kosong dari perbuatan haram. Diriwayatkan bahwa seorang pria dari Bani Israel berdoa kepada Allah Swt selama tiga tahun dan memohon diberi keturunan. Namun selama itu, doanya belum juga terkabulkan. Kemudian di doanya, ia berkata kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku! Apakah aku telah sangat jauh dari-Mu, sehingga Engkau tidak mendengar doaku. Atau apakah aku dekat dengan-Mu, namun mengapa doaku tidak Engkau kabulkan?
 
 
 
Lantas di suatu malam ia bermimpi dan mendengar suara, “Kamu berdoa kepada-Ku selama tiga tahun dengan mulut dan hati yang kotor serta niat yang tidak bersih! Jika kamu ingin dikabulkan doamu, jagalah mulutmu, bersihkan hatimu dan perbaikilah niatmu! Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia telah membulatkan tekadnya dan menjalankan apa yang telah diperintahkan Allah Swt. Setelah satu tahun, doanya pun dikabulkan oleh Allah Swt.
 
 
 
Mendoakan orang lain termasuk salah satu keindahan manusia dan sisi kemanusiaan. Mereka yang berdoa kepada Allah Swt bagi kemudahan orang lain dan terdepan dalam menyelesaikan kesulitan sesamanya, sejatinya telah berhasil mengalahkan rasa ego dan kesombongannya serta kian mendekat dengan Tuhan. Di kondisi seperti inilah, doa seorang hamba akan cepat terkabul. Rasul Saw bersabda, “Orang yang ketika berdoa, dan sebelumnya telah meringankan kesulitan 40 saudara seimannya, maka doanya terkait dirinya sendiri dan 40 orang tersebut akan terkabulkan.”
 
 
 
Di sebuah riwayat dari Imam Sadiq as disebutkan, beliau bersabda, “Barang siapa yang mendoakan saudara seimannya tanpa diketahui oleh orang lain, maka akan terdengar seruan dari langit, Wahai fulan! Kamu mendapatkan apa yang kamu doakan bagi saudaramu tersebut dan bagimu pahala seratus kali lipat.”
 
 
 
Perbuatan lain yang berpengaruh bagi terkabulnya doa adalah berdoa secara bersama-sama dan hal ini mengindikasikan perhatian besar Islam terhadap dimensi sosial. Salah satu hikmah dari berkumpul dan bersosial adalah semakin besar jumlah anggota perkumpulan ini, setiap orang dengan kebaikan karakteristiknya telah berhasil menarik perhatian Tuhan dan kian mendekatkan doa untuk dikabulkan.
 
 
 
Imam Sadiq as bersabda, “Jika ada sesuatu yang menyedihkan ayahku (Imam Baqir as), beliau mengumpulkan perempuan dan anak-anak, kemudian berdoa serta mereka mengucapkan amin.” Hal ini karena Allah Swt telah berjanji, “Tidak ada 40 orang yang berkumpul dan kemudian berdoa bersama-sama, kemudian Allah tidak mengabulkannya. Oleh karena itu, jika ada 40 orang dan kemudian menyeru Allah Swt sebanyak sepuluh kali, Allah pasti mengabulkan doa mereka. Jika tidak ada 40 orang dan hanya satu orang, maka ia menyeru sebanyak 40 kali, kemudian Allah akan mengabulkan doanya.”


 
 
Salah satu tradisi mulia di bulan Ramadhan adalah menghormati dan mengasuh anak yatim. Terkait tradisi mulia ini, banyak ayat dan riwayat Islam yang menganjurkannya. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt mendorong berbuat baik kepada anak-anak yatim yang ditinggalkan orang tua mereka. Oleh karena itu, siapa saja yang menjaga dan mengasuh mereka, Allah pasti akan menjaganya.”
 
 
 
Di bulan ini, umat Muslim semakin giat memperhatikan anak-anak yatim dan berusaha memanfaatkan kesempatan di bulan penuh berkah ini. Mereka berlomba-lomba memberi makan serta mengasuh anak yatim. Allah Swt sendiri telah memberikan janji-Nya kepada orang mukmin yang bersedia melakukan tradisi mulia ini dengan kebaikan sepuluh kali lipat.
 
 
 
Disebutkan ada seorang Arif bernama Abdul Jabbar al-Mustaufi pergi haji dan membawa uang sebanyak 1000 dinar. Ketika melewati jalan di kota Kufah, ia menyaksikan bangunan yang rusak. Ada seorang wanita yang mencari sesuatu di tengah reruntuhan bangunan tersebut. Ketika mata wanita tersebut menyaksikan bangkai seekor burung, langsung ia menyambarnya dan menyembunyikannya di balik pakaian. Kemudian ia pun pulang ke rumahnya.
 
 
 
Abdul Jabbar kemudian bertekad mengikuti perempuan tersebut dan mencari tahu, apa sebenarnya yang terjadi. Abdul Jabbar pun mengikuti sang perempuan hingga ke rumah. Perempuan itu pun kemudian masuk ke rumahnya. Anak-anaknya dengan gembira menghampiri sang ibu dan berkata, Ibu! “Apa yang kami bawa untuk kami, kini kami hampir mati kelaparan.” Ibu berkata, “Sayangku! Aku membawakan ayam buat kalian, sebentar lagi aku akan membuatkan ayam bakar untuk kalian.”
 
 
 
Abdul Jabbar ketika mendengar pembicaraan tersebut lantas menangis. Kemudian ia bertanya kepada tetangga perempuan dan menanyakan kondisinya. Para tetangga mengatakan, ia adalah istri Abdullah bin Zaid dan suaminya dibunuh oleh Hajjaj Tsaqafi serta meninggalkan beberapa anak yatim. Abdul Jabbar kemudian berpikir dan mengetuk pintu sang janda. Ia lantas memberikan uang seribu dinar bekalnya untuk haji kepada janda Abdullah bin Zaid.
 
 
 
Abdul Jabbar al-Mustaufi tahun itu tidak berangkat haji dan sibuk bekerja memikul air bagi mereka yang membutuhkan di Kufah. Ketika musim haji lewat dan rombongan haji kembali, warga menyambut mereka. Abdul Jabbar pun turut menyambut rombongan haji yang baru kembali dari Mekah. Ketika ia dekat dengan rombongan tersebut, ia menyaksikan orang asing yang berjalan di muka rombongan.
 
 
 
Orang asing tersebut kemudian mengucapkan salam kepada Abdul Jabbar dan berkata, “Wahai Abdul Jabbar! Hari itu ketika kamu menitipkan seribu dinar kepadaku, lantas aku sibuk mencarimu. Ini ambillah uangmu kembali. Lantas orang asing tersebut memberikan uang tersebut kepada Abdul Jabbar dan langsung menghilang. Abdul Jabbar membuka buntalan tersebut dan melihat sepuluh ribu dinar. Kemudian ia mendengar suara dari langit, “Kamu memberikan seribu dinar di jalan Kami. Kemudian Kami memberikan kepadamu sepuluh kali lipat (sepuluh ribu dinar). Kami mengutus malaikat ke bumi untuk melakukan haji setiap tahun menggantikanmu, selama kamu hidup. Ketahuilah bahwa Kami tidak akan pernah melupakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(IRIB Indonesia)


source : irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Rahasia Sujud dalam Untaian Amalan Shalat
Pribadi Seimbang Menurut Islam
Rahasia dan Keutamaan Tasbih Sayyidah Zahra as.
Mengapa tangan seorang pencuri harus dipotong?
Curahan Rahmat Tuhan
Hadis Larangan Penyerupaan dan Penisbatan kepada Allah dari Imam Ridha as
Peristiwa-peristiwa yang terjadi sepeninggal Rasulullah saw
Yenni Wahid Ajak Kaum Perempuan Indonesia Terus Kampanyekan Perdamaian
Apakah Sunnah dapat menasakh al-Qur’an?
Dosa-dosa Besar dan Dosa-dosa Kecil (3)

 
user comment