Indonesian
Wednesday 15th of May 2024
0
نفر 0

Pertemuan Menkes Iran dengan Sejumlah Ulama Marja Taklid

Menurut Kantor Berita ABNA, DR. Qadhi Zadeh Hasyimi, Menteri Kesehatan Republik Islam Iran, ahad pagi [11/10] dalam kunjungannya ke kota Qom menemui sejumlah ulama marja taklid guna
Pertemuan Menkes Iran dengan Sejumlah Ulama Marja Taklid

Menurut Kantor Berita ABNA, DR. Qadhi Zadeh Hasyimi, Menteri Kesehatan Republik Islam Iran, ahad pagi [11/10] dalam kunjungannya ke kota Qom menemui sejumlah ulama marja taklid guna menyampaikan laporan secara langsung mengenai perkembangan terkini dari tim pencari fakta peristiwa tragedi Mina yang menelan korban jiwa lebih dari 400 jiwa jamaah haji Iran.

Berikut laporan singkat dari redaksi ABNA mengenai sejumlah kunjungan tersebut.

Ayatullah al Uzhma Shafi Ghulpaghani

Ayatullah al Uzhma Shafi Ghulpaghani ahad pagi [11/10] ditemui di kantornya oleh Menteri Kesehatan Iran beserta rombongannya mengatakan, “Insiden Mina adalah tragedi memilukan bagi dunia Islam, dan harus dipikirkan sedimikian rupa agar tragedi serupa tidak terulang lagi kedepannya. Semoga ini dijadikan pelajaran, dan tahun-tahun mendatang pelayanan yang diberikan oleh Arab Saudi semoga bisa lebih baik.”

Beliau melanjutkan, “Harus diperhatikan, bahwa disarankan yang telah menunaikan ibadah haji, sebaiknya tidak lagi menunaikannya dengan memberi kesempatan kepada muslim lainnya, untuk menunaikannya.”

Menyinggung penyebab terjadinya tragedi Mina, Ayatullah Shafi Ghulpaghani mengatakan, “Tidak diragukan lagi, penyebab utama terjadinya tragedi ini adalah adanya manejemen yang buruk dari pengelola penyelenggaraan haji, karena itu sudah semestinya kemampuan manejirial tersebut ditingkatkan dengan melibatkan negara-negara muslim lainnya.”

“Negara-negara muslim harus memiliki kesepakatan dan hubungan kordinasi yang baik satu sama lain, khususnya dalam masalah pengelolaan penyelanggaraan haji ini. Manejemen pengelolaan harus dilakukan dengan sangat serius, untuk menghindari terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan di tahun-tahun mendatang.” tambahnya.

Menutup pertemuan, Ayatullah Ghulpaghani mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Iran yang menunjukkan kesungguhan untuk mengusut tuntas penyebab terjadinya tragedi Mina tersebut, dan mengucapkan belasungkawa untuk para keluarga korban termasuk kepada korban luka-luka yang masih dalam perawatan medis.

Ayatullah Wahid Khurasani

Ayatullah Wahid Khurasani dalam pertemuannya dengan Menteri Kesehatan menyinggung korban insiden Mina, ia mengatakan keyakinannya bahwa korban jiwa yang meninggal dunia dalam tragedi tersebut termasuk golongan syuhada. Ia berkata, “Mereka meninggal dunia di tanah suci, dalam keadaan ihram, dan menjadi tamu Allah, insya Allah para korban jiwa meninggal dalam keadaan khusnul khatimah dan semoga digolongkan kedalam barisan mereka yang matinya syahid.”

“Para jamaah haji yang meninggal dunia di tanah suci, insya Allah memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Swt.” tambahnya.

Mengenai penyebab tragedi Mina, Ayatullah Khurasani mengatakan, “Penyebabnya adalah ketika pelayan Haramain malah berubah menjadi pengkhianat Haramain. Masalah keselamatan jamaah haji bukan masalah ringan, yang bisa dikerjakan setengah hati. Untuk selanjutnya, Arab Saudi harus lebih serius dalam mengelola penyelenggaran haji, sehingga kejadi serupa tidak lagi terulang.”

“Memakamkan jenazah korban jiwa pada tragedi Mina di Mekah atau Madinah itu baik, tidak ada kewajiban syar’i untuk harus mengembalikan dan dimakamkan di tanah airnya.” tambahnya.

Ayatullah Ja’far Subhani

Ayatullah Ja’far Subhani dalam pertemuannya dengan Menteri Kesehatan Iran, dengan menyinggung tragedi Mina, ia mengatakan, “Negara yang mengklaim diri sebagai pelayan Haramain, ketika para tamu Allah berdatangan, seharusnya menghentikan semua aktivitas lainnya dengan memfokuskan aktivitas pelayanannya kepada para tamu Allah termasuk menjamin keselamatan dan keamaan para tamu Allah tersebut. Bukan sebagaimana yang kita lihat pada pelayanan kepada para tamu Allah tahun ini.”

Ulama marja taklid tersebut dalam lanjutan pernyataannya menyampaikan sarannya, “Pengambil kebijakan negara-negara muslim harus duduk bersama untuk mengambil keputusan pengelolaan jamaah haji ditahun mendatang menjadi tanggungjawab bersama. Demikian pula para ulama fikih, untuk merumuskan bersama fatwa kontemporer mengenai manasik haji, untuk menghindarkan terjadinya manasik haji yang kembali menelan korban jiwa.”

“Dalam melontar jumrah, barangsiapa yang tidak memiliki kemampuan fisik bisa mewakilkannya kepada orang lain. Jika ini diperhatikan dan diamalkan dengan baik oleh para jamaah haji, setidaknya korban jiwa bisa lebih diminimalisir.” tambahnya.

Diakhir penyampaiannya, Ayatullah Subhani berharap agar keluarga korban mendapat ketabahan dan kesabaran dari Allah Swt, dan arwah para korban jiwa mendapat tempat dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Swt.

Ayatullah Makarim Shirazi

Ayatullah Makarim Shirazi dalam pertemuannya dengan Menteri Kesehatan Iran berkata, “Saya pribadi sangat berterimakasih kepada jajaran pemerintah, termasuk kementerian kesehatan dengan upaya dan kerja keras dalam menangani para korban dalam insiden Mina yang memilukan tersebut.”

Menyinggung keberhasilan pemerintah Iran memulangkan jenazah jamaah haji yang menjadi korban dalam insiden Mina, Ayatullah Makarim Shirazi mengatakan, “Iran sampai saat ini satu-satunya negara yang serius dan fokus untuk menyingkap tabir dibalik tragedi ini bahkan termasuk negara yang sedemikian perhatian pada para korban. Pengelolaan Iran tersebut, saya yakin akan menjadi pelajaran bagi negara-negara lain, yang insya Allah ditahun-tahun mendatang, akan ikut bersama Iran untuk terus menuntut Saudi membenahi pengelolaan haji.”

Berikutnya Ayatullah Makarim Shirazi menyebutkan seorang muslim itu sangat mulia, baik semasa hidupnya maupun setelah meninggalnya, karenanya menurut ulama marja taklid ini jenazah seorang muslim, terlebih lagi meninggal dalam keadaan sebagai tamu Allah, wajib untuk diperlakukan dengan hormat. Ia berkata, “Salah satu filosofi dari memandikan jenazah adalah untuk menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang sedemikian memberikan penghormatan dan pemuliaan terhadap seorang muslim, meskipun telah menjadi jenazah.”

Berkenaan dengan pengelolaan haji oleh Arab Saudi yang menurutnya memiliki manajemen yang buruk, Ayatullah Makarim Shirazi mengatakan, “Jika sekiranya Arab Saudi mau melakukan 4 hal berikut ini, insya Allah akan terjadi perubahan yang fundamental. Pertama, Saudi harus terbuka dalam menjelaskan penyebab kasus ini dan mengizinkan lembaga independent untuk menyelidiki kasus ini. Kedua, Arab Saudi harus bertanggungjawab sepenuhnya atas tragedi ini, dengan mengganti kerugian para korban. Ketiga, menjalin kordinasi dan melibatkan negara-negara muslim dalam pengelolaan Haramain dan pelaksanaan haji di tahun-tahun mendatang. Keempat, belajar dari tragedi ini, dan melakukan antisipasi dan upaya pencegahan sedini mungkin, agar tragedi ini tidak lagi terjadi.”

Dalam pernyataan selanjutnya, Ayatullah Makarim Shirazi mengatakan jamaah haji yang memasuki Haram kemudian meninggal dunia, meskipun prosesi pelaksanaan haji tidak tuntas mereka kerjakan, haji mereka akan diterima Allah Swt. Menyinggung proses pemulangan jenazah jamaah haji Iran yang menjadi korban tragedi Mina, Ayatullah Makarim Shirazi mengatakan, “Jenazah jamaah haji yang tidak memungkinkan untuk dipulangkan, jangan dipaksakan. Sebaiknya ia dimakamkan ditanah dimana ia meninggal dunia.”

Ayatullah Nuri Hamadani

Ayatullah Nuri Hamadani dalam pertemuannya dengan Menteri Kesehatan Iran beserta rombongannya, menyebutkan dalam Islam tidak amalan yang lebih tinggi posisinya dibanding memberikan perkhidmatan kepada masyarakat. “Seberapa mampu seseorang memberikan perkhidmatan kepada masyarakat, seberapa itu pula kedudukannya disisi Allah Swt.” jelasnya.

Ia kemudian berterimakasih dan memuji ketanggapan dan langkah cepat menteri Kesehatan dalam menangani korban insiden Mina. Ia berkata, “Kehadiran menteri kesehatan secara langsung melihat proses penanganan korban dan mendatangi mereka yang dalam perawatan medis adalah langkah yang patut dipuji dan memberi efek positif kepada keluarga korban dan korban luka-luka.”

Sebagaimana usulan ulama-ulama marja taklid lainnya, Ayatullah Nuri Hamadani juga menuntut Arab Saudi untuk memberikan hak kepada negara-negara muslim lainnya untuk terlibat dalam pengelolaan Haramain. “Haramain bukan milik satu negara saja, atau milik keluarga tertentu, melainkan milik seluruh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena itu pengelolaannya harus dipikirkan dan dimanejemeni secara bersama-sama.” tegasnya.

“Penerapan hukum di Arab Saudi berdasarkan siapa kabilah yang paling kuat, sementara sistem seperti itu adalah sistem jahiliyah yang semestinya telah punah dengan datangnya Islam. Dan tidak bisa dipungkiri juga, kebijakan politik Arab Saudi banyak dipengaruhi oleh Amerika Serikat, bahkan dasar kebijakan politiknya adalah untuk kepentingan Amerika Serikat.” kritiknya.

Ayatullah Jawadi Amuli

Ayatullah Jawadi Amuli dalam pertemuan dengan Menteri Kesehatan Iran beserta rombongan di ruang kerjanya mengatakan, “Arab Saudi harus mengetahui bahwa Ka’bah tidak sebagaimana Piramida Mesir, yang memang sudah selayaknya dikuasai dan dikelola sepenuhnya oleh pemerintah Mesir. Ka’bah adalah kiblat kaum Muslimin, yang siang malam perhatian umat Islam ada pada Ka’bah. Hidup mati seorang muslim dihadapkan pada Ka’bah. Kita selama hidup akan bersama Ka’bah, begitupun mati akan tetap bersama Ka’bah. Arab Saudi tidak punya hak untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya atas Ka’bah.”

“Raja Arab Saudi mengklaim diri sebagai pelayan dua kota suci umat Islam, yang di hari-hari manasik haji justru menyerang dan mengagresi Yaman, negara muslim yang miskin. Kesewenang-wenangan tersebut, justru tidak sesuai dengan klaimnya sebagai pelayan bagi kaum muslimin.” tambahnya.

Dalam lanjutan pernyataannya, Ayatullah Jawadi Amuli mengatakan, “Insya Allah, jamaah haji yang menjadi korban dalam insiden Mina akan tercatat sebagai golongan syuhadah. Meski demikian, Arab Saudi tidak boleh lepas dari tanggungjawab. Saudi harus memberikan ganti rugi kepada keluarga korban, sebab tragedi ini terjadi karena pengelolaan haji yang buruk.”

Mengenai jenazah korban tragedi Mina, Ayatullah Jawadi Amuli mengatakan, “Jenazah yang dimakamkan di tanah suci memiliki keistimewaan, dan tidak ada kekhawatiran bagi mereka yang dimakamkan di tanah suci yang meninggalnya dalam keadaan beribadah dan menjadi tamu Allah. Meski demikian segala upaya yang mungkin, tetap diusahakan agar jenazah korban dari jamaah haji Iran dipulangkan ke tanah air dan mendapat pengurusan yang semestinya dari keluarganya. Namun jika tidak memungkinkan, adalah keputusan yang bijaksana merelakan hal terseut, sebab mereka yang dimakamkan di tanah suci memiliki kedudukan yang khusus.”

Ayatullah Musawi Ardebili

Ayatullah al Uzhma Ardebili dalam pertemuan dengan Menteri Kesehatan Iran mengatakan penyebab terjadinya tragedi Mina yang menelan korban jiwa ribuan orang dari jamaah haji adalah disebabkan tidak adanya upaya antisipasi yang serius dari Arab Saudi sebagai pengelola haji. “Mendengarkan kesaksian korban yang selamat, bahwa tragedi tersebut bermula dari adanya penutupan jalan oleh pihak terkait Arab Saudi, dan upaya penyelamatan korban yang sangat terlambat, maka bisa dikatakan ada faktor kesengajaan dari tragedi ini.” ungkapnya.

Ulama marja taklid ini, untuk mengungkap fakta dibalik terjadinya insiden Mina mendesak dibentuknya lembaga independent yang terdiri dari negara-negara muslim yang jamaah hajinya menjadi korban dalam peristiwa memilukan tersebut.

Dibagian akhir pembicaraannya, Ayatullah Ardebili berharap keluarga korban mendapatkan anugerah kesabaran dan ketabahan dari Allah Swt.


source : abna24
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Korupsi Waktu dalam Pandangan Islam
Ujian dan Pertolongan dari Allah bagi Para Kekasih-Nya (2)
Anak-anak Suriah Peringati Hari Asyura
Adzan untuk Orang Mati dan Bayi
Imbalan Menggunakan Karunia di Jalan Tuhan
SAYYIDINA HUSAIN BIN ALI, PEMIMPIN PARA SYUHADA
Apakah yang dimaksud dengan manusia diuji dengan kekurangan harta (kekurangan hasil ...
Sejarah Imam Ali AS (Bagian 2)
Kedudukan Imam dalam Masyarakat
Takfiri dan Penghancuran Pemakaman Baqi

 
user comment