Indonesian
Tuesday 10th of December 2024
0
نفر 0

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Daniel As, mengancam Allah Swt untuk melakukan dosa . Apakah hal ini ada benarnya? Bagaimana kita dapat mencari sisi benar teks riwayat ini?

Dalam sebuah riwayat berikut ini disebutkan bahwa Nabi Daniel As, mengancam untuk melakukan dosa kepada Allah Swt. Apakah hal ini ada benarnya? Bagaimana kita dapat mencari sisi benar (taujih) teks riwayat ini? Dari Abi Ja\'far ia berkata : Sesungguhnya Allah telah menyuruh Nabi Dawud a.s. agar menemui hambaNya Danial dan berkata padanya : Wahai Danial, kamu telah melakukan kesalahan tiga kali dan Aku (All
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Daniel As, mengancam Allah Swt untuk melakukan dosa . Apakah hal ini ada benarnya? Bagaimana kita dapat mencari sisi benar teks riwayat ini?

Dalam sebuah riwayat berikut ini disebutkan bahwa Nabi Daniel As, mengancam untuk melakukan dosa kepada Allah Swt. Apakah hal ini ada benarnya? Bagaimana kita dapat mencari sisi benar (taujih) teks riwayat ini? Dari Abi Ja\'far ia berkata : Sesungguhnya Allah telah menyuruh Nabi Dawud a.s. agar menemui hambaNya Danial dan berkata padanya : Wahai Danial, kamu telah melakukan kesalahan tiga kali dan Aku (Allah) telah mengampuninya bila kesalahan itu kau ulang yang keempat kalinya maka tidak Ku ampuni. Kemudian Danial berdoa pada Allah pada waktu sahur: Demi KeagunganMu sungguh bila engkau tidak mau menjagaku dari perbuatan dosa , maka aku pasti berbuat durhaka, berbuat durhaka, berbuat durhaka (Al Kaafi 2/316). Bagaimana mereka orang-orang Syiah itu percaya atas terlindunginya Imam dari dosa dan kesalahan padahal kita saksikan sendiri bagaimana buku induk pegangan Syi’ah mencela para Nabi seperti yang kita baca barusan, yang mengisahkan keberanian Nabi Danial pada Allah dengan berkata “sungguh aku akan berbuat maksiat”. Seseorang berkata pada Amirul mu’minin : “Wahai Amirul Mu’minin, di perut saya ada cairan kuning, apakah penyakitku ini dapat disembuhkan? Ali menjawab: Tulislah di perutmu ayat kursi, lalu siramkan air itu pada perutmu dan minumlah air itu, dan jadikan air itu sebagai jimat di perutmu, maka dengan izin Allah sakit di perutmu akan sembuh. Lalu si penanya melakukan apa yang diajarkan Amirul mu’minin dan benar-benar sembuh. (Al Kafi jilid 2 hal 457)
Jawaban Global
Riwayat yang dikutip dalam pertanyaan adalah sebagai berikut:
«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ أَوْحَى إِلَى‌ دَاوُدَ (ع) أَنِ ائْتِ عَبْدِی دَانِیَالَ فَقُلْ لَهُ إِنَّکَ عَصَیْتَنِی فَغَفَرْتُ لَکَ وَ عَصَیْتَنِی فَغَفَرْتُ لَکَ وَ عَصَیْتَنِی فَغَفَرْتُ لَکَ فَإِنْ أَنْتَ عَصَیْتَنِیَ الرَّابِعَةَ لَمْ أَغْفِرْ لَک‌ .... فَوَ عِزَّتِکَ لَئِنْ لَمْ تَعْصِمْنِی لَأَعْصِیَنَّکَ ثُمَّ لَأَعْصِیَنَّکَ ثُمَّ لَأَعْصِیَنَّک»‌
 
“Sesungguhnya Allah Swt mewahyukan kepada Daud As (yang berisikan perintah) untuk pergi ke hamba-Ku Daniel dan katakan kepadanya bahwa engkau telah berbuat dosa dan Aku telah mengampuninya dan memaafkan hingga tiga kali perbuatan  dosa yang dilakukan. Aku tidak akan  memaafkan apabila engkau melakukan sebanyak empat kali. Daud datang kepada Daniel dan menyampaikan pesan Allah Swt. Daniel menjawab, Engkau telah menyampaikan pesan Allah. Tatkala Subuh, Daniel sibuk bermunajat kepada Allah Swt dan berkata, ‘Tuhanku! Nabi-Mu Daud mengabarkan kepadaku bahwa Aku telah bermaksiat kepada-Mu dan Engkau juga telah memaafkanku. Demi keagungan-Mu! Apabila Engkau tidak menjagaku maka Aku akan kembali bermaksiat kepada-Mu.’”[1]
Riwayat ini dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

    Maksiat dalam riwayat ini bermakna tark aula (meninggalkan perbuatan yang lebih utama) yang bisa saja dilakukan oleh para nabi.
    Apa yang disebutkan pada akhir riwayat bermakna bahwa hanya dengan kemaksuman-Mu yang mampu membuatkan terjauh dari dosa dan tentu saja hal  ini tidak  bermakna ancaman, melainkan mirip dengan tuturan Nabi Ibrahim yang berkata kepada Allah Swt:

«لَئِنْ لَمْ یَهْدِنی‌ رَبِّی لَأَکُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّین»
“Sesungguhnya jika Tuhan-ku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (Qs. al-An’am [6]:77)
Apa yang diyakini Syiah terkait dengan para imamnya adalah jenis kemaksuman ini yang diperoleh dengan petunjuk dan hidayah dari Allah Swt. [iQuest]
 
[1].  Muhammad bin Yakub Kulaini, al-Kâfi, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 2, hal. 436, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keempat, 1407 H


source : islamquest
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Filosofi Peringatan Acara Hari Ketiga, Ketujuh, Keempat Puluh dan Haul Kematian
Status Hadits “Ana Madinatul ‘Ilmi wa ‘Aliyyun Babuha”
Studi Kritis Hadits "Berpegangan kepada al-Quran dan as-Sunnah"
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 7-10
Busana Muslimah; antara Mode dan Etika
Injil Barnabas Asli Ditemukan, Vatikan Terancam Bubar
Dialog Fatimah as dengan Abu Bakar; Mengungkap kebohongan sebuah hadis politik
Konflik Suriah, Bukan Konflik Sunni-Syiah
Akhlak dalam Sirah Kehidupan Imam Muhammad al-Jawad as
Bagaimana keadilan menurut Aristoteles dan Filosof Muslim?

 
user comment