Berdasarkan ayat-ayat al-Quran, Allah Swt menganugerahkan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Pertanyaannya siapa saja yang diberikan hikmah ini?
Jawaban Global
Allah Swt dalam al-Quran berfirman:
«یُؤْتِی الْحِکْمَةَ مَنْ یَشاءُ وَ مَنْ یُؤْتَ الْحِکْمَةَ فَقَدْ أُوتِیَ خَیْراً کَثیراً»
“Allah akan menganugrahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah tersebut, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang yang tak terhingga.” (Qs Al-Baqarah [2]:269)
Hikmah, sebagaimana yang disebutkan oleh para filosof dan sebagian mufasir adalah proposisi-proposisi benar yang selaras dan sejalan dengan realitas-realitas. Artinya pada tingkatan tertentu mencakup kebahagiaan manusia, seperti ajaran-ajaran Ilahi tentang mabdā (asal-mula penciptaan) dan ma’ād (akhir penciptaan). Atau sekiranya mencakup ajaran-ajaran dari realitas-realitas alam natural, maka maarif tersebut tetap terkait dengan kebahagiaan manusia. Seperti realitas-realitas fitrawi yang menjadi asas pembentukan syariat-syariat agama.[1]
Kata hikmah berulang kali disebutkan dalam al-Quran dan riwayat-riwayat. Mengingat maknanya yang luas maka hikmah disebut sebagai salah satu anugerah Ilahi yang diberikan Allah Swt kepada para nabi dan sebagian manusia bertakwa. Berikut ini adalah sebagian contoh dari pemberian hikmah Ilahi kepada para nabi dan sebagian manusia bertakwa:
Para nabi: Al-Quran dalam kaitannya dengan pemberian hikmah kepada Nabi Muhammad Saw menyatakan:
«وَ أَنْزَلَ اللهُ عَلَیْکَ الْکِتابَ وَ الْحِکْمَةَ وَ عَلَّمَکَ ما لَمْ تَکُنْ تَعْلَمُ»
“Dan Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al-Nisa [4]:113)
Atau pada ayat lainnya:
«ذلِکَ مِمَّا أَوْحى إِلَیْکَ رَبُّکَ مِنَ الْحِکْمَةِ»
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu.” (Qs Al-Isra [17]:39)[2]
Al-Quran juga menyinggung tentang pemberian hikmah kepada para nabi seperti Nabi Daud As[3] dan Nabi Isa As.[4]
Para wali pilihan Allah; seperti Lukman Hakim[5] dan Ala Ibrahim[6] juga merupakan orang-orang yang menerima hikmah Ilahi. Yang dimaksud Ala Ibrahim pada ayat ini, entah Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya yang merupakan anak cucu Nabi Ismail atau mencakup Alu Ibrahim secara mutlak, entah dari anak keturunan Ismail atau dari anak cucu Ishak (Bani Israel) yang bagaimanapun mencakup Nabi Muhammad Saw.[7]
Ulul Albāb: Imam Shadiq As berkata kepada Hisyam, “Allah Swt menyebut-nyebut nama para ulul albāb dan mengindahkan mereka sebaik-baiknya keindahan serta menyatakan bahwa Dia akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan hanya orang-orang berakal yang mengambil pelajaran.”[8]
Orang-orang zahid dan bertakwa: Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Barang siapa yang mencabut hatinya dari dunia maka Allah Swt akan menganugerahkan mata air hikmah dalam dirinya.”[9]
Dalam hal ini, orang-orang bertanya kepada Hatim bagaimana engkau memperoleh hikmah? Katanya, “Dengan perantara kurang makan, kurang tidur, kurang berbicara, tidak menumpuk-numpuk segala yang diberikan Allah Swt kepadaku.”[10]
Dengan memperhatikan apa yang telah diuraikan, menjadi jelas bahwa hikmah tidak terkhusus bagi para nabi bahkan orang lain pun dapat memperoleh hikmah berdasarkan ketakwaan, sebagaimana Lukman dan yang lainnya memperoleh hikmah Ilahi padahal mereka bukan nabi.
Pada dasarnya dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang menyatakan bahwa salah satu tugas para nabi adalah mengajarkan hikmah kepada masyarakat:
«لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنینَ إِذْ بَعَثَ فیهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ
یَتْلُوا عَلَیْهِمْ آیاتِهِ وَ یُزَکِّیهِمْ وَ یُعَلِّمُهُمُ الْکِتابَ وَ الْحِکْمَةَ»
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah.” (Qs Ali Imran [3]:164)
Karena itu, barang siapa yang beriman kepada Allah Swt dan ajaran-ajaran para nabi serta hidup dengan takwa dan iman maka Allah Swt akan membukakan gerbang-gerbang hikmah baginya sebagai tebusan atas iman dan amal saleh yang dikerjakan. [iQuest]
[1] Thabathabai, Sayid Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 2, hal. 395, Qum, Daftar Intisyarat Islami, Cetakan Kelima, 1417 H. Terkait dengan makna hikmah, silahkan lihat Jawaban 86.
[2] Ayat-ayat berikut ini adalah beberapa indikator pemberian hikmah kepada Rasulullah Saw:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah, dan menyucikan mereka.” & “Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu (sendiri) yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, menyucikanmu, mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, dan mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs. Al-Baqarah [2]:129 & 151); Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. (Qs. Al-Nahl [16]:125); “Dan ingatlah ayat Allah dan hikmah yang dibacakan di rumahmu. Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Ahzab [33]:34); “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul dari golongan mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Qur’an) dan hikmah, meskipun mereka sebelum itu benar-benar terjerumus dalam jurang kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Jumu’a [62]:2)
[3] . “Kemudian Allah menganugrahkan kerajaan dan hikmah kepada Dawud, dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. Al-Baqarah [2]:251); “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Qs. Shad [38]:20)
[4] “Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil.” (Qs. Ali Imran [3]:48); “(Ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) ketika Aku mengajarmu kitab, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) ketika kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) ketika kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Isra’il (dari keinginan mereka membunuh)mu di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, ‘Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.’” (Qs. Al-Maidah [5]:110); “Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhan-ku dan Tuhan-mu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.” (Qs. Al-Zukhruf [43]:64)
[5] “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, (dan Kami berkata kepadanya), “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs. Luqman [31]:12)
[6] “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad dan keluarganya) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan yang besar.” (Qs. Al-Nisa [4]:54)
[7] Al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 4, hal. 376.
[8] Kulaini, Muhammad bin Yakub, Kāfi, Riset oleh Ali Akbar Ghaffari & Muhammad Akhundi, jil. 1, hal. 15, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Keempat, 1407 H.
[9] Ibid, jil. 2, hal. 128.
[10] Maibadi, Abul-Fadhl Rasyidul-Din, Kasyf al-Asrār wa ‘Iddah al-Abrār, jil. 1, hal. 363, Tehran, Amir Kabir, Cetakan Kelima, 1371 S.
source : islamquest