Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Imam Musa Kadzim, Samudera Ilmu

Imam Kadzim mengalami empat fase dinasti Abbasiyah, yaitu: Khalifah Mansur, Mahdi, Hadi dan Harun. Lembaran sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kadzim mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan perlawanannya atas kezali
Imam Musa Kadzim, Samudera Ilmu



Imam Kadzim mengalami empat fase dinasti Abbasiyah,

yaitu: Khalifah Mansur, Mahdi, Hadi dan Harun.

Lembaran sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kadzim

mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim

saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan

perlawanannya atas kezaliman. Bahkan Dinasti Abbasiah

menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap

bulan kepada Imam Musa. Namun beliau menolak usulan

tersebut dengan menyebutkan ayat 33 surat Yusuf,

"Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan

mereka kepadaku."

 

Fase kehidupan Imam Kadzim di era dinasti Abbasiyah

dipenuhi berbagai tekanan dari pemerintah zalim.

Meskipun demikian, Imam Kadzim sepanjang hidupnya

tetap aktif memberikan arahan dan petunjuk tentang

ajaran Islam dari Rasulullah Saw. Ibnu Hajar Haitsami,

salah satu pemuka Ahlu Sunnah berkata, Musa Kazim

pewaris ilmu-ilmu dari ayahnya dan memiliki keutamaan

serta kesempurnaan. Beliau mendapat gelar Kadzim

karena kesabaran beliau menghadapi cacian dan

kelapangan beliau memaafkan orang yang bersalah

kepadanya. Di zamannya, tidak ada orang yang

menandinginya baik dari sisi keilmuan maupun

ketakwaan.  

 

Salah satu nasehat Imam Musa Kadzim mengenai

pentingnya ilmu agama, terutama marifatullah. Imam

Kadzim berkata, “Kenalilah Tuhan dalam beragama. Sebab

marifatullah dan fiqh adalah kunci pengetahuan dan

kesempurnaan ibadah.”

 

Dalam pesannya, Imam Kadzim menjelaskan urgensi agama

bagi kebahagiaan umat manusia dengan syarat memahami

dengan baik, terutama masalah marifatullah. Orang yang

menyelami agama dengan baik akan mengetahui mana jalan

yang benar dan mana yang sesat. Oleh karena itu,

kewajiban Muslim adalah memahami keyakinan

keagamaannya dengan sebaik-baiknya.

 

Di bagian lain nasehatnya, Imam Kadzim berkata, “Aku

membagi pengetahuan masyarakat terdiri dari empat

bagian. Pertama, kenalilah Tuhanmu. Kedua, ketahuilah

dengan dan untuk apa sesuatu itu. Ketiga, ketahuilah

apa yang diinginkan. Keempat, ketahuilah apa yang akan

membuatmu keluar dari agama.”

 

Nasehat Imam Kadzim tersebut menunjukkan keluasan

ilmu. Beliau juga menjelaskan ilmu apa yang akan

memberikan manfaat bagi manusia, terutama

kebahagiaannya sehingga menjadi prioritas untuk

dipelajari. Menurut Imam Kadzim, marifatullah, sebagai

ilmu yang paling penting. Sebab ilmu ini merupakan

kunci dari ilmu lainnya. Setelah mengenal Tuhan, kita

akan mensyukuri karunia-Nya yang melimpah. Pengetahuan

tentang karunia Tuhan membawa kita untuk mendalami

berbagai disiplin ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia.

 

Meskipun berada dalam tekanan penguasa lalim, Imam

Kadzim dengan berbagai cara melakukan penyadaran

kepada umat Islam mengenai sistem politik dan sosial

yang ideal berdasarkan ajaran Islam, sehingga

masyarakat pun memahami nilai-nilai Islam dalam

kehidupan sosial, termasuk dalam politik.

 

Di saat-saat sulit sekalipun, Imam Kadzim tetap

konsisten membimbing umat Islam baik secara langsung

maupun melalui para muridnya. Arahan dan bimbingan

Imam Kadzim tentu saja sangat berpengaruh bagi

masyarakat. Hisham bin Hakam adalah salah satu murid

Imam Kazim. Ia banyak meninggalkan karya di berbagai

ilmu. Imam kerap memberi nasehat kepada Hisham, salah

satunya berkenaan dengan dunia dan akhirat. Beliau

berkata, bukan dari kami orang yang rela menjual

akhiratnya demi dunia atau sebaliknya.

 

Pembahasan mengenai hubungan dunia dan akhirat telah

menjadi polemik sejak dahulu kala. Menyikapi masalah

ini, Imam Kadzim memandang dunia dan akhirat bukan

hanya tidak dapat dipisahkan, namun keduanya memiliki

hubungan sangat erat. Sebab dunia merupakan kesempatan

dan medan bagi manusia untuk mencapai kesempurnaan.

Oleh karena itu, dunia menjadi arena untuk mencapai

kebahagiaan di akhirat.

 

Menurut Imam Kadzim, sikap berlebih-lebihan dalam

masalah dunia dan akhirat berarti seseorang telah

keluar dari jalan Ahlul Bait. Dunia akan menjadi hina

ketika ia dijadikan sebagai tujuan oleh manusia, dan

manusia sangat bergantung dengannya. Ketika itu, dunia

berubah menjadi arena yang melalaikan manusia,

bukannya tempat untuk mencapai kesempurnaan.

 

Masyarakat ideal dalam pandangan Ahlul Bait adalah

masyarakat yang mampu menyeimbangkan antara akal,

emosi, ibadah, agama dan dunia serta tidak berlebih-

lebihan dalam menggunakannya.

 

Di sisi lain, Imam Kadzim menegaskan ajaran agama

sebagai dasar bagi aktivitas dunia. Dari sinilah kita

saksikan Imam Kadzim memprotes sikap Safwan bin Mahran

yang menyewakan unta-untanya kepada Harun al-Rashid,

pemimpin zalim untuk pergi haji. Beliau berkata,

"Wahai Safwan tindakanmu terpuji kecuali ketika kamu

menyewakan untamu kepada Harun al-Rashid."

 

Sepintas ketika Safwan bertransaksi dengan Harun hanya

sekedar masalah ekonomi. Namun dalam pandangan Imam

Kadzim, transaksi ekonomi yang dilakukan dengan

pemimpin zalim akan merusak kebahagiaan akhirat

seseorang. Ini adalah masalah yang senantiasa

diperingatkan Imam Kazim dengan sabda beliau, “Wahai

manusia! berhati-hatilah, jangan kalian rusak

akhiratmu dikarenakan dunia. Artinya jangan kalian

tenggelam dalam kenikmatan duniawi sehingga kalian

melupakan tujuan utama hidup kalian di dunia ini.”

 

Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kadzim

berkata: "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap

hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang

siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan

masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan

sikap tegas terhadap pemerintahan Harun al-Rashid,

mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para

pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.

 

Imam Kadzim sangat menekankan masalah evaluasi diri.

Beliau berkata, “Barang siapa yang mengevaluasi diri

dan perbuatannya, maka ia termasuk dari kami [Ahlul

Bait]. Jika melakukan perbuatan baik, mintalah taufik

dari Allah swt

untuk melakukan kebaikan lebih banyak lagi. Tapi, jika

melakukan keburukan, maka beristigfarlah dan mohon

ampunan dari Allah swt”.  Sekali lagi, kami

mengucapkan selamat dan suka cita di hari kelahiran

Imam Musa Kadzim.


source : alhassanain
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Muhammad di Mata Kaum Cendikiawan
Siapakah Muhammad Saw
Imam Mahdi as Dalam Al-Quran
Sayidah Zainab as, Perempuan Paling Sabar dari Nabi Ayyub
George Sille
Tarekat Ahlul Bait
Ali dengan Rasulullah bagai Harun dengan Musa
Imam Muhammad Al Baqir, Penyingkap Khazanah Ilmu
Mengapa Imam Mahdi as Disebut Pasangan Al-Quran?
Antara cinta dan benci kepada Imam Ali bin Abi Thalib

 
user comment