Semua manusia memiliki fitrah. Dan setiap manusia sesuai fitrahnya pasti memiliki keinginan dan harapan agar dunia ini dipimpin oleh manusia adil, dunia ini dijalankan dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan kepada nilai-nilai keadilan.
Dari sini dapat dipahami bahwa keinginan-keinginan manusia ini tidak lain adalah sebuah isyarat dari pencipta manusia bahwa keinginan tersebut pasti akan terlaksana, tidak mungkin Allah menempatkan keinginan yang sama disetiap diri manusia sementara Allah tidak mewujudkan keinginan tersebut.
Dalil Aqli Keberadaan Mahdi
1. Keteraturan.
Alam semesta penuh dengan hukum-hukum keteraturan, dari benda sekecil atom sampai susunan rasi bintang semua berdasarkan kepada keteraturan. Dan keteraturan sendiri adalah suatu hal yang sangat urgen dialam semesta, sebab keteraturan ini memegang kunci sehingga alam semesta bisa tetap berjalan direlnya.
Sel-sel yang menyusun manusia begitu pelik dan banyak, dan sesuai analisa para ilmuan atas anatomi dan sisi biologis tubuh manusia ditemukan bahwa seluruh sel yang menyusun tubuh manusia itu bekerja dan bergerak dalam edaran tertentu bahkan disebutkan bahwa kinerja mereka sangat teliti dan tepat waktu. Jika dibandingkan dengan teknologi tercanggih komputer jaman sekarang ketelitian sel-sel yang menyusun bangunan tubuh manusia tidak ada nilainya sama sekali.
Mungkinkah manusia yang diciptakan dengan seluruh keteraturan ini memang dipersiapkan untuk hidup didunia yang penuh dengan ketidakadilan? Bukankah secara otomatis sel-sel tubuh manusia sendiri ‘menuntut’ agar tubuh manusia tempat ia eksis hidup didalam kehidupan penuh keteraturan dan keadilan?
Tidak bisa dipungkiri bahwa kerusakan akhlak, sosial, budaya, dan semacamnya merupakan produk dari ketidakadilan dan ketidakteraturan. Ketidakadilan pribadi manusia ataupun ketidakadilan secara lebih luas diantara sesama manusia ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Keteraturan alam semesta memberitahu kita bahwa alam semesta diwaktunya nanti harus dipegang oleh orang adil, orang yang mematuhi aturan ilahi sebagaimana bumi yang terus beredar dan berputar ditempatnya, manusia adil ini juga memerintah dan menjalankan aturan di alam semesta sesuai apa yang diperintahkan oleh penciptanya yakni Allah swt.
Ketika hal itu sudah terjadi berarti alam semesta termasuk didalamnya manusia telah kembali kejalur penciptaan yang sesungguhnya.
2. Konsep Menuju Kesempurnaan.
Dimanapun kita berada, kita menjadi saksi bahwa manusia yang pada awalnya hidup apa adanya, misalnya disisi materiil, manusia memakai baju yang sangat sederhana penting bisa menutupi aurat terpenting. Sementara sekarang ini berbagai jenis pakaian manusia cukup membuat mata berdecak kagum, mengapa demikian, karena manusia senantiasa bergerak dan menuju titik kesempurnaan. Terlepas nilai kesempurnaan manusia itu seperti apa, sebab sebagian manusia bergerak menerjemahkan nilai kesempurnaan dengan tidak mengindahkan lagi fitrah kemanusiaannya, lebih cenderung menyesuaikan dengan konsep hidup hewan yang tidak memiliki fitrah dan akal pikiran.
Pada awalnya memang proses menuju kesempurnaan hanya berhenti diseputar masalah materi namun manusia nantinya akan berusaha mencari hal lain, capaian yang sebenarnya harus ia raih yakni gapaian maknawi. Sebagaimana kita ketahui capaian maknawi seperti akhlak dan semacamnya juga ada tingkatan-tingkatan dimana manusia biasa akan puas dalam menapaki perjalanan ini. Sebab perjalanan ini tidak mudah digapai.
Manusia dari dulu hingga sekarang sering atau selalu dipimpin seorang pemimpin dzalim, melihat ini lama kelamaan manusia akan melakukan revolusi. Seperti kita lihat di Indesia, reformasi tahun 1997 sebenarnya salah satu upaya agar mereka bisa hidup dibawah pemerintahan adil dan bersih, terlepas sekarang tujuan mereka itu sudah berhasil atau belum.
[]
Disarikan dari Panjah dars Ushul Aqaid baraye Jawanan Nashir Makarim Syirazi[50 Pelajaran Ushul Aqidah untuk Anak Muda]
source : alhassanain