Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia pun berkisah :
Suatu hari, datang seorang wanita dari Anshor bersama 10 putranya untuk menghadap Rasulullah saw. Wanita itupun berkata, “Ya Rasulullah, mereka adalah anak-anakku. Kupersembahkan semuanya untukmu. Ajaklah mereka berjihad dijalan Allah swt.”
Singkat cerita, mereka semua ikut berperang bersama Rasulullah saw hingga 9 orang syahid di jalan Allah. Dan hebatnya, seorang ibu ini lebih berbahagia mendengar kabar anak-anaknya yang gugur daripada anaknya yang masih tersisa.
Tersisalah satu anak yang paling bungsu yang masih hidup. Namun sayangnya, kehidupan anak ini mulai melenceng dan banyak melakukan dosa.
Hingga suatu hari, si bungsu ini tertimpa penyakit yang parah. Sang ibu tak kuasa melihatnya, ia begitu kasihan dan sedih melihat anak terakhirnya ini.
Lalu sang anak bertanya, “Duhai ibuku, semua saudaraku lebih baik dariku tapi ibu tidak menangisi mereka. Tapi kenapa engkau menangisi putramu yang pendosa ini?
Sang ibu menjawab, “Karena itulah aku menangis.”
Wanita ini tak pernah mengkhawatirkan putrnya yang syahid karena mereka pasti mendapat kenikmatan di sisi Allah, tapi ia begitu mengkhawatirkan putranya yang pendosa ini.
Pada akhir-akhir nafasnya, anak ini berkata, “Duhai ibuku, andai aku berbuat salah atau melanggar hakmu, sementara ditanganmu ada api yang menyala-nyala, apakah kau akan melemparkannya kepadaku?”
“Tidak mungkin wahai anakku.” jawab sang ibu.
“Bukankah kau tau bahwa yang Menciptakanku lebih penyayang daripada yang melahirkanku?” tanya sang anak, lalu ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Mendengar kisah ini, Rasulullah saw berkata kepada wanita Anshor ini, “Kabar gembira untukmu, sungguh anakmu telah diampuni oleh Allah karena berbaik sangka kepada tuhannya.”
Kisah yang begitu mengharukan ini sesuai dengan Firman Allah dalam Hadist Qudsi-Nya,
“Aku seperti yang disangkakan hamba-Ku yang mukmin”
Baik sangka kita kepada Allah menentukan nasib kita di Hari Akhir. Jangan pernah berputus asa dari rahmat dan kasih sayang. Kembalilah walau sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan.
Namun prasangka (husnu dzon) kepada Allah yang disebutkan dalam berbagai riwayat itu harus disertai dengan amal soleh dan menjaga syariat-Nya. Dan jika berbaik sangka kepada Allah namun meremehkan perbuatan dosa, maka husnudzon itu tak akan ada manfaatnya.
source : alhassanain