Persamaan dan Perbedaan Islam dan Kristen Ihwal Isa
Wilson: Seluruh masalah tauhid dan monoteisme dalam Islam, sesuai dengan penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Ajaran Islam berkenaan dengan Isa juga telah menjadi terang. Kini saya ingin mendengar poin secara ringkas tentang persamaan Islam dan Kristen ihwal Isa.
Chirri
: Islam sejalan dengan Kristen, secara umum, sebagaimana pada poin-poin berikut ini: 1. Islam mendakwahkan kesucian Isa As. Pada kenyataannya, hal ini menjadi bagian penting dalam ajaran Islam untuk mengagungkan dan meyakini kesucian Isa As, dan bahwa ia hidup di dunia ini sebagai seorang yang bebas dari segala bentuk dosa. Dari al-Qur’an kita membaca, “(ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (Qs. Ali Imran [3]:45) 2. Islam mendeklarasikan kesucian Maria, ibunda Isa. Tidak ada seorang Muslim yang dapat meragukan kesucian dan kesusilaan Maria. Ia, sesuai dengan al-Qur’an, merupakan wanita tersuci di antara bangsa-bangsa, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (Qs. Ali Imran [3]:42-43)
3. Islam menyatakan bahwa Isa dengan mukjizat lahir dari seorang ibu perawan tanpa seorang ayah. Al-Qur’an menegaskan, “Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qura'n, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: “Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Qs. Maryam [19]:16-26) 4. Al-Qur’an mengatributkan kepada Isa banyak mukjizat yang disebutkan dalam Injil. Menurut al-Qur’an, Isa diberikan kekuasaan oleh Allah untuk menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan membuat orang buta menjadi melihat, “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Qs. Ali Imran [3]:49) Di samping itu, Kitab Suci al-Qur’an menisbahkan kepada Isa sebuah mukjizat yang tidak tercatat dalam kitab-kitab Injil: Isa berbicara dengan jelas tatkala ia masih dalam buaian (ayunan), “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Qs. Maryam [19]:27-33)
Wilson: Titik-titik persamaan, berkat penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Saya tahu bahwa para pengikut banyak agama memiliki pandangan yang berbeda dalam masalah Isa. Sebagian dari mereka dapat dipandang sebagai anti-Isa lantaran mereka mengingkari kesucian Isa dan Maria, tidak meyakini mukjizat-mukjizatnya dan menolak kebenarannya; sebagian dari mereka bersikap netral, juga tidak bersikap anti-Isa; dan beberapa dari mereka pro terhadap Isa, meyakini kesuciannya dan menerima seluruh ajarannya dan meyekini seluruh mukjizatnya. Sesuai dengan penjelasan Anda, kaum Muslimin harus dipandang sebagai pro-Isa, sebagaimana kaum Kristian sendiri. Apa yang tertinggal kini adalah melihat titik-titik perbedaan antara kaum Muslimin dan kaum Kristian berkenaan dengan Isa.
Chirri
: Wilayah perbedaan antara Islam dan Kristen, dalam melihat Isa, termasuk dalam beberapa poin-poin berikut ini: 1. Kendati Islam menerima kesucian Isa, namun ia mengingkari keilahian Isa. Menurut ajaran Islam, Isa tidak memiliki sifat ketuhanan. Ia bukan Tuhan, juga tidak menyatu dengan Tuhan. Ia layak mendapatkan pengagungan, takzim dan penghormatan, namun ia tidak patut untuk disembah. Islam bersikap non-kompromi dalam tauhidnya. Tuhan hanya Satu, tiada Tuhan selain Dia, Mahakuasa, Abadi, Swa-Ada, Nir-batas dalam pengetahuan, hidup dan kekuasaan. Isa tidak abadi. Ia hidup kurang lebih 2000 tahun yang lalu, dan menurut kitab-kitab Injil, usianya tidak panjang. Ia bukan mahakuasa lantaran mendapatkan penganiayaan; juga tidak nir-batas. Ia tidak dapat menjadi Sang Pencipta semesta lantaran semesta telah berusia lebih dari empat miliar tahun lamanya, sementara ia lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Ia tidak layak disembah karena ia sendiri merupakan hamba yang beribadah kepada Tuhan.
2. Isa, sesuai dengan ajaran Islam, bukan merupakan anak Tuhan. Tuhan tidak memiliki putra atau anak, karena Dia di atas semua itu. Sejatinya, kebapakan merupakan sesuatu yang tidak diterima dalam urusan Tuhan lantaran Dia tidak berbentuk fisikal. Kebapakan spiritual juga tidak dapat diterima karena Dia merupakan Pencipta setiap wujud spiritual dan material. Dalam al-Qur’an kita dapat menemui poin ini dengan jelas, “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.” (Qs. al-An’am [6]: 100-102) 3. Islam mengingkari kruksifisi (penyaliban) Isa. Isa tidak mati di atas salib. Dalam al-Qur’an kita dapat menjumpai poin ini dengan jelas, “Dan karena Ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah “, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa [4]:157-158)
Wilson
: Pandangan ini adalah berseberangan secara tajam dengan ayat-ayat dalam seluruh kitab Injil. Keempat Injil secara terang menyatakan bahwa Isa mati di atas salib. Bagaimana kita dapat merekonsiliasi ayat al-Qur’an ini yang mengingkari dengan tegas kematian Isa di atas salib?
Chirri
: Ada sebuah jalan untuk merekonsiliasi ayat Qur’ani dan ayat-ayat dalam kitab-kitab Injil: Perbedaan keduanya dapat menjadi sebuah perbedaan antara penampilan dan realitas. Tidak ada keraguan, beberapa peristiwa yang terjadi pada masa apa yang dipandang sebagai masa penyaliban Isa dan kematiannya di atas salib. Kehidupan Isa merupakan kehidupan yang penuh dengan mukjizat. Boleh jadi bahwa orang lain (seperti Yudas, orang yang mengkhianatinya) yang secara mukjizat diserupakan dengannya, dan ia, bukan Isa, yang mati di atas salib. Ada jalan lain juga untuk merekonsiliasi antara ayat Qur’ani dan ayat-ayat Injil tanpa berujung pada asumsi terhadap mukjizat: Anggaplah Isa ditaruh di atas salib, dan ia pingsan, sehingga ia kelihatannya mati, sementara ia masih hidup. Asumsi ini bukan tanpa bukti dari kitab-kitab Injil: kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa tidak bertahan lama di atas salib. Ia diturunkan dengan segera, tanpa dipatahkan kakinya, sementara sudah merupakan kebiasaan untuk mematahkan kaki orang yang disalib. Orang-orang Yahudi mempersiapkan untuk merayakan kepergiannya. Mereka tidak ingin ia tinggal di atas salib hingga hari berikutnya, Sabtu, pada hari dimana mereka tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun termasuk penguburan. Karena Isa tidak bertahan lama di atas salib, ia boleh jadi tetap hidup. Kitab-kitab Injil juga menyatakan bahwa setelah Isa kelihatan mati, seseorang menghajarnya dengan sebuah tombak, dan darah mengucur keluar dari badannya. Kita tahu bahwa darah tidak akan mengucur dari badan yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa Isa masih hidup. Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa diletakkan di atas kuburnya, dan sebuah batu berat ditaruh di atas pusaranya, dan pada hari Minggu, tubuh itu lenyap, dan bahwa batu itu tersingkir dari mulut pusara itu. Kita memiliki hak untuk curiga bahwa beberapa orang murid Isa menyingkirkan batu itu dan menyelamatkannya. Jika Isa dibangkitkan dengan mukjizat, maka tidak akan perlu adanya penyingkiran batu itu. Tuhan mampu untuk membangkitkan dari kuburnya dan tetap membiarkan batu itu tak bergerak. Penyingkiran batu itu nampaknya merupakan perbuatan manusia, bukan pekerjaan Tuhan. Di samping itu, kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa muncul beberapa kali di hadapan muridnya setelah kejadian penyaliban. Seluruh kemunculan ini nampaknya terjadi secara rahasia, dan bahwa Isa tidak ingin muncul secara terang-terangan. Jika ia dibangkitkan dengan mukjizat, ia tidak perlu menyembunyikan dirinya dari musuh-musuhnya. Rahasia kemunculannya mengindikasikan bahwa ia masih hidup sebagaimana sebelumnya, dan bahwa hidupnya tidak diganggu oleh kematian singkat, dan bahwa ia masih merasa takut akan kejaran musuh-musuhnya. Masyarakat internasional Kafan Suci akhir-akhir ini telah menyimpulkan bahwa noda-noda darah pada kain kafan Isa menunjukkan bahwa Isa masih hidup ketika ia diturunkan dari salib. Kalau tidak, maka tidak akan ada darah pada lembaran kain yang menutupi tubuhnya. Seorang Kristian, yang beriman kepada penyaliban Isa, akan kesusahan untuk mendamaikan antara dua prinsip yang ia yakini, yaitu: Isa adalah Tuhan dan Isa disalib. Seorang yang disalib tidak dapat menjadi Tuhan lantaran ia tidak mampu melindungi dirinya, apatah lagi untuk menjadi mahakuasa. Seorang Muslim, di sisi lain, tidak menghadapi problem semacam ini. Ia yakin bahwa Isa merupakan seoarang nabi dan tidak lebih. Seorang nabi boleh jadi dianiaya dan disalib, lantaran seorang nabi tidak harus menjadi mahakuasa. Meski Islam tidak memiliki problem kontradiksi, ia telah memecahkan problem yang sebenarnya tidak ia miliki. Isa tidak disalib. Tuhan yang telah melindunginya. 4. Islam tidak sejalan dengan Kristen dalam hal doktrin penebusan dosa. (Doctrine of Redemption). Doktrin penebusan adalah bersandar pada doktrin dosa semula (original sin): bahwa umat manusia telah dikutuk oleh Tuhan karena dosa Adam dan Hawa yang secara konsekuensial diwarisi oleh anak-anak mereka. Islam menafikan seluruh doktrin dosa semula; Tuhan tidak mengutuk manusia lantaran sebuah dosa yang dilakukan oleh sepasang manusia yang hidup pada masa-masa awal penciptaan. (Hal ini dapat dibuat jelas dalam poin-poin berikut ini) Tidak ada dosa asli; oleh karena itu, tidak perlu pada penebusan bagi manusia dari dosa yang sebenarnya tidak ada. Terlebih, anggaplah bahwa terdapat dosa semula. Untuk memaafkan umat manusia dari dosa asal mereka, Tuhan tidak perlu kepada seorang yang tanpa dosa, sepert Isa, untuk disalib. Dia dapat memaafkan umat tanpa menyebabkan penderitaan seorang yang tak berdosa. Berkata bahwa Tuhan tidak memaafkan umat manusia kecuali menyalib Isa, adalah menempatkan Dia pada posisi seorang penguasa yang tidak ditaati oleh warganya. Tatkala anak-anak meminta penguasa untuk memaafkan dosa ayah mereka, ia menolak untuk melakukan hal itu kecuali ia membunuh salah seorang yang ia cintai. Jika mereka melakukan kejahatan yang serius, ia akan memaafkannya; kalau tidak, ia tidak akan melakukannya. Saya kira bahwa pendakwahan dosa asal tidak akan menempatkan Tuhan dalam posisi seperti itu. Tuhan, Mahadil dan Mahapengasih, tidak mengutuk manusia lantaran dosa para nenek moyang mereka.. Dia dapat mengampuni dosa-dosa mereka tanpa meminta mereka untuk melakukana dosa yang lebih besar.
source : alhassanain