Al-Qur’an telah menyebutkan banyak nama tentang Hari
Kiamat. Kali ini kita akan berhenti pada satu nama
dalam Surat An-Naba’, Allah berfirman :
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتاً
“Sungguh, hari pemisah (Hari Kiamat) adalah suatu
waktu yang telah ditetapkan.” (QS.An-Naba’:17)
Salah satu nama Hari Kiamat dalam Al-Qur’an adalah
Yaumul Fasl (Hari Pemisah). Mengapa disebut demikian?
Karena pada hari itu akan terpisah antara mukmin dan
kafir serta orang-orang baik dan durjana. Hari itu
juga memisahkan orang tua dengan anaknya, suami dengan
istrinya dan saudara dengan sanak kerabatnya. Semua
sibuk dengan nasibnya masing-masing. Bukankah Allah
berfirman,
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ – وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ – وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ – لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari
ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai
urusan yang menyibukkannya.” (QS.Abasa:34-37)
Di hari itu ada pos-pos yang harus dilewati setiap
manusia. Ada suatu saat dimana tidak ada lagi kata
keluarga, kenalan atau kerabat. Semua akan berpikir
tentang dirinya masing-masing. Walaupun pada pos-pos
lain mereka dapat bertemu kembali dan bisa memberi
syafaat kepada saudaranya jika mendapat Izin Allah
swt.
Dalam ayat yang sama Allah menyebut hari ini sebagai
Miqot yaitu hari yang telah ditentukan. Waktunya tak
akan pernah mundur atau maju.
Namun yang akan jadi fokus kita pada kali ini adalah
pada ayat selanjutnya dari Surat An-Naba’. Allah
berfirman,
يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجاً
“(yaitu) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu
kamu datang berbondong-bondong.” (QS.An-Naba’:18)
Seperti yang kita ketahui bahwa peniupan terompet
sangkakala akan terjadi dua kali. Pertama sebagai
pertanda habisnya waktu dan semua makhluk akan mati.
Lalu tiupan kedua akan dibunyikan sebagai pertanda
dimulainya kehidupan baru.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُم قِيَامٌ يَنظُرُونَ -٦٨-
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua
(makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka
yang Dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi
(sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari
kuburnya) menunggu (keputusan Allah).” (QS.Az-Zumar
68)
Namun yang menjadi pertanyaan kita adalah kata Afwaaja
(berbondong-bondong). Apakah manusia akan datang
secara berkelompok di Hari Kiamat?
Ayat ini juga dikuatkan dengan ayat yang lain dalam
Firman-Nya :
يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ
“(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami Panggil setiap
umat dengan pemimpinnya.” (QS.Al-Isra’: 71)
Dua ayat ini menyebutkan bahwa manusia akan datang
berbondong-bondong dan berkelompok. Bahkan mereka akan
dikelompokkan dengan pemimpinnya masing-masing. Tapi
bukankah dalam ayat lain Allah Berfirman bahwa manusia
akan datang sendiri-sendiri di Hari itu?
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْداً
“Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah
sendiri-sendiri pada hari Kiamat.” (QS.Maryam:25)
Mengapa keterangan ayat ini berbeda dengan ayat
sebelumnya. Apakah keduanya kontradiksi?
Tentu jawabannya Tidak ! Karena tidak ada yang
kontradiksi didalamnya. Namun sekali lagi kita katakan
bahwa di Hari Kiamat manusia akan melalui pos-pos.
Disaat itu mereka terkadang datang berkelompok dan
kadang harus datang sendiri-sendiri, seperti misalnya
ketika berhenti di Pos Perhitungan Amal, mereka harus
menghadap sendiri.
Jadi kedua ayat ini tidak lah kontradiksi, hanya
waktunya saja yang berbeda.
Semoga kita semakin banyak mengenal kedalaman makna
Al-Qur’an sehingga bisa menjadi lentera hidayah bagi
hidup kita.
source : alhassanain