Terdapat riwayat-riwayat yang tak sedikit yang menjelaskan alam Barzakh, kondisi, dan undang-undang yang berlaku di sana. Salah satu dari riwayat-riwayat tersebut yang paling kompilt dalam merekam dan menjelaskannya adalah riwayat yang memiliki sanad yang beragam dan banyak didapati dalam kitab-kitab hadis. Riwayat ini dînukil dari Amirul Mukminin Ali as.
“Kala tiba pada manusia hari terakhir dari kehidupan yang sekaligus awal dari kehidupan hari kebangkitan, istri, anak, harta dan amal perbuatan akan menjelma sebagai sebuah makhluk dan hadir di hadapannya. Dalam hal ini manusia yang baru mati akan menghadapi harta dan berkata, ”Demi Allah, aku sangat berambisi untuk mendapatkanmu. Sekarang katakan padaku manfaat apa yang dapat aku ambil darimu?” Harta menjawab, ”Ambillah kain kafan dariku, dan bawalah bersertamu”. Kemudian ia menghadap makhluk jelmaan anaknya seraya berkata, ”Demi Allah, aku sangat cinta dan selalu melindungi kalian, lalu apa yang dapat aku manfaatkan dari kalian?” Mereka menjawab, ”Kami hanya sanggup mengiringi dan mengantarmu sampai ke kuburan dan kami akan menguburmu di sana”. Akhirnya ia pun menghadap makhluk jelmaan amal dan berkata, ”Demi Allah, dulu aku berpaling darimu dan dengan segala kesulitan dan rintangan aku mendapatkanmu, sekarang beritahukanlah padaku apa yang dapat aku manfatkan darimu?” Amal berkata, ”Aku akan menemanimu dan menyertaimu di alam kubur sampai hari kiamat nanti, aku akan senantiasa bersamamu sampai kamu bertemu Tuhan”.
Nah, ketika manusia yang mati itu tergolong wali Allah (orang saleh), akan datang dan hadir di sisinya makhluk terbagus, beraroma wangi, berpakaian rapi, serya berkata, ”Kabar gembira atasmu (selamat atasmu) yang telah datang di tempat peristirahatan dari segala kesusahan, selamat datang dan menikmati hidangan surga, dan rumah abadi dan terbaik”. Orang saleh yang baru mati itu bertanya, ”Siapakah Anda gerangan?” Ia menjawab, ”Aku adalah amal salehmu”. Kemudian dikatakan padanya, ”Maka engkau adalah penunjuk jalannya dari dunia menuju surga”. Kemudian ia berharap dari orang-orang yang memandikan dan mengkafaninya untuk mempercepat pekerjaaan mereka.
Ketika mayit itu diletakkan di dalam kubur, dua malaikat datang. Mereka adalah para penanya di alam kubur. Rambut mereka sepanjang tubuh mereka, kaki mereka menancap kokoh di atas bumi, suara mereka seperi halilintar, mata mereka tajam bagai kilatan petir. Mereka menanyakannya, ”Siapakah Tuhanmu? Siapakah nabimu? Dan apa agamamu?” Ia menjawab, “Allah adalah Tuhanku, Muhammad SAWW adalah nabiku dan Islam adalah agamaku”.
Kemudian kedua malaikat tadi berdo’a supaya Mukmin tadi ditetapkan pada apa yang telah ia sukai (yakini), dan ini merupakan firman Allah SWT dalam surah Ibrahim ayat ke 27. Allah akan menetapkan hamba-hamba yang beriman dengan perkataan yang tetap pada kehidupan dunia. Kemudian liang kubur itu melebar selabar dan sejauh mata memandang, dan di sana terdapat pintu dari pintu surga, dan dikatakan padanya, ”Tidurlah dengan penuh ketenangan seperti perjaka yng terlena dalam kenikmatan”. Dan hal ini adalah firman Allah yang berkata, ”Penduduk-penduduk surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah peristirahatannya”. (QS. Al-Furqân: 24).
Dan jika mayit itu adalah musuh Tuhan, akan datanglah padanya makhluk paling dekil dan paling jelek seraya berkata, ”Selamat merasakan neraka dan apinya yang menyala-nyala”. Pada saat itu ia meminta dan berharap orang-orang yang memandikan dan yang membawanya untuk memeprlambat pekerjan mereka.
Dan ketika masuk ke liang kubur para penanya di alam kubur datang dan mencampakkan kafan yang dipakainya seraya berkata, ”Katakan siapa Tuhamu? Siapa nabimu? Dan apa agamamu?” Ia menjawab, “Aku tidak tahu”. Mereka berkata, ”Kamu tidak tahu dan tersesat”. Kemudian dengan pentungan besi mereka memukulnya dengan pukulan yang semua binatang di dunia merasa cemas dan takut kecuali jin dan manusia. Ketika itu terlihatlah pintu dari pintu-pintu neraka dan mereka berkata, ”Tidurlah dengan kondisi terburuk”. Kondisi di mana kesempitan membuat ia berada seperti ujung tombak seakan-akan otaknya keluar dari kuku dan daging mereka. Ular, kalajengking dan binatang-binatang bawah tanah mengepung dan menggigitnya. Mayit akan tinggal dengan kondisi seperti ini sampai Tuhan membangkitkannya dari kubur. Masa-masa ini ia lalui dengan penuh kesengsaraan sampai-sampai ia berharap hari kebangkitan cepat terjadi.
Pertanyaan dan Siksa Kubur
Bedasarkan riwayat tadi, di tambah riwayat-riwayat lain, malaikat Munkar dan Nakir akan mendatangi orang yang baru mati, mereka akan menanyai masalah Akidah, seperti Tauhid, agama dan nabi yang dipilih olehnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti kejadian-kejadian yang lain akan terjadi setelah kematian dan di alam kubur. Dan hanya mereka yang telah mati yang mampu menjelaskan ilustrasi alam kubur itu sendiri.
Sebagaimana dalam riwayat-riwayat yang beraneka ragam disebutkan bahwa pertanyaan dalam kubur khusus bagi Mukminin dan kaum zalim, dan tidak akan mencakup orang-orang lemah dan yang berada pada posisi tengah-tengah antara kedua kelompok tersebut. Allamah al-Kulaini dalam al-Kâfî meriwayatkan, ”Dalam alam kubur akan terjadi pertanyaan dan interogasi. Hal ini mencakup orang-orang yang memiliki keimanan yang murni dan orang-orang yang memiliki kekafiran yang murni pula. Sedang orang yang lain akan dibiarkan pada keadaan mereka sendiri dan tak akan ditanyai”.
Ali bin Ibrahim al-Qumi menukil dari Dzaris Kannasi dalam tafsirnya, ”Aku bertanya kepada Imam Bâqir as, ”Aku persembahkan jiwaku padamu, orang-orang yang bertauhid dan mengakui kenabian Muhammad SAWW namun mereka berbuat dosa, tak beriman, dan tidak mengenal Anda, bagaimanakah keadaan mereka setelah kematian mereka?” Imam berkata, ”Mereka akan menetap di alam kubur, jika mereka beramal saleh dan tidak menunjukkan permusuhannya dengan kami Ahlul Bayt, maka pintu surga akan dibuka untuknya, dan angin kebahagian akan bertiup ke arahnya, sampai ia bertemu dengan Tuhannya. Tuhan akan memperhitungkan amal baik dan buruk yang dilakukannya. Mereka adalah orang yang nasibnya bergantung pada Tuhan semata. Orang-orang lemah, orang-orang ediot dan dungu, anak-anak kaum Mukmin yang mati dalam keadaan belum baligh juga memiliki keadaan yang sama dengan mereka”.
Pertemuan Orang yang Meninggal Dunia dengan Sanak Keluarganya
Allamah al-Kulaini dalam al-Kâfî menukil dari Imam Shâdiq as, ”Mukmin setelah mati akan berjumpa dengan kerabat dan familinya, dan amal baik yang dilakukan kerabat akan ditampakkan pada mereka, sedang amal buruk yang dilakukan tidak dibeberkan kepadanya”.
Pada riwayat lain disebutkan, ”Tiada Mukmin dan kafir (yang meninggal dunia) kecuali pada setiap siang datang dan menjumpai sanak keluarganya. Ketika Mukmin melihat keluarganya melakukan kebaikan, ia pun bersukur dan memuji terhadap Tuhan, sedang kafir saat melihat keluarganya melaksanakan kebaikan, ia menyesal dan timbul iri pada dirinya”.
Riwayat yang tak sedikit juga menyebutkan hal yang sama seperti yang terdapat dalam dua riwayat yang kita bawakan tadi. Sebagaian dari riwayat tersebut menjelaskan bahwa ruh orang-orang yang sudah mati akan menjelma menjadi burung-burung nan lembut yang hinggap di dinding rumah keluarganya, dan mereka mengetahui apa yang dilakukan oleh sanak keluarganya. Hal ini merupakan salah satu dari bagian pembahasan Tajassumul Arwah (penjelmaan arwah).
Kiamat dalam Al-Qur’an
Satu-satunya jalan untuk memahami kejadian dan kondisi yang akan terjadi di hari kebangkitan adalah merujuk pada Al-Qur’an dan tuntunan para ma’shûm. Dengan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dapat dipahami bahwa terjadinya hari kiamat akan seiring dengan terjadinya kerusakan dan kehancuran sistem alam ini dimana alam ini akan digulung dan muncullah alam baru. Kala itu manusia dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan akan hidup dan bangkit kembali, dan akan melihat hasil perbuatan yang telah dilakukannya di dunia. Berikut ini sekilas apa yang akan terjadi di alam itu sesuai dengan penuturan ayat-ayat Al-Qur’an.
Kehancuran Bumi, Gunung-gunung dan Tumpahnya Lautan
Di bumi akan terjadi gempa yang begitu dahsyat, dan ia akan memuntahkan segala isi yang dikandungnya. Bumi akan hancur berkeping-keping, lautan akan terpecah dan tumpah ruah, gunung-gunung akan bergerak dan berbentuaran lalu hancur lebur, dan Kemudian akan menjelma seperti tumpukan pasir, berhamburan laksana kapas yang beterbangan di udara, dan gunung-gunung itu berhamburan di langit sehingga hanya fatamorgana yang tersisa.
Keruntuhan Langit dan Bintang-Bintang
Bulan, matahari, bintang-bintang atau galaksi yang amat besar, bahkan bermilyun-milyun lebih besar dari matahari, akan padam dan meredup, dan tatanan dan gerak mereka akan berantakan. Bulan dan matahari akan menyatu, langit yang seperti atap yang kokoh dan kuat akan runtuh, dan akan terbelah dan terpecah, dan lembarannya akan segera dilipat, bintang-bintang akan menjelma seperti luluhan perak, cakrawala alam dipenuhi oleh asap
Tiupan Sangkakala Kematian Pertama
Dalam kondisi yang semacam ini, terompet kematian ditiup, yang membuat apapun yang bernyawa akan mati semua, dan di dunia tak akan didapati satu makhluk hidup pun. Ketakuatan dan kegalauan menghantui setiap orang kecuali mereka yang memahami hakikat wujud dan misterinya, serta mereka yang hatinya tenggelam dan dipenuhi oleh rasa cinta terhadap Tuhan. Merekalah adalah para pribadi mukhlash Tuhan.
Tiupan Sangkakala Kehidupan Kedua
Setelah itu terciptalah alam lain yang abadi dan kekal. Alam akan bersinar dengan cahaya Tuhan. Ketika itu sangkakala kedua ditiup, tiupan yang menghidupkan kembali semua manusia sampai hewan sekali pun. Dalam sejenak mereka bangkit dari kematian dan tidur panjang mereka, dengan kegusaran, kegalauan dan ketakutan seperti serangga yang bermunculan dari bumi, dengan cepat menuju dan hadir dalam pengadilan Tuhan. Semua akan berkumpul dalam pentas agung tersebut, dan banyak dari mereka yang berasumsi bahwa mereka hanya satu jam saja singgah di alam kubur, atau sehari, atau beberapa hari.
Tegaknya Keadilan Tuhan dan Terputusnya Hubungan Sanak-Famili dan Sebab-sebab lain
Alam itu adalah alam transparansi yang segala hakikat tampak jelas dan gamblang di hadapan semua orang. Semua akan memahami bahwa hanya pemerintahan Tuhanlah yang ada. Semua orang begitu takut dan kacau-balau sampai-sampai hak bicara pun tak lagi mereka miliki. Setiap orang hanya memikirkan nasib dirinya sendiri; anak lari dari orang tuanya, dan kerabat satu sama lain menjauh dan tidak memperdulikan satu sama lain, dan mata rantai sebab/ hubungan dan keturunan terputus, persahabatan yang dibina di atas manfaat materi dan setan berubah menjadi permusuhan, dan penyesalan dan ratapan hampir memenuhi hati-hati orang-orang kala itu.
Pengadilan Tuhan
Kala itu terealisasilah pengadilan Tuhan. Amal perbuatan manusia akan diperiksa dan dikoreksi, rapot-rapot amal mereka akan dibagikan, dan perbuatan setiap orang akan jelas terpampang sehingga orang lain bertanya, ”Apa yang telah kau lakukan di dunia?”
Dalam pengadilan ini, para malaikat, nabi, dan pribadi pilihan Tuhan akan hadir sebagai saksi, bahkan tangan, kaki, kulit, dan semua anggota badan akan memberikan kesaksian. Perhitungan semua orang akan dilakukan dengan penuh detail, dan akan ditimbang dengan mizan Tuhan serta berdasarkan keadilan mereka akan iadili. Setiap orang akan mendapatkan hasil dan jerih payahnya. Para hamba yang saleh akan memperoleh pahala mereka. Tidak ada satu orang pun yang menanggung nasib orang lain. Akan tetapi, orang-orang yang menyesatkan orang lain, selain mendapatkan siksa atas dosanya sendiri, ia juga akan merasakan siksaan tambahan “azab ekstra” akibat ulahnya menyesatkan orang lain. Dosa mereka pun juga tidak dikurangi. Di sana juga pengganti dan tebusan tidak lagi diterima. Pertolongan orang lainpun tak ada gunanya, kecuali orang-orang yang yang telah diberi mandat oleh Allah untuk memberikan syafaat orang lain, dan itu pun dapat mereka lakukan berdasarkan tolok ukur dan standar Tuhan.
Ke Surga atau ke Neraka
Setelah pengecekan amal perbuatan para hamba, hukum Tuhan mengumumkan bahwa para hamba-hamba yang taat, supaya berpisah dari hamba-hamba yang selalu membangkang. Mukminin dengan wajah putih berseri-seri bahagia dan dengan tertawa pergi menuju surga. Sedangkan orang-orang kafir dan munafik berwajah hitam penuh sedih, dan dengan penuh kehinaan pergi dan digiring menuju neraka. Namun semuanya akan melewati dan melintasi neraka, dan Mukminin dengan cahaya yang dimiliki akan menerangi jalan mereka, berbeda dengan orang-orang kafir yang akan melalui semua itu dengan kegelapan.
Munafikin yang dulunya hidup berdampingan dengan Mukminin di dunia, mereka akan memanggil orang-orang Mukmin seraya berkata, ”Tengoklah kami supaya kami dapat menikmati apa yang kalian dapatkan. Namun, dikatakan pada mereka, “Ingatlah apa yang kalian lakukan di dunia, lalu ambillah cahaya dari sana”. Pada saat itu tersingkaplah dinding yang berpintu di antara mereka yang di dalamnya terdapat rahmat Tuhan, sedangkan siksa Tuhan berda di luarnya.
Untuk kedua kalinya munafikin menyeru kaum Mukmin seraya berkata, ”Tidakkah kita dulu hidup bersama berdampingan di dunia?” Mukminin menjawab, ”Ya, tetapi kalian celakakan diri kalian sendiri, hati kalian dipenuhi oleh keraguan dan kekerasan, harapan dan khayalan yang terlalu berlebihan telah menipu kalian sehingga ketika perintah Tuhan datang, setan si penyesat menipumu, dan memalingkanmu dari perintah Tuhan. Sekarang tebusan apapun tidak akan diterima baik dari kalian atau dari orang-orang kafir yang lain, dan tempat kalian adalah neraka, dan ialah maulâmu.”
Ketika Mukminin mulai mendekat ke surga, pintu-pintu pun terbuka, para malaikat rahmat datang untuk memimpin rombongan, dan dengan salam dan penuh hormat malaikat memberikan kabar gembira akan kebahagian mereka. Di sisi lain, ketika orang-orang kafir dan munafik mulai sampai di neraka, pintu-pintu neraka pun mulai terbuka para malaikat azab dengan bengis dan kekerasan mengejek mereka, dan menjanjikan azab yang sangat pedih bagi mereka.
Surga
Mukminin akan memasuki surga. Di dalamnya terdapat taman-taman yang luas seluas langit dan bumi, dan dipenuhi oleh aneka macam tumbuh-tumbuhan dengan buah-buah yang sudah matang dan mudah dipetik serta mudah dijangkau. Terdapat sungai-sungai dengan air jernihnya, susu, dan madu serta minuman yang suci. Di sana apa yang diinginkan penduduk surga, bahkan apa yang diluar keinginan mereka pun telah tersaji..
Para penduduk surga mengenakan pakaian sutra halus dan terhias dengan berbagai macam hiasan,. Mereka duduk berhadap-hadapan, dan mereka bersandar di atas dipan-dipan yang empuk dengan bantal yang empuk, mereka senantiasa memuji Tuhan, mereka berbicara dan tidak mendengar omong kosong, tidak merasakan dingin juga tidak kepanasan, tidak tersiksa dan pula tidak lelah dan bosan, tidak takut dan pula tidak susah, dan hati-hati mereka telah tersucikan dari iri hati dan sifat-sifat tercela lainnya.
Para pelayan nan elok rupawan berlalu lalang di sekitar mereka. Mereka menuangkan cawan-cawan berisikan minuman-minuman surga yang rasanya tak bisa disifati lagi dan tak ada hal yang membahyakan di dalamnya (memiliki efek samping). Mereka menyantap aneka buah, dan macam jenis burung, dan mereka akan didampingi oleh istri-istri yang cantik dan suci. Dan lebih dari itu, semua nikmat spiritual berupa keridhaan Allah SWT yang akan mereka dapatkan. Berbagai anugerah dan kelembutan agung dari Tuhan mereka rasakan yang membuat mereka tenggelam dalam kebahagian puncak, kebahagian yang tak pernah dan tak akan terlintas dalam benak siapapun juga.
Yang lebih penting lagi, kebahagiaan yang tak terhingga, dan nikmat-nikmat yang tak dapat disifati, serta rahmat dan kedekatan terhadap Tuhan ini akan terus berjalan selamanya, dan tidak ada kata akhir di dalamnya.
Neraka
Neraka adalah tempat orang-orang kafir dan munafik yang hati mereka tak pernah disinari oleh cahaya keimanan. Kapasitas neraka sangatlah besar sekali sehingga ketika semua para pembangkang dan kaum durjana telah masuk semua ke dalamnya, ia masih meminta tambahan lagi, “Apakah ada tambahan lagi”. Begitulah ujar neraka. Semua tempat di dalamnya dipenuhi oleh api dan siksaan.
Api menjulurkan lidahnya ke mana-mana. Bunyi dan suara teriakan dan hardikan, kebengisan dan kemarahan para penjaga neraka, menambah ketakutan. Wajah-wajah mereka masam, penuh emosi, hitam, jelek, dan bengis, sehingga para malaikat yang tinggal di sana tak terlihat lagi rasa sayang dan lemah lembut.
Para penduduk neraka akan dibelenggu dengan rantai besi, dan sekujur tubuhnya akan dijilat oleh api membara, dan mereka sebagai kayu bakarnya. Di sana ada suara dan bunyi yang terdengar kecuali rintihan, kegalauan, dan teriakan para penduduk neraka, serta hardikan penjaga neraka.
Kepala mereka akan dituangi air mendidih yang akan mendidih dalam badanya, dan kapanpun permintaan air akibat haus yang mencicik terdengar dari mereka, maka air panas dan kotor serta menjijikkan disajikan, dan dengan semangat mereka teguk.
Makanan para penduduk neraka adalah pohon Zaqqûm, sebuah pohon yang tumbuh dari api dan menambah rasa panas dalam tubuh mereka.
Pakaian mereka dari bahan hitam dan lengket yang akan sangat menyiksa dan merepotkan mereka.
Teman duduk para penduduk neraka adalah para setan dan jin yang berbuat dosa, mereka berandai-andai supaya dapat jauh dari mereka.
Para penduduk nereka saling melaknat dan mengejek satu sama lain.
Mereka ketika meminta maaf pada Tuhan. Akan tetapi, langsung dibungkam dengan hardikan, ”Enyahlah kalian, dan diamlah”. Kemudian mereka meminta bantuan para penjaga neraka untuk meringankan azab dan siksaan mereka, namun mereka pun berkata, ”Tidakkah Tuhan telah mengutus para nabi dan telah menyempurnakan hujjah-Nya atas kalian semua?”.
Terkadang mereka ingin dimatikan kembali. Namun mereka mendengar jawaban, ”Kalian akan tinggal selamanya di neraka”. Kematian mengepung mereka dari berbagai arah, tapi mereka tidak mati. Dan ketika kulit mereka habis dan hangus, kulit mereka akan diganti dengan yang baru dan begitu seterusnya azab dan siksa tetap berlanjut dan lebih pedih dan menyakitkan. (QS. An-Nisâ`: 56)
Mereka menginginkan dari para penduduk surga untuk memberi mereka sedikit air dan makanan, namun para penduduk surga menjawab, ”Tuhan telah mengharamkan nikmat surga pada kalian”.
Para penduduk surga bertanya pada mereka, ”Apa yang membuat kalian masuk pada jahannam?” Mereka menjawab, ”Kami tidak mendirikan shalat dan tidak pernah menyembah Tuhan. Ketika orang lemah datang meminta pertolongan, kami tidak menggubrisnya, dan kami berteman dan searah dengan para pembuat durjana, dan kami mendustakan hari kebangkitan”.
Para penduduk neraka saling menyalahkan satu sama lain. Orang yang tersesat mengatakan pada mereka yang menyesatkan, ”Kalianlah yang telah menyesatkan kami”. Mereka menjawab, ”Bukankah kalian dengan kemauan sendiri telah mengikuti kami”.
Orang-orang lemah dan tertindas berkata pada orang-orang yang sombong, ”Bukankah kalian yang membuat kami jatuh dan tertimpa musibah yang besar ini?” Mereka menjawab, ”Bukankah kita memaksa kalian untuk mengikuti jalan yang lurus dan benar”.
Akhirnya pada setan dikatakan, ”Kamulah yang membuat kami tersesat?” Ia menjawab, ”Tuhan telah menjajikan hal yang benar pada kalian, tapi kalian tak mau menerima, dan aku menjanjikan hal gombal dan bohong pada kalian, tapi kalian menguikutiku. Dengan demikian ejek dan makilah diri kalian sendiri, sekarang tiada satupun dari kalian yang dapat menolong orang lain”.
Dan tiada hal lain yang bisa dinantikan dan dilakukan, selain menetap di neraka dengan “mencicipi” aneka ragam siksaan dan azab di dalamnya. (Mengingat pembahsan ini kami jelaskan sangat ringkas, maka tidak perlu lagi kami bawakan ringkasan dari pembahasan tersebut).
Syafa’at
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan riwayat-riwayat dari para ma’shûm dapat dipahami bahwa jika manusia beriman meninggal dunia, kendatipun amal perbuatannya tidak begitu mendapatkan kerelaan dari Tuhan, namun mereka tidak akan disiksa selamanya di neraka, dan pada akhirnya mereka akan masuk ke dalam surga.
Tuhan akan mengampuni dosa-dosa kecil orang beriman dengan syarat ia meninggalkan dosa-dosa besar. Begitu dosa-dosa besar mereka pun akan iampuni jika mereka betul-betul bertaubat kepada-Nya. Dan jika ia tidak bertaubat, segala kesusahan dan kesulitan yang dialaminya semasa hidup di dunia akan mengurangi siksaannya. Dan jika masih ada saja dosa yang dipikulnya, tibalah giliran syafaat yang membantunya, sebagaiman disabdakan oleh nabi SAWW, ”Syafaatku akan mencakup para pelaku dosa-dosa besar dari umatku”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa syafa’at merupakan harapan terakhir dan terbesar yang dimiliki oleh seorang Mukmin yang berbuat dosa. Akan tetapi, hal ini tidak boleh disalah tafsirkan, sehingga dengan berasuransikan syafaat dari Rasul, seseorang melakukan segala macam dosa. Karena bertambahnya dosa akan menghilangkan dan memadamkan cahaya iman yang ada di dada, dan akan mengantarkan manusia pada kesengsaraan abadi nan kekal.
Definisi Syafa’at
Syafaat yang barmakna genap berasal dari kata Syafa’a. Dalam wacana keagamaan, syafaat berarti uluran tangan para wali dan kekasih Tuhan untuk pengampunan dosa-dosa Mukminin. seakan-akan mereka -dengan dosa yang dimiliki- tidak memiliki hak sama sekali untuk mendapatkan rahmat Tuhan. Namun dengan bantuan seorang syâfi’ (pemberi syafaat), mereka mendapatkan potensi atau layak diberi nikmat tersebut.
Penafian Syafa’at Invalid dan Penetapan Syafaat Valid
Keyakinan terhadap syafaat tidak akan dapat diterima jika mengkonsekuensikan kekurangan Allah SWT. Keyakinan inilah yang dianut musyrikin yang dengan tegas Al-Qur’an membantahnya seraya berkata, ”Selain Tuhan tiada pelindung dan pemberi syafaat”.
Di sisi lain, Tuhan juga menetapkan syafaat selain dari-Nya. Itupun berkat izin dari-Nya. ”Tiada pemberi syafaat kecuali setelah mendapatkan izin dari-Nya”. Berdasarkan Al-Qur’an, para pemberi syafaat adalah mereka yang memberikan kesaksian atas kebenaran dan hakikat, serta memiliki ilmu.
source : alhassanain