Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Motivasi Kebangkitan Imam Husain as di Karbala

Mukaddimah Suasana bulan Muharram mengingatkan kembali suatu tragedi kemanusiaan. Peristiwa yang memilukan dan menyedihkan, peristiwa berkabungnya umat Islam atas kesyahidan penghulu para syuhada di Karbala Imam Husain as, anak-anaknya (keluarganya) serta sahabatnya. Suatu bulan yang menjadi perhatian khusus oleh semua Ahlul Bait (Maksumin as). Salah seorang perawi m
Motivasi Kebangkitan Imam Husain as di Karbala

Mukaddimah
 
Suasana bulan Muharram mengingatkan kembali suatu tragedi kemanusiaan. Peristiwa yang memilukan dan menyedihkan, peristiwa berkabungnya umat Islam atas kesyahidan penghulu para syuhada di Karbala Imam Husain as, anak-anaknya (keluarganya) serta sahabatnya. Suatu bulan yang menjadi perhatian khusus oleh semua Ahlul Bait (Maksumin as). Salah seorang perawi mengatakan: Suatu hari, hari pertama muharram saya datang ke Imam Ridha as, beliau bersabda: ” ان المحرم شهر کان اهل الجاهلیة یحرمون فیه القتال”  Artinya: Muharram adalah suatu bulan dimana orang-orang kafir jahiliahpun tidak melakukan peperangan. Karena itu Muharram adalah salah satu dari empat bulan yaitu: Muharram, Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijjah yang diharamkan oleh Allah Swt untuk berperang.[1]  Keempat bulan haram ini hatta kaum Kafir dan kaum Musyrikin menerima dan menyepakati tidak melakukan peperangan diantara mereka. Imam selanjutnya bersabda: Di dalam bulan Muharram orang Kafir  Jahiliah tidak berperang, “فاستحلت فیه دماؤنا وهتکت فیه حرمتنا” tapi justeru kaum yang mengklaim diri Muslimin memerangi dan menumpahkan darah suci dari ahlul bait kami Imam Husain as. Di dalam suatu bulan yang Allah haramkan saling memerangi dan orang-orang kafir tidak saling membantai, “justeru kaum muslimin menjarah harim Ahlul Bait as  “ وسبی فیه ذریاتنا ونساؤنا ” lalu bersabda:
 
“فعلی مثل الحسین فلیبک الباکون”; jika kalian ingin menagis, jika kalian ditimpah kesedihan, dan atau kalian kehilangan orang mulia yang kalian cintai, menangislah dengan mengingat Imam kami Husai as, lalu mengatakan lagi:  “فان البکاء علیه ” satu tangisan yang menangisi Imam kami Husain as “ یحط الذنوب العظام ” [2] memusnahkan dan menghapus dosa-dosa besar, menjernihkan dan menentramkan hati serta membersihkan jiwa manusia. Sedemikian inilah ketika Imam Husain menjadi perhatian.
 
Peristiwa Karbala adalah peristiwa pendek, terjadi pada waktu yang terbatas, disatu wilayah yang tebatas pula. Akan tetapi 14 abad setelah peristiwa ini dan bahkan bertahun-tahun sebelum kejadiannya, nama kejadian tersebut sudah disebut-sebutkan. Nama Imam Husain as disebutkan oleh Nabi Adam as, Nabi Zakaria as, sampai nabi Muhammad saw, bahkan Amirul Mukminim Ali as.
 
 
 
Berita akan Kesyahidan Imam Husain as dari Nabi Mulia Saw
 
Ahlu Sunnah dan Syiah memberi kesaksian bahwa Informasi kesyahidan Imam Husain as dari Nabi Saw adalah mutawatir. Sebagaimana disebutkan oleh Ahmad Bin Hambal bahwa Rasulullah Saw bersabda:
 
“لقد دخل علی الببیت ملک لم یدخل علی قبلها فقال لی : ان ابنک هذا حسین یقتول وان شعت اریتک من تربة الارض التی یقتل بها “[3]
 
Salah satu dari para Malaikat mendatangiku yang selama ini tidak pernah datang kepadaku, dia mengatakan kepada saya: Sesungguhnya mereka akan membunuh anakmu –yaitu Husain as. Jika kamu ingin saya tunjukkan di tanah mana tempat syahadahnya?[4]
 
Ibnu Abbas menukil bahwa suatu hari yang mulia Rasulullah Swa duduk di dalam mesjid, Imam Hasan dan Imam Husain yang masih kecil saat itu datang dan mereka duduk di atas pangkuan (kedua lutut) Nabi Saw. Rasul sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Karena itu, pada hari Asyura Imam Husain berkata kepada pasukan Yazid: Pergilah kalian bertanya kepada shahabat yang masih hidup sampai sekarang, menanyakan seperti apa nabi saw berperilaku kepada saya? Karena sampai sekarang sebahagian dari para shahabat masih hidup. Kira-kira telah mendekati 60 tahun berlalu sebahagian shahabat seperti Ibnu Abbas, Anas Bin Malik dan Jabir bin Abdullah Anshari mereka masih hidup. Ibnu Abbas mengatakan saya melihat kedua Orang yang mulia ini duduk di atas kedua lutut yang mulia Rasul  saw. Nabi berbalik kearah imam Hasan dan mencium kedua bibirnya, setelah itu beliau berpaling kearah imam Husain as dan mencium tepat pada perantara leher dan kepalanya. Imam Husain as bertanya-tanya dalam hatinya ada masalah apa dengan bibi saya sehinggi rasul tidak mau menciumnya? Kenapa kedua bibir Imam Hasan dicium sementara saya dicium dileherku? ia beranjak dari duduknya dan pergi menuju rumahnya, Setelah itu tidak berselang beberapa saat berlalu saya melihat tangannya imam Hasan dipegang oleh yang Mulia Zahra as datang sama-sama menuju Rasulullah saw.Saidah Zahra as. Bersabda: wahai utusan Allah! Husain as sedih, kenapa engkau mencium kedua bibir Hasan as, lalu kemudian engkau mencium leher Husain, ada apa pada kedua bibir Husain as katanya? Rasul menjwab: wahai putriku saya atakut kamu tidak bisa menahan dan bersabar serta tidak memiliki kekuatan untuk mendengarkan apa alasan sehIngga saya melakukan hal demikian. Zahra as menjawab tidak wahai utusan Allah, katakan saja! Rasul bersabda: wahai putriku Hasanmu ini akan diracuni oleh mereka dan racun masuk menyerap keseluruh badannya lewat kedua bibir suci itu. Karenanya saya mencium jalan masuknya racun kedalam badannya. Adapun Husain as “یذبح عطشان“ kepalanya akan terpenggal, saya mencium lehernya pada tempat persis akan masuk pedang. Dengan demikian jelaslah bahwa peristiwa asyura, tragedi Karbala telah disampaikan oleh rasulullah jauh-jauh sebelumnya.
 
 
 
Informasi Kesyahidan Imam Husain Dari Bahasa Abanya Ali as
 
Seorang perawi bernama Harsama (حرثمه) mengatakan: setelah berakhirnya perang Siffin kami berangkat ke Irak. Sebagaimana sangat masyhur dan terkenal bahwa Ali as setelah berkhirnya perang Siffin dalam kondisi hawa hiruk pikuk perang Siffin masih ter-ngian-ngian pada diri kaum muslimin dan juga dikarenakan peristiwa perang Jamal, pusat ibu kota kaum muslimin dipindahkan dari Madinah ke Kufah Irak. Pada saat kami kembali ke Kufah kami sampai kesebuah Saharah (padang pasir) Amirul Mukminin as tiba-tiba menghentikan kudanya dan turun dari kudanya seraya berjalan keliling bagaikan orang tawaf, lalu beliau duduk dan menunduk ke tanah mengambil segenggam tanah dari sahara itu, lalu mengangkatnya ke atas dan menatapnya seraya berkata: “وها لک ایتهاالتربة لیحشرن منک اقوام یدخلون الجنة… بغیر حساب”[5]
 
Wahai engkau (tanah) kebaikan dan kegembiraan untukmu!, wahai tanah selamat datang kepadamu!, keselamatan bagimu!, suatu hari orang-orang yang tidak akan ada serupa baginya akan  mengenyam cawan kesyahidan diatas hamparanmu ini. Disini akan menjadi tempat kesyahidan orang-orang yang tidak akan ada menyerupainya baik dimasa lalu maupun yang akan datang. حرثمه bukan juga syiah kental, ia adalah seorang manusia biasa yang juga tidak terlalu tertari dan cinta kepada Ali as, ia juga datang bersama Imam Ali bukan bermaksud untuk menjadi tentara membantu imam Ali as dalam peperangan  ia hanya datang kebetulan saja.  حرثمه mengatakan: saya yang ada didekat beliau melihat peristiwa itu dengan mencemoh dan mengejeknya, seraya aku katakan: sedang ngomong apa amirul mukminin? Tempat ini adalah sahara (padang pasir) dan tanah! Sekarang siapa yang meninggal dan siapa yang hidup? Memangnya manusia bisa mengatakan sesuatu yang gaib dan memberitakan peristiwa di masa yang akan datang? Setelah saya menyaksikan hal tersebut, saya pulang kerumah dan kuceritakan peristiwa itu kepada istriku yang ia adalah seorang syiah, saya katakan kepadanya: baru saja hari ini saya menyaksikan satu peristiwa yang sangat mengherangkan, amirulmukminin maulamu berjalan diatas sebuah tanah, lalu ia mengankat segenggam tanah lalu menciumnya seraya mengatakan: di tempat ini orang-orang akan syahid. Istri saya mengatakan: wahai حرثمه  jangan engkau mencmohnya, kamu tidak mengerti, manusia yang tidak memahami sesuatu jangan langsung diingkarainya. Mungkin saja ada teks atau pernyataan yang tidak sampai pada akal pemahaman kita, tapi kita tidak boleh mengingkarinya, harus diteliti dan dianalisis. حرثمه mengatakan peristiwa ini terjadi pada tahun 38 hijeriah, dari peristwa tersebut 23 tahun berlalu dan telah sampai pada tahun 61 hijeriah.  حرثمه bergabung dalam pasukan Ibnu Ziad (pasukan lawan) ia sendiri mengatakan bahwa saya duduk diantara medan perang pada hari-hari awal muharram dimana pada saat itu Imam Husain as datang dan beliau dihalau dan diblokade oleh pasukan musuh, tiba-tiba kishah peristiwa itu teringat padaku lalu kukatakan: ajib, mengherangkan! Sekitar 23 tahun yang lalu kami bersama dengan imam Ali as lewat tepat pada tempat ini, dimana saat itu beliua mengatakan sesuatu, jangan sampai ini betul yang terjadi? Jangan sampai yang digariskan akan terbunuh ditempat ini yang dimaksud imam Ali as adalah Husain bin Ali, saya beranjak dari tempat duduk menuju kehadapan Imam Husain as, saya mengatakan kepada Husain , wahai Husain ada kisah yang mau ku ceritakan kepadamu: di tempat ini 23 tahun yang lalu kami lewat bersama dengan Abamu (ayahmu) Ali as. Disini beliau turun dari kudanya berjalan kaki, beliau mengusap dan mencium tanah tepat di tempat ini. Saya pada saat itu sama sekali tidak percaya! Sekarang saya tanya kepadamu apakah peristiwa yang abamu ceritakan saat itu akan terjadi pada sekarang? Imam Husian menjawab ia benar, akan terjadi seperti itu, seraya balik bertanya sekarang apa yang menjadi keputusanmu, ini adalah sangat penting yaitu kamu sendiri apa yang hendak kamu perbuat dalam suasana ini?
 
Kadang manusia mengetahui dan memahami apa itu kebenaran, mengerti dan sadar bahwa kita tidak boleh keras kepala. Memahami bahwa perkataan ayahnya, atau istrinya atau bahkan sekalipun anak-anak itu sendiri adalah benar. Tapi ia keras kepala tidak mau tunduk untuk menerimanya.  Padahal manusia terutama orang muslim harus menerima perkataan benar dari siapa saja.
 
Salah seorang Ahlul bait nabi saw. Imam jawad as bersabda: salah satu dari tanda-tanda orang mukmin adalah menerima nasihat, menerima perkataan yang benar.
 
Imam Husain bertanya: حرثمه apa yang hendak kamu lakukan? Kamu yang datang sendiri menceritakan peristiwa yang pasti akan terjadi, apakah kamu ingin menolongku? Ia mejawab tidak wahai Aba Abdillah, saya punya pekerjaan di Kufah, saya punya anak-anak dan Istri yang mengalami kesulitan, ia pergi meninggalkan imam Husain as.[6] Ia pergi meninggalkan taufik kesyahidan yang imam Husain langsung menwarkan kepadanya. Padahal orang ini mendapat petunjuk (hidayah), tapi tidak mendapat taufik.
 
Perbedaan hidayah dengan taufik adalah: Taufik berarti (memudahkan) yaitu Tuhan yang maha suci melebih mudahkan (menolong) manusia melewati jalan. Mekipun taufik juga bisa bekonotasi positif yaitu meringankan dan menolong ke sirathal musthaqim (jalan yang lurus), maupun dari segi negative yaitu meringankan beban ke jalan yang sesat. Tetapi dalam penggunaannya kata taufik lebih berkonotasi pada bimbingan dan melebih mudahkan ke jalan yang lurus (musthaqim). Adapun hidayah adalah memberi petunjuk atau argumentasi seseorang atau golongan untuk sampai pada tujuan dan maksud mereka. Seperti semua phenomena alam juga di sebut hidayah atau petunjuk. Semua orang (manusia) bisa saja mendapat petunjuk, tapi apa ia mengambil dan menjalankan petunjuk itu tergantung dari ketaatannya atau pembangkangannya.
 
Secara singkat antara taupik dan hidayah dapat dibedakan dalam contoh (ibarat) berikut: kalau ada orang yang sedang melakukan perjalanan (musafir) yang kebetulang bertemu dengan kalian dan bertanya kepada kamu, tentang sebuah jalan yang kemudian persis engkau ketahui, kamu pasti menunjukkannya dengan memberi petunjuk bahwa letaknya seblah barat atau timur, selatan atau utara, ini adalah hidayah. Tapi kalau kalian sambil menjelaskan letak dan posisi jalan yang ditanyakan tersebut kamu juga mengantarkannya dengan membantu mengangkat kopernya atau barang-barang bawannya berarti ini adalah taufiq.
 
Kisah nyata yang menimpah imam Husain as dan para sahabat setianya, bukan cerita setengah atau satu hari, bukan cerita qisha 1001 malam bagdad Irak  apalagi hanya menceritakan sebauah wilayah Karbala saja, tapi lebih besar dan lebih luas dari itu mengishahkan universal sejarah, cerita seluruh permukaan bumi. Suatu peristiwa yang tak terbatas, tak mengenal tempat dan zaman. Betul bahwa satu peristiwa pendek dan berlalu sekejap, tetapi melingkupi seluruh tempat dan waktu. Karena mengandung pesan-pesan keagamaan, pesan kemanusiaan secara universal.
 
Sebagaiman Imam Ridha as mengatakan: kami semua adalah perahu penyelamat,(کلنا سفینة النجاة اما سفینة الحسین اوسع واسرع) tapi tetapi perahu imam Husain lebih besar dan luas serta lebih kencang. Dapat dipahami dan bisa direnungi betapa pernyataan seperti ini dikatakan langsung oleh Maksumin Aimmah as sendiri.
 
Ditegaskan oleh imam Hadi as yang mana beliau sendiri adalah maksum ketika ia mengalami sakit, beliau mengutus beberapa orang dekatnya dengan mengatakan: pergilah kalian ke Karbala di bawah kubanya imam Husain berdoa meminta syafaat dari Allah melalui imam Husain untuk kesembuhanku. Mereka bertanya kepada imam Hadi as mengapa bukan engkau sendiri yang berdoa sebagai hujjah Allah? Imam bersabda: tidak, terbuka lebar perhitungan khusus dan special serta pengecualian pada diri imam Husain as. Karena diantara seluruh permukaan tanah dan diantara seluruh tempat berdoa, tempat yang paling terkabulnya doa adalah di Karbala dibawah kuba kuburan imam Husain as.[7]
 
Pertanyaannya adalah ada apa dengan Imam Husain sehingga memiliki maqam yang begitu mulia, yang dengan kemuliaannya ia dapat mensyafaati orang-orang mulia lainnya? Ada apa dengan Karbala sehingga begitu penting untuk dikenang selamanya? Jawabannya adalah mengenang peristiwa Karbala bagi kita adalah madratsah yang menelorkan berbagai hikmah, baik hikmah yang berkenaan dengan keduniawian, maupun yang merkenaan dengan keukhrawian. Bagaikan sebuah ayat Qur’an kita bisa menarik puluhan hikmah, nasehat dan pelajaran. Kenapa, karena diketahui bersama bahwa al-qur’an memeliki 70 makna bathin, demikian juga peristiwa Karbala kita juga bisa menarik berbagai pelajaran dari pengorbanan Imam Husain as, keluarganya dan sahabatnya.
 
 
 
Motivasi Kedatangan Imam Husain Ke Karbala
 
Dengan memperhatikan prakata pada pembahasan yang lalu, ada beberapa materi akan kita bahas: pertama adalah jika kita ditanya bahwa apa motivasi Imam Husain datang ke Karbala? Maka aka disebutkan bahwa dua motivasi kedatangan imam Husain ke Karbala, sehingga kita akan mengenal apa itu Karbala dan siapa Imam Husain as. Betul bahwa imam Husain as sudah tidak ada dan mungkin kita tidak akan pernah melihatnya di dunia, begitupun Karbala adalah peristiwa yang sudah berlalu dan tidak akan berulang lagi. Peristiwa itu sendiri sudah berlau. Coba kalian perhatikan ketika terjadi sebuah kecelakaan tabrakan misalnya yang menewaskan 100 orang yang kemudian dianalisis atas kejadiannya. Dari hasil analisis dari peristiawa tersebut banyak hikmah yang diperoleh. Demikian juga Karbala adalah sebuah peistiwa yang kejadiannya satu hari saja, yang diri peristiwa itu sendiri tidak akan terulan lagi. Akan tetapi berbagai pelajaran dan hikmah-hikmah yang dapat dipetik. Dengan demikian kita harus meneruskan dan mewariskan pembahasan thema dan topik ini kapada generasi kita masa yang akan datang.
 
Sebagaimana peristiwa nabi Nabi Ibrahim as yang meletakkan pisau dileher Nabi Ismail dengan pengorbanan kepada Allah yang mesikipun karena kekuatan dan ketajaman seblelihan pisau untuk memotong Nabi Ismail dicabut oleh Allah lalu Allah menggantikan seekor domba (kambing) yang dengan domba tersebut pisau dapat memotongnya. Dengan peristiwa itu terpotonglah seekor domba menggantikan Nabi Ismail. Yang setelah kejadian itu setiap orang naik haji melakukannya sebagai bagian dari megingat peristiwa (pengorbanan) penuh ikhlas Nabi Ibrahim as dan nabi Ismail as. Sementra Imam Husain di hari Asyora di Karbala mengorbangkan lebih 70 orang termasuk dirinya, keluarganya, anak-anaknya dan para sahabatnya. Ali ashgar, Abbas, Ali Akbar, Qasim dan lain-lainnya, apa peristiwa ini tidak layak dikenang. Apakah pemngorbanan sebesar ini tidak layak dikenang, tidak pantas dijadikan syiar agama? Bagaimana mungkin pengorbanan Nabi Ismail dijadikan syiar agama Allah, tapi pengorbanan besar Imam Husain tidak dinilai demikian, tidak dianggap sebagai pesan-pesan risalah? Darah suci Imam Husain as tumpah di Karbala. Dalam sebuah riwayat disebutkan: Wahai Ka’bah jangan engkau muliakan dirimu sendiri, tapi kamu harus memuliakan Karbala. Kenapa demikian? Karena jika peristiwa Karbala tidak terjadi, maka Ka’bah tidak akan tertinggal, jika Karbala tidak ada, maka Islam akan tinggal nama, jika Islam hanya tinggal nama maka ka’bah tidak berarti dan akan musnah, Hajar Aswad dan maqam-maqam suci lainnya tidak akan tertinggal.
 
Kenapa pada hari arafah Allah memperhatikan dan memandang khusus para penziarah imam Husain as di Karbala kemudian memperhatiakan Hijaj di Arafah? Karena hakikat Arafah disana. Kenapa tanah Karbala beitu bernilai? Kenapa tanah Karbalah nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah di dunia?
 
Imam Shadiq as senantiasa menaruh tanah Karbala di dalam karung khusus dan disimpan didepannya, setiap kali ia sujud ia sujud dan menangis ditanah Karbala itu. Menurut kepercayaan Islam Ahlul bait as, Sembilan (9) Imam setelah Imam Husain as, mulai dari imam Sajjad as sampai pada Imam Mahdi as semua sujud diatas tanah Karbala (Turba Karbala).
 
Dari perakata dan pengantar diatas kita dapat menyebutkan dua motivasi imam Husain as untuk datang ke Karbala. Imam Husain datang ke Karbala bukan untuk mengejar kekuasaan, bukan ingin merebut dan mengembalikan kepemimpinan, dan tidak seorang pun bisa mangatakan bahwa kedatngannya ke Karbala karena terpaksa. Ilmunya Imam terhadap akan kesyahidannya juga bukan menjadi pemotivasi imam datang ke Karbala. Ilmu Imam adalah satu kekuatan yang tidak mungkin dipergunakan untuk diri peribadi. Ini bukan berarti kita mengingkari ilmu imam as. Imam benar-benar mengetahui hal itu karena imam memiliki potensi itu. Tetapi bukan karena imam mengetahui sehingga peristiwa itu terjadi. Ia dan rombangannya dengan ihtiarnya dan keberaniaannya membawa satu misi keagamaan yang memotivasi dirinya mengarahkan semua keluarganya dan para sahabatnya datang ke Karbala.[8]
 
Misi dan motivasi inilah yang akan kami jelaskan sebagaimana tertera dalam salah satu surat imam Husain yang dikirim Bashrah
 
Suratnya Imam Husain As Ke Penduduk Bashrah:
 
عن حسین ابن علی (ع) ” الا وان السنة قد امیتت وان البدعة قد احییت فان تسمعوا قولی و تطیعواامری اهدکم سبیل الرشاد”[9]
 
Imam Husain as menulis surat ke Basharah, sebagaimana sangat terkenal bahwa Muslim Bin Akil utusan khusus Imam Husain membawa surat ke Kufah. Selain itu Imam Husain as juga  mengirim surat ke Bashrah yang diantar oleh utusan khususnya bernama Sulaiman Abarzain, sebagaiman Muslim Bin Akil membawa surat ke Kufah, ia membawa suatu surat pesan ringkas ditujukan kepada para pembesar, tokoh dan pemimpin tinggi Bashrah. Salah seorang yang menerima surat dari Sulaeman  Abarzain adalah orang yang bernama Manzar Bin Jarwd, ia memegang tangannya pembawa surat imam Husain as dan membawanya seta menyerahkan orang dan suratnya ke Ibnu Ziad dan berkata wahai tuanku Ibnu Ziad! Ini utusan Imam Husain dan ini suratnya. Sangat jelas bahwa mangsa diserahkan kepada serigala apa yang akan terjadi? Ibnu Jiad memerintahkan supaya utusan Imam Husain di eksekusi mati, akhirnya ia syahid terbunuh, sebagaimana Muslim Bin Akil syahid di Kufah, utusan imam Husain di Bashrah juga syahid, sangat disayang para pemimpin Bashrah tidak membela Imam Husain as. Meskipun sebagian dari mareka datang untuk membebaskan, tapi apa boleh buat mereka terlambat.
 
Pesan-pesan surat Imam Husain As yang memotivasi kebangkitannya:
1.Menghidupkan Sunnah Nabi Saw.
 
Sunnah adalah segalah sesuatu yang mencakup: perbuatan, perkataan dan takrir (pengesahan) Nabi saw.
 
Ketika kita mempehatikan teks (isi) surat imam Husain as., terdapat tiga poin penting di dalamnya yang ketika ditanyakan kepada saya atau kalian apa tujuan Imam Husain as? Jawabannya adalah pertama kita harus perhatikan apa isi suratnya, apa yang ditulis Imam Husain dalam surat tersebut? “الا و ان السنة قد امیتت” wahai seluruh penduduk dunia ketahuilah, mengapa saya mengajak wanita dan anak-anak untuk turun jalan? Karena Sunnah Nabi as berangsur-angsur lenyap dan mati. Kematian Sunnah nabi terlihat pada tiga poin ini:
1.Seorang Nabi yang berjuang keras selama 23 tahun untuk membangun karakter manusiawi Nabawi (membangun manusia yang melebur dengan karakter kenabian) berubah menjadi penduduk masyarakat Umawi (penduduk masyarakat yang berkarakter Umawiyah).
2.Seorang nabi yang membangun masyarakat penuh nilai dan keutamaan, sekarang masyarkat manusia berubah menjadi penentang nilai dan keutamaan.
3.Nabi telah membagun masyarakat wilayahi [10]“من کنت مولا فهذا علی مولا”berubah menjadi masyarakat syaitani. Ini sangat berbahaya. Apasi Sunnah nabi itu? Memangnya Nabi tidak bersabda: Saya tidak mengharapkan imbalan dari kalian, kecuali  mencintai dan berbuat baik kepada Ahlul baitku [11]“قل لا اسؤلکم علیه اجرا الا المودة فی القربی” syura 23. Akan tetapi mereka melakukan apa? Merampas tanah fadak dari tangannya sayedah Zahra as dan membunuhnya. Membunuh Amirulmukminin di mihrab dalam masjid dan memeranginya dalam tiga peperngan. Meracuni Imam Hasan as. Mereka kepung imam Husain dengan ribuan pasukan lengkap persenjataan. Apakah ini yang dimaksud “المودة فی القربی”, inikah Sunnah Nabi as. Peristiwa ini adalah betul-betul bukan maslah peribadi. Dengan demikian jika ditanya kenapa Imam Husain as berdiri tegak dan istiqamah? Jawabannya adalah “الا و ان السنة قد امیتت” wahai manusia, dengan nama Tuhan saya bersumpah bahwa Sunnah nabi telah mati. Nabi mengatakan: Wilayah, tapi yang terjadi kerajaan. Ia besabda: kesucian, tapi kelalaian dan keteledoran dan ushul. Bersabda: agama, yang terjadi penentangan terhadap agama. Bersabda: nilai (keutamaan), tapi yang terjadi penentangan nilai. Tidak ada lagi waktu untuk tertidur lelap, tidak ada lagi kesempatan untuk duduk termenung, Sunnah Nabi hanjur lebur.[12]

4.Menghilangkan bid’ah
 
“ان البدعة قد احییت” wahai seluruh masyarakat, agama tercemari dengan Bid’ah. Bid’ah adalah kesewenang-wenangan. Kalian dapat memperhatikan dan mencermati betapa banyak bid’ah yang dibuat dengan semena-mena dalam agama oleh khalifah kedua. Peristiwa saqifah sendiri adalah bid’ah. Betapa banyak hokum-hukum dan ajaran-ajaran yang telah berubah. Shalat, zakat, hokum-hukum agama secara serentak telah dirubah. Paling sederhana kalimat azan ia menambah dan mengurangi, hayya khairil amal mereka hapus dan menambah dengan kalimat yang lain. Shalat tarwih dilaksanakan sebagai shalat sunnah berjamaah. Betapa banyak bid’ah-bid’ah yang lain mereka buat. Imam Husain mengatakan mereka melakukan dua perkerjaan: 1. Mematikan Sunnah Nabi; 2. Memasukkan bid’ah dalam agama, ini adalah penyakit, setiap penyakit memiliki obat. Obatnya apa? Imam Husain bersabda hanya satu kalimat: “فان تسمعوا قولی و تطیعوا امری اهدکم  سبیل الرشاد” jika kalian mendengarkan perkataanku dan mengikuti perintahku, saya akan menyelamatkan kalian. Dengarkanlah apa yang kami katakan. Jika pengikutnya imam Husain as ribuan orang, yakinlah bahwa peristiwa pembantaian ini tidak akan terjadi, jika para pembesar-pembesar Kufah dan orang yang mengirim surat kepada imam tidak tinggal diam (bungkam) tidak akan terjadi demikian.
 
Dalam kitab Tabari menulis bahwa Husain as menulis surat ke Bashrah dengan maksud 1. Mencegah masuknya bid’ah dalam agama; 2. Menghidupkan Sunnah nabi saw.
 
Dengan demikian jika kalian ingin mengetahui Imam Husain as, hidupkanlah Sunnah Rasul Saw. dan perangilah bid’ah
 
Billahi taufiq wal hidayah
 
 
CATATAN :
 
[1] .Muh. Husain Muhammadi. Tafsir qur’an. Sekolah tinggi Imam khomaini (ra) hal: 20.
 
[2] . Biharul Anwar, jilid 44. H 283.
 
[3] Musnad Ahmad: 6/294
 
[4] . Husaini Milani, sayed Ali, poin-poin dari kebenaran asyura, hal 168. Qom. 1389 s.
 
[5] . Biharul Anwar, jilid 44. H 255.
 
[6] . Biharul Anwar, jilid 44. H 255. Dan pristiwa shiffin, hal. 140.
 
[7]. Husaini Nesyaburi, Sayed Ali Akbar. Rentatan ceramah Ustad Rafii. Jilid 2. Hal. 144. Qom. 1389.
 
[8] .  Husaini Nesyaburi, Sayed Ali Akbar. Rentatan ceramah Ustad Rafii. Jilid 2. Hal. 144. Qom. 1389.
 
[9] . Biharul Anwar, jilid 44. H 338.
 
[10] . Alkafi, jilid 1, hal 42.
 
[11] . syuara: 23.
 
[12] . Husaini Nesyaburi, Sayed Ali Akbar. Rentatan ceramah Ustad Rafii. Jilid 2. Hal. 147. Qom. 1389.


source : alhassanain
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Sirah Perdebatan Imam Ali bin Musa al-Ridha as
Benarkah Kita Mencintai Rasulullah ?
Argumen Filosofis dan Teologis Tauhid Dzat Tuhan
Imam Hasan Askari, Imam Yang Saleh
Apakah Dunia harus Dipenuhi Kezaliman untuk Kemunculan Imam Mahdi?
Siapakah Wildanun Mukhalladun dan Apa Tugas Mereka?
Pelajaran Filsafat Hikmah Muta’aliyah Bag.1
DIALOG ANTARA MUSLIM DAN KRISTIAN [8]
Rendah Diri Kaum Wahabi
Apa Penyebab Wafat Rasulullah saw?

 
user comment