Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Tanya Jawab mengenai Syafaat dalam Al-Quran

Tanya Jawab mengenai Syafaat dalam Al-Quran

Soal : Dalam al-Quran terdapat ayat menafikan syafaat, misalnya pada hari kiamat tidak ada syafaat, dan terdapat juga ayat yang menjelaskan keberadaan syafaat itu sendiri, hal ini menunjukkan bahwa dalam firman Allah Swt terdapat hal-hal yang kontradiktif dalam masalah syafaat?

Jawab: Dalam Al-Quranul Karim ayat tentang syafaat dibagi atas tiga kategori:

Pertama, Ayat-ayat yang menafikan secara mutlak syafaat seperti surah al-Baqarah ayat 48 dan ayat 123, surah al-An’am ayat 51, surah Syu’ara ayat 100 dan surah Sajadah ayat 4.

Perhatikanlah, jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut, baik sebelum maupun sesudahnya, maka akan jelas maksud ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang yang menyangka patung-patung sesembahan mereka di dunia bisa memberikan syafaat di hari kiamat sebagaimana  disebutkan dalam ayat 18 surah Yunus dimana Al-Quran menukil perkataan orang-orang kafir, “merekalah pemberi  syafaat kami”.  Bahwa patung-patung berhala itu pemberi syafaat di hari kiamat, dan pada ayat 100 surah Syu’ara yang menjelaskan tentang kiamat, sebagian dari orang kafir berkata, “Alangkah ruginya karena hari ini (hari kiamat) tidak ada pemberi syafaat kepada kami”.

Oleh karena itu, ayat-ayat ini menjelaskan patung berhala itu tidak memberi syafaat bagi mereka yang menyangka bahwa berhala mereka di dunia bisa memberikan syafaat di hari kiamat. Tapi tidak menafikan syafaat sama sekali.

Ketahuilah! Syafaat itu pada hakekatnya hanya untuk orang yang diridhai Allah Swt sebagaimana dalam ayat 28 surah al-Anbiyah Allah berfirman, “Para pemberi syafaat itu tidak akan memberikan syafaat kepada seseorang kecuali yang diridhai Allah Swt”. Dan pada saat yang sama Allah Swt dengan jelas menampakkan ketidakridhaan-Nya kepada orang yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik dan dengan tegas dalam surah an-Nisa ayat 48 dan ayat 116 Allah berfirman, “Allah Swt tidak akan mengampuni orang yang mensyirikkan-Nya”. Oleh karena itu  sudah pasti tidak ada syafaat bari orang musyrik.

Dalam riwayat juga dijelaskan bahwa terdapat dosa-dosa tertentu yang tidak akan mendapatkan syafaat seperti orang yang membenci Ahlulbait As.

Kedua, ayat-ayat tentang pemberi syafaat hanya Allah Swt. Ayat-ayat ini dengan jelas menyatakan  bahwa syafaat hanya  Allah Swt seperti surah Az-Zumar ayat 44 Allah berfirman, “Katakanlah! Hanya Allah Swt yang memberi Syafaat”. Ayat ini menjelaskan bahwa syafaat di hari kiamat itu ada akan tetapi hanya untuk Allah Swt sebagai pemilik asli syafaat.

Ketiga, Syafaat itu terjadi atas izin Allah Swt. Surah al-Baqarah ayat 255, surah Yunus ayat 3 dan surah Thaha ayat 109. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat syafaat akan terjadi hanya dengan izin Allah swt, artinya Allah Swt telah menentukan orang-orang yang bisa memberi syafaat, dan ini  bermakna bahwa tidak setiap orang bisa memberi syafaat. Demikian pula dalam surah Thaha ayat 109 Allah berfirman, “Pada hari itu syafaat tidak akan berguna kecuali bagi orang-orang yang telah diizinkan Allah ar-Rahman”.

Syafaat mutlak yang tanpa syarat-syarat merupakan keyakinan kaum Nasrani dan Yahudi dan kaum musyrikin, akan tetapi syafaat yang Allah swt terima yang dijelaskan dalam Al-Quran adalah syafaat yang telah dipenuhi syarat-syarat oleh pemberi dan penerima syafaat sekalipun ia memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Swt bila tidak dengan izin dan keridhaan Allah Swt maka syafaat itu tidak akan terjadi, inilah yang dijelaskan pada kategori ketiga dari ayat syafaat.

Soal: Siapakah yang telah mendapatkan izin Allah memberi Syafaat?

Jawab : Dalam ayat 109 surah Thaha disebutkan bahwa sifat umum pemberi syafaat sebagai berikut, “Pada hari itu tidak akan berguna syafaat kecuali pemberi syafaat yang diizinkan Allah ar-Rahman dan Dia ridha perkataannya”.

Di samping sifat umum yang dijelaskan pada ayat di atas, dalam ayat lain juga Allah Swt dengan jelas menunjuk pribadi-pribadi tertentu yang bisa memberi syafaat sebagai berikut:

  1. Para Nabi dan Rasul Allah Swt dalam surah al-Anbiya ayat 26-28 berfirman, “dan mereka berkata,“ Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan sebagai anak”, Maha Suci Dia. Sebenarnya mereka itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan,  mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.  Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melaikan kepada orang yang diridhoi Allah, dan mereka selalu berhati-hati  karena takut kepada-Nya”.

Ayat ini disamping menjelaskan syafaat para Nabi As juga menjelaskan bahwa para malaikat juga bisa memberi syafaat karena pada ayat ini menjelaskan mereka mengira Allah Swt memiliki putra, kaum  musyrikin menyangka bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah Swt, dan kaum Yahudi dan Nashrani menyangka bahwa Uzair dan al-Masih putra-putra Allah Swt, dan Allah menjelaskan dalam ayat di atas bahwa mereka bukan putra putri Allah Swt tetapi mereka itu adalah Hamba-hamba muqarrab Allah Swt dimana mereka tidak akan mampu memberi syafaat kecuali orang yang Allah Swt ridhai.

  1. Al-Quran menjelaskan bahwa malaikat itu bisa memberi syafaat sebagaimana dijelaskan dalam ayat 26 surah an-Najm, Allah Swt berfirman, “dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat mereke sedikitpun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan ( dan hanya ) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridhai”.
  2. Syuhada dan Mukmin : Allah Swt dalam surah az-Zukhruf ayat 86 berfirman, “ orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat syafaat kecuali ia mengakui hak dan mereka meyakini”. Dalam ayat ini syahid yang dimaksud adalah kesaksian amal perbuatan bukan syahid di medan perang, dan ini bermakna bahwa mukmin juga termasuk pemberi syafaat pada hari kiamat karena Allah Swt memberitakan bahwa orang mukmin pada hari kiamat akan bergabung dengan para syuhada sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hadid ayat 19, “dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itulah orang-orang yang benar dan termasuk syahid di sisi Tuhan mereka”.

***

Soal : Siapa yang akan mendapatkan syafaat?

Jawab : Mereka yang akan mendapatkan syafaat adalah orang yang beriman kepada keesaan Allah Swt, beriman kepada Rasulullah dan berpegang teguh pada tali Allah Swt dan tidak termasuk orang-orang yang zalim dan dan tidak tenggelam dalam perbuatan dosa dan tidak bertaubat. Secara umum orang yang mendapatkan syafaat hanya pada orang-orang tertentu yang akan kami jelaskan pada poin berikut ini:

Kelompok pertama: orang itu termasuk orang yang diridhai Allah Swt, Allah Swt dalam surah al-Anbiyah ayat 28 berfirman, “Pemberi syafaat tidak akan memberikan syafaat kecuali pada yang diridhai Allah Swt”.

Soal: Jika syafaat itu hanya kepada orang yang Allah Swt ridhai saja lantas mengapa dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Saya akan memberikan syafaat kepada umatku yang telah melakukan dosa besar”.[1] Lantas apakah Allah Swt akan meridhai orang melakukan dosa besar yang Rasulullah saw hendak berikan syafaat kepadanya?.

Jawab: Dalam riwayat disebutkan bahwa pertanyaan di atas sama dengan apa yang pernah ditanyakan Ibn Abi Umair kepada Imam Kazhim as, Imam As menjawab, “Jika orang yang terjerumus dalam perbuatan dosa besar itu adalah orang yang beriman, maka sudah pasti ia akan menyesal dan Rasulullah Saw bersabda, “Menyesal atas perbuatan dosa termasuk taubat”. Dan orang yang tidak menyesal sesungguhnya ia bukanlah orang mukmin hakiki dan ia termasuk orang yang tidak mendapatkan syafaat, dan perbuatannya adalah sebuah kezaliman dan Allah Swt tidak akan memberikan syafaat kepada orang zalim.[2]

Dalam hadis diatas pada awal hadis dijelaskan bahwa orang yang mendapatkan syafaat adalah orang yang melakukan dosa besar, pada lanjutan hadis memperjelas bahwa syarat mendapatkan syafaat adalah harus beriman, dimana pendosa menyesali perbuatannya dan berusaha memperbaikinya. Sementara orang-orang zalim karena ia tidak menyesali perbuatannya dan tidak bertaubat atas dosanya maka tidak akan mendapatkan syafaat Allah Swt.

Kelompok kedua:  Orang  menjaga shalat dan memberi makan orang miskin: Allah Swt dalam surah Muddatsir ayat 43 dan 44 menjelaskan orang yang tidak mendirikan shalat dan tidak memberi makan orang miskin termasuk penduduk jahannam, Allah Swt berfirman dalam menjelaskan jawaban penduduk Jahanam ketika ditanya, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat, dan kami juga tidak memberi makan orang miskin”. Dan mereka ini tidak akan mendapatkan syafaat. Oleh karena itu orang yang mendapatkan syafaat hanyalah orang yang mendirikan shalat dan memberi makan orang miskin.

Kelompok ketiga :  Orang yang tidak mendustakan hari kiamat; dalam surah Muddatsir ayat 46 mengisyarahkan bahwa tidak menyakini hari kiamat termasuk penduduk neraka jahannam, Allah Swt berfirman, “dan kami mendustakan hari pembalasan”. Inilah salah satu ciri penduduk neraka Jahannam mereka mendustkan hari kiamat  dan hari pembalasan. Dengan demikian orang yang mendapatkan syafaat Rasulullah saw adalah orang yang tidak mendustakan hari kiamat.

Kelompok keempat:  Mereka yang memiliki akhlak yang baik; Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat orang yang paling dekat kepada saya di antara kalian dan mendapatkan syafaatku adalah orang yang paling jujur, paling amanah, paling mulia akhlaknya dan paling dekat dengan masyarakat”.[3]

Kelompok kelima: Orang yang tidak memusuhi Ahlulbait As; Imam Shadiq As berkata, “Seandainya para malaikat muqarrab dan para nabi dan rasul memberikan syafaat kepada orang yang membenci Ahlulbait As maka syafaat mereka tidak akan terkabul”.[4]

Imam Shadiq As dalam sebuah riwayat mencela orang yang melakukan dosa dengan asumsi bahwa akan mendapatkan syafaat berkata, “Hai umat manusia! Kalian tidak meninggalkan perbuatan dosa dan berharap akan mendapatkan syafaat kami? Demi Allah! Barang siapa yang melakukan dosa zina maka ia tidak akan mendapatkan syafaat kami hingga ia merasakan azab dan masuk dalam api neraka”.[5]

Kesimpulan

Penafian syafaat dalam Al-Quran untuk orang-orang penyembah berhala dan meyangka bahwa berhala mereka akan memberikan syafaat, dan syafaat itu hanya Allah Swt dan para pemberi syafaat akan memberikan syafaat dengan izin Allah Swt.

Dengan demikian dengan tegas bisa dikatakan bahwa  tidak ada kontradiktif atas firman Allah Swt atas ayat-ayat syafaat dalam Al-Quran. Jelaslah jawaban atas pertanyaan mengenai adanya kontradiksi dalam ayat-ayat al-Quran dalam masalah syafaat.[6]

[1]  Sunan Abu Daud, j. 4h. 379

[2] Riwayat dinukil dalam tafsir al-burhan j. 3 h. 57

[3] Taysiri al-Mathalib karya Sayyid Yahya Zaidi, j. 1 h. 442

[4] Mahasin al-Barqi h. 184

[5] Ushul Kafy j. 5 h. 469

[6] Tafsir Bayan karya Dr Muhammad Ali Anshari pada ayat 100 surah Syu’ara

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Siapakah Wildanun Mukhalladun dan Apa Tugas Mereka?
Pelajaran Filsafat Hikmah Muta’aliyah Bag.1
DIALOG ANTARA MUSLIM DAN KRISTIAN [8]
Rendah Diri Kaum Wahabi
Apa Penyebab Wafat Rasulullah saw?
Apa arti “Fatimah” itu? Dan mengapa Rasulullah Saw memilih nama ini untuk putri ...
Teladan Suci dan Agung; Rasul Tuhan Muhammad Saw
Kebebasan dalam Pandangan Syahid Muthahhari
Yazid dalam Timbangan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Mulla sadra dan pertanyaan tentang realitas(2)

 
user comment