Imam Husein as di Zuhur Asyura melaksanakan salat terakhirnya. Salat ini memberikan pesan penting kepada manusia hingga Hari Kiamat, bahwa perang, jihad dan pengorbanan beliau demi mempertahankan Islam. Karena salat merupakan tiang agama. Tanpa salat, agama tidak bermakna. Sebagaimana kemah tidak akan tegak tanpa tiang. Begitu juga seluruh perbuatan manusia akan diterima di sisi Allah dengan syarat salatnya diterima.
Imam Husein as mengajarkan manusia cinta kepada salat dan berdoa kepada Allah yang didapatkannya dari ayahnya. Ibnu Abbas di tengah-tengah perang Shiffin melihat Imam Ali as mengangkat kepalanya ke langit seakan-akan menanti sesuatu. Ibnu Abbas bertanya, “Wahai Amirul Mukminin! Apakah engkau mengkhawatirkan sesuatu?” Beliau menjawab, “Iya, saya menanti waktu salat.” Ibnu Abbas berkata, “Dalam kondisi genting seperti ini kita tidak bisa berhenti berperang dan menunaikan salat.” Imam Ali melihatnya dan berkata, “Kita berperang untuk menegakkan salat.”
Imam Husein as menyampaikan slogan Haihata Minnadz Dzillah atau Pantang Hina di sore hari Tasua. Waktu itu pasukan musuh telah siap untuk berperang. Beliau berkata kepada saudara pemberaninya Abbas agar menemui musuh dan menyampaikan pesannya. Beliau berkata, “Carikan jalan bagaimana caranya perang diundur hingga besok. Malam ini saya ingin melakukan salat dan menyembah Allah Swt. Hanya Allah yang tahu betapa saya sangat menyukai salat, membaca al-Quran, banyak berdoa dan mengucapkan istighfar.”
Ucapan Imam Husein sangat bermakna. Salat dan berdoa kepada Allah Swt memberikan kemuliaan yang sangat besar kepada manusia. Itulah mengapa beliau meminta kalau bisa perang diundur hingga keesokan hari agar dapat melakukan salat dan berdoa.
Falsafah salat adalah merasa hadir di sisi Allah, menyatakan penghambaan, dan mengakui keesaan Allah dan keabadian-Nya. Hasil dari salat yang disertai makrifat seperti ini adalah perubahan, kebahagiaan dan mencapai kesempurnaan. Ketika seseorang melakukan salat dan merasa di hadapan Allah dan mengingat-Nya, maka hal ini dengan sendirinya akan mencegahnya dari berbuat maksiat.
Salat memiliki posisi yang sangat urgen bila dibandingkan dengan ibadah yang lain. Kewajiban semua ibadah agama seperti haji, puasa, zakat, khumus dan lain-lain memiliki syarat dan bila syarat itu tidak terpenuhi, maka kewajiban itu menjadi gugur dengan sendirinya. Tapi berbeda dengan kewajiban salat, dimana dalam kondisi apapun tidak dapat gugur. Kewajiban salat tetap harus dilakukan baik dalam bepergian atau tidak, sehat atau sakit, kaya atau miskin, perang atau damai dan dalam kondisi apapun.
Dalam ibadah salat yang berubah hanya kualitasnya. Sebagai contoh, ketika orang yang melakukan salat dalam kondisi lemah, Allah membolehkannya untuk melakukan salat dengan duduk atau berbaring. Atau dalam kondisi sedang bepergian, ia dapat melakukan salat dengan qashar. Bahkan ketika seseorang dalam kondisi tenggelam dan tahu waktu salat telah tiba, maka ia tetap wajib salat dengan hanya niat dan mengucapkan takbir.
Salat Zuhur di hari Asyura merupakan sebuah riwayat yang mampu mengguncang hati setiap orang. Salat yang dilakukan Imam Husein as sejatinya merupakan pengamalan terhadap ibadah paling penting ini. Udara yang demikian panas, rasa haus yang mencekik, anak panah yang menyerang dan kesedihan mereka yang kehilangan orang yang dikasihinya tidak dapat merusak kewajiban mulia ini. Apa yang dilakukan Imam Husein as telah menutup alasan orang-prang yang meninggalkan salat, sekaligus menekankan penting dan agungnya ibadah ini.
Di sisi lain, Imam Husein as dengan salat Zuhur di hari Asyura berhasil membuktikan kepada hati semua manusia yang sadar bahwa tujuan sebenarnya dari kebangkitan ini berlandaskan agama. Kepergian beliau dari Mekah ke Karbala merupakan upaya beliau dalam melaksanakan kewajiban agamanya. Imam Husein as bangkit bukan untuk urusan duniawi, tapi untuk menghidupkan kembali agama yang dibawa oleh kakeknya Rasulullah Saw.
Akhir salat Imam Husein as merupakan salat khusus yang dimulai dengan Takbiratul Ihram, qiraah, berdiri, ruku, sujud, tasyahhud dan salam. Salat yang takbirnya bersamaan dengan turun dari kuda. Berdirinya dilakukan setelah terjatuh. Ruku yang dilakukan akibat luka parah dan darah yang menetes di atas tanah. Sekalipun demikian, beliau tetap bangkit dari ruku dan melakukan qunut dengan doa terakhir.
Dalam doanya beliau mengucapkan, “Ya Ilahi! Wahai Zat yang derajatnya sangat tinggi! Kemurkaan-Mu kepada orang zalim sangat besar dan kekuatan-Mu lebih dari segala kekuatan. Tuhan yang tidak membutuhkan selain-Nya. Zat yang kuasa dalam keagungan-Nya. Ya Ilahi! Kami keluarga Nabi yang dicintai dan Engkau pilih. Mereka datang dengan jalan licik dan tipuan. Mereka tidak mau membantu kami. Mereka menggugursyahidkan kami demi kebenaran dan keadilan yang kami tuntut.”
Akhir sujud Imam Husein as dilakukan dengan wajah sucinya menyentuh tanah Karbala. Beliau kemudian membaca tasyahhud dan salam disertai ruh beliau yang keluar dari badan sucinya. Pada akhirnya kepala yang baru diangkat dari sujud menyempurna dengan terpisah dari badan dan ditancapkan ke tombak. Amalan setelah salat dilakukan beliau dengan membaca doa, zikir dan surat al-Kahfi. Semua yang ada di padang Karbala menyaksikan dan mendengarkan apa yang dibacakan Imam Husein as.
Umar bin Abdullah yang dikenal dengan Abu Tsumamah merupakan tokoh Syiah Kufah. Ia terkenal dengan keberanian dalam berperang. Ketika Muslim bin Aqil, utusan Imam Husein as tiba di Kufah untuk mengambil baiat masyarakat, Abu Tsumamah bertanggung jawab untuk mengumpulkan bantuan dan menyiapkan senjata. Setelah warga tidak lagi mendukung Muslim bin Aqil dan sebelum terjadi peperangan di Karbala, Abu Tsumamah pergi ke Karbala dan bergabung dengan para sahabat Imam Husein as.
Zuhur hari Asyura, Syimr dan pasukannya sudah begitu dekat dengan kemah-kemah. Ia mengangkat tombaknya dan mulai melubangi kemah yang ada. Para sahabat Imam Husein as berusaha sekuat tenaga untuk menghalau Syimr dan pasukannya. Pasukan Syimr tidak berhasil menyerang para sahabat Imam Husein as dari kiri dan kanan. Namun mereka kembali menyerang untuk menghakhiri sisa sahabat yang dengan gagah berani bertahan sekalipun dalam kondisi lelah dan haus.
Dalam kondisi yang demikian, Abu Tsumamah, mujahid pemberani asyura yang menyaksikan sudah banyak sahabat yang gugur syahid menemui Imam Husein as. Ia berkata, “Jiwaku untukmu! Musuh sudah dekat dan umurku sudah tidak berapa lama lagi. Harapanku dapat melaksanakan salat Zuhur ketika menemui Allah.” Imam menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata, “Engkau mengingatkan tentang salat. Semoga Allah menjadikan engkau termasuk orang yang melaksanakan salat dan berzikir. Benar, sekarang waktu salat telah tiba.”
Imam Husein as memutuskan untuk melaksanakan Salat. Zuheir bin Qein dan Said bin Abdillah berdiri di depan Imam. Mereka menjadikan badannya sebagai perisai menghadapi anak panah musuh yang berdatangan dari segala arah. Imam Husein as melaksanakan salat dengan para sahabatnya yang masih tersisa. Ketika selesai menunaikan salat, Said bin Abdillah terjatuh akibat banyaknya anak panah yang tertancap di badannya.
Dalam kondisi itu ia sempat berkata, “Ya Allah! Tujuanku berkorban dan menanggung segala kesakitan ini untuk membantu keturunan Nabi-Mu.” Setelah itu ia membuka matanya menatap Imam Husein as dan berkata, “Wahai keturunan Rasulullah! Apakah saya telah melaksanakan kewajibanku terhadapmu?” Imam Menjawab, “Iya, engkau telah melaksanakan kewajibanmu. Engkau lebih dahulu memasuki surga terbaik dari aku.”