Inqitha’:
Dalam sebuah riwayat kita membaca Imam Shadiq As bersabda, “Sesungguhnya urusan ini (kemunculan Mahdi) tidak akan terpenuhi kecuali setelah putus asa.”[13]
Dalam riwayat lainnya, Imam Ridha As bersabda, “Sesungguhya kemunculan Imam Mahdi Ajf akan datang setelah keputusasaan dan orang-orang sebelum kalian lebih sabar daripada kalian.”[14]
Hal ini bermakna bahwa selama manusia menaruh harapan pada kekuatan-kekuatan non-Ilahi, dahaga akan keadilan Mahdawi tidak ada dalam dirinya serta tidak mencari dan tidak menghendaki Imam Mahdi.
Boleh jadi atas dasar itu, salah satu tanda permulaan revolusi Imam Zaman Ajf adalah merajalelanya kezaliman dan angkara murka di muka bumi. Hal ini dapat ditetapkan dengan dua jalan:
Rasulullah Saw memandang merajalelanya kezaliman dan angkara murka sebagai tanda permulaan revolusi dan dalam sebuah hadis yang dikutip dari para ahli hadis Islam, Rasulullah Saw bersabda, “Bumi akan diisi dengan keadilan dan persamaan, setelah dipenuhi dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan.”[15]
Tekanan dan cekikan kapan saja telah melebih batasnya akan menjadi penyebab ledakan. Ledakan-ledakan sosial seperti ledakan-ledakan mesin yang akan meletup pada tingkatan tertentu.
Pada hakikatnya tersebarnya kerusakan yang dilakukan oleh kaum durjana akan semakin mendekatkan revolusi dan sebagai hasilnya akan menyirami benih-benih revolusi untuk tumbuh berkembang, sehingga tatkala krisis sampai pada puncaknya maka meletuslah revolusi. Namun, harap diperhatikan bahwa semata-mata tersebarnya kerusakan tidak mencukupi, melainkan pengetahuan yang matang juga diperlukan dalam hal ini.
Maksud tingginya level pengetahuan masyarakat adalah bahwa manusia sampai pada level memahami bahwa kezaliman dan kerusakan menjadikan hidupnya sebagai neraka yang tidak cocok dengan makam kemanusiaannya. Setelah itu, dengan menilai syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang ada, kejahatan kekuatan thagut, ia menyiapkan benih revolusi di tanah yang sudah siap dan melalui pelbagai cara ia menyirami tanah tersebut. Jelas bahwa sepanjang mayoritas masyarakat tidak menyadari hal ini dan manusia tidak mengetahui nilai-nilainya serta tidak menimbang segala yang dimilikinya dan oleh musuhnya, maka revolusi buta akan meletus yang tentu saja tidak dapat menjamin kemaslahatan umat manusia secara keseluruhan.
Dengan ungkapan yang lebih jelas, untuk merealisasi sebuah revolusi, tersebarnya kejahatan dan adanya seorang pemimpin yang pas, tidak mencukupi. Bahkan selain itu, kesiapan mental dan pikiran juga diperlukan sehingga masyarakat pada waktu yang tepat dapat mempersembahkan tuntutan revolusi yaitu kerelaan berkorban dan kerelaan untuk syahid dalam mencapai tujuan revolusi. Selain itu, sikap lemah, pasif dan malas, puas dengan kondisi yang ada, akan mendominasi spirit masyarakat dan pemikiran revolusi tidak akan ditemukan dalam benak mereka dan dengan berpegang pada logika “Musa dengan agamanya, Isa dengan agamanya,” atau “setiap orang harus mengeluarkan karpetnya sendiri-sendiri dari air” atau “Untuk apa aku peduli dengan urusan orang lain” dan semisalnya. Ia menilai kondisi sekarang senantiasa dengan tuntutan mencari kesenangan, dan lebih mengutamakan hidup sejahtera ketimbang harus bangkit, mengusung revolusi, menahan penderitaan penjara dan siksa, pembunuhan dan eksekusi.[16]
Di samping itu, untuk mewujudkan kebangkitan dan revolusi Imam Mahdi Ajf diperlukan seorang serdadu yang siap sedia dan kekuatan memukul produktif yang berdiri di belakang Imam Mahdi Ajf dan mematuhi komandonya. Dengan demikian, ia harus menggemleng orang-orang yang siap berkorban dalam bara api kezaliman, kejahatan, kerusakan dan diskriminasi, sehingga ia menjadi pembawa pesan keadilan. Kelompok ini harus dibekali dengan kekuatan iman dan takwa, siap berkorban harta, raga dan jiwa untuk mencapai tujuan ini.
Ringkasnya, tersebarnya kerusakan dan kezaliman, apabila berujung pada inzhilâm yaitu menerima kezaliman dan kejahatan, maka tidak akan tersedia ruang bagi kebangkitan melawan kondisi seperti ini. Bahkan hanya dapat berguna tatkala pendahuluan-pendahuluan perlawanan telah dilakukan terlebih dahulu dalam rangka menegakkan keadilan dan kebaikan. Jelas bahwa pendahuluan ini sama sekali tidak akan terlaksana kecuali masyarakat tahu bahwa kezaliman itu adalah hal yang buruk dan harus dibasmi, dan sebagai bandingannya, ia juga harus tahu simbol-simbol kesalehan dan ketakwaan personal dan sosial, dan hanya dengan pengenalan ia mengajak masyarakat kepada kebaikan dan ketakwaan.
Terdapat banyak hadis yang menyebutkan bahwa sekelompok orang pada masa-masa yang berbeda-beda dengan gerakan-gerakan reformis di tengah masyarakat akan menjadi pendahuluan-pendahuluan kemunculan Imam Zaman Ajf. Hadis-hadis ini telah dikumpulkan pada sebagian buku.[17]
Di sini kami ingin menyebutkan salah satu hadis ini. Penulis buku Kasyf al-Ghummah mengutip dari Rasulullah Saw yang bersabda, “Orang-orang akan keluar dari Timur dan menyiapkan pendahuluan bagi kemunculan Imam Mahdi Ajf.”[18]
Takwa dan Jauh dari Dosa
Pada sebagian hadis Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As menjelaskan tentang tugas-tugas para penanti, kesemuanya bercerita tentang takwa, wara, ifaf, shalah, sided, jauh dari dosa dan dekat pada Allah Swt. Sebagai contoh, Imam Shadiq As bersabda, “Barang siapa yang ingin merasakan kebahagiaan menjadi salah seorang sahabat Imam Qaim Ajf, maka selagi dalam masa penantian ia harus menjadi penanti aktif dan beramal dengan wara dan budi pekerti yang luhur. Apabila orang seperti ini meninggal dunia sebelum kemunculan Imam Zaman Ajf maka ganjaran yang akan ia peroleh sama dengan orang yang mendapatkan Imam Zaman Ajf pada masa kemunculannya. Karena itu, berusahalah untuk berbuat kebaikan dan menjadi seorang penanti yang baik. Semoga penantian ini menjadi saat-saat terindah bagimu dan engkau diliputi rahmat.”[19]
Ulama terdahulu kita, terkait dengan tugas-tugas dan taklif-taklif para penanti pada masa ghaibat, menulis buku-buku atau pasal-pasal dari buku-buku. Seperti buku Najm al-Tsaqib karya Haji Mirza Husain Nuri (wafat 1327 H), dua buku “Mikyal al-Makârim” dan “Wazhife Mardum dar Zaman Ghaibat Imam Zaman Ajf (Tugas-tugas Masyarakat Pada Masa Ghaibat Imam Zaman Ajf) karya Mirza Muhammad Taqi Musawi Isfahani (w 1348 H)
Dalam buku-buku ini dan yang semisal dengannya yang disinggung hanyalah berdasarkan riwayat-riwayat para Imam Maksum terkait dengan faktor-faktor kemunculan dan tugas-tugas para penanti. Akan tetapi dari sudut pandang rasional juga dapat dikatakan bahwa pembentukan pemerintahan semesta dengan segala kebesaran dan keagungannya, bersifat seketika meski ia merupakan sebuah hal yang mustahil, namun kita tidak memiliki dalil rasional atau referensial standar terkait dengan hal ini. Kendati boleh jadi kemunculan itu sendiri disebabkan tiadanya tauqit (tidak dijelaskannya waktu) terjadi dalam waktu serentak dan seketika, namun tentu saja tidak akan terjadi tanpa adanya persiapan pendahuluan.
Syahid Muthahari menulis, “Sebagian ulama Syiah yang menaruh prasangka baik terhadap sebagian pemerintahan Syiah kontemporer, memberikan kemungkinan bahwa sebuah pemerintahan hak akan berdiri hingga revolusi Imam Mahdi Ajf Yang Dijanjikan.[20]
Hal ini menjelaskan bahwa ulama Syiah meyakini pemerintahan pendahuluan dan hal ini merupakan suatu hal yang wajar; karena tatkala manusia menantikan seorang tamu istimewa, maka ia akan berusaha menyiapkan ruang dan persiapan pendahuluan untuk menyambut sang tamu istimewa. Bagaimana mungkin seorang penanti, menantikan seseorang yang disebabkan penegakan keadilan, pelaksanaan hukum-hukum Ilahi dan mencegah pelbagai kemugkaran akan dihukum dan merasakan sabetan pedangnya?”
Ayatullah Makarim Syirazi terkait dengan persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk terbentuknya pemerintahan semesta, menulis, “supaya dunia menerima pemerintahan seperti itu maka diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut:
Kesiapan pikiran dan budaya; artinya level pemikiran masyarakat dunia sedemikian tinggi sehingga ia tahu misalnya masalah ras atau “beragam letak geografis dunia” bukanlah masalah penting bagi hidup umat manusia dan perbedaan bahasa, warna kulit, negeri, tidak dapat memisahkan manusia antara satu dengan yang lainnya.
Kesiapan sosial; orang-orang sedunia harus lelah dan muak dengan kezaliman, kejahatan dan pelbagai pemerintahan yang ada di dunia, ia merasakan kegetiran dan kepahitan kehidupan material dan mono dimensional dan bahkan telah berputus asa terhadap masa depan yang dapat memecahkan persoalan-persoalan kekinian.
Kesiapan teknologi dan komunikasi; berbeda dengan anggapan sebagian orang bahwa sampaina pada tingkat kesempurnaan sosial dan sampainya pada dunia yang sarat dengan perdamaian dan keadilan, hanya dapat tercapai dengan musnahnya teknologi modern. Adanya industri-industri maju bukan hanya tidak menggangu sebuah pemerintahan berkeadilan semesta, namun juga tanpanya mustahil dapat sampai pada tujuan seperti ini.[21]
Kesiapan individu: Pemerintahan semesta sebelum segala sesuatunya memerlukan unsur-unsur yang siap dan dengan nilai kemanusiaan sehingga dapat memikul beban berat seperti reformasi agung dan luas seperti ini.
Hal ini pada level pertama diperlukan peningkatan level pemikiran, pengetahuan, kesiapan mental dan pikiran untuk melaksanakan agenda agung ini. Para penanti sejati tentu saja tidak hanya dapat menjadi penonton untuk mengimplementasikan agenda-agenda tersebut.[22]
catatan :
[1]. Ibrahim Amini, Dâd Gustari Jahân, hal. 294, Zamine Sâzi Zhuhur Hadhrat Wali Ashr As, Muhammad Fakir Maibadi.
[2]. Silahkan lihat, Lutfhullah Shafi Gulpaigani, Muntakahab al-Âtsâr, hal. 334.
[3]. Silahkan lihat, Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 97.
[4]. Ibid, hal. 98.
[5]. Silahkan lihat, Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 91 dan 113.
«ان لصاحب الامر غيبة لا بد منها، يرتاب فيها كل مبطل، فقلت له: و لم جعلت فداك؟ قال لامر لم يؤذن لنا فى كشفه لكم، قلت: فما وجه الحكمة فى غيبة؟ فقال: وجه الحكمة فى غيبة وجه الحكمة غيبات من تقدمه من حجج اللّه تعالى ذكره، ان وجه الحكمة فى ذلك لا ينكشف الا بعد ظهوره، كما لا ينكشف وجه الحكمة لمّا أتاه الخضر( عليهالسلام ) من خرق السفينة، و قتل الغلام و اقامة الجدار، لموسى (عليهالسلام) الا وقت افتراقها».
[6]. Silahkan lihat, Bihâr al-Anwâr, jil. 53, hal. 177 dan Ilzam al-Nashib, jil. 2, hal. 467.
«و لو ان اشياعنا وفقهم اللّه على اجتماع من القلوب فى الوفاء بالعهد عليهم، لما تأخر عنهم اليمن بلقائنا و لتعجلت لهم السعادة بمشاهدتنا، على حق المعرفة و صدقها منهم بنا فما يحبسنا عنهم الا ما يتصل بنا مما نكرهه و لا نؤثره منهم».
[7]. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 129.
«ما احسن الصبر و انتظار الفرج، اما سمعت قول الله تعالى «فارتقبوا انى معكم رقيب» و قوله عزوجل: «فانتظروا انى معكم من المنتظرين، فعليكم بالصبر، فانه انما يجيىء الفرج على اليأس و قد كان الذين من قبلكم اصبر منكم».
[8]. Ibid, hal. 122.
«افضل اعمال امتى انتظار الفرج»
[9]. Ibid.
«اى الاعمال احب الى اللّه عزوجل؟» فقال: «انتظار الفرج».
[10]. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 95.
«اقرب ما يكون العبد الى اللّه عزوجل و ارضى ما يكون عنه اذا افتقدوا حجة اللّه فلم يظهر لهم و حجب عنهم فلم يعلموا بمكانه... فعندها فليتوقعوا الفرج صباحا و مساءً»
[11]. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 122.
«المنتظرون لظهوره افضل اهل كل زمان، لان اللّه تعالى ذكره، اعطاهم من العقول و الافهام و المعرفة ما صارت به الغيبة عند هم بمنزلة المشاهدة، و جعلهم فى ذلك الزمان بمنزلة المجاهدين بين يدى رسول اللّه صلىاللهعليهوآله بالسيف، اولئك المخصلون حقا، و شيعتنا صدقا، و الدعاة الى دين اللّه سرا و جهرا »
[12]. Al-Ihtijâj, jil. 2, hal. 471.
«و اكثروا الدعاء بتعجيل الفرج، فان ذلك فرجكم»
[13]. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 111.
«ان هذا الامر لايأتيكم الا بعد اياس...”
[14]. Silahkan lihat, Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 129 dan 110.
«فانه انما يجيىء الفرج على اليأس و قد كان الذين من قبلكم اصبر منكم»
[15]. Al-Ihtijâj, jil. 1, hal. 69.
«يملا الارض قسطاً و عدلا كما مُلئت ظُلما وجورا».
[16]. Harap diperhatikan bahwa beberapa lama kerusakan akan melanda dunia. Kerusakan yang dilakukan negara-negara adidaya terjadi di pelbagai belahan dunia khususnya Afrika dan Asia sampai pada level yang paling parah. Semenjak hari Barat berpikir ingin menguasai Timur, setiap harinya di pelbagai belahan dunia tingkat kezaliman yang diderita semakin meningkat dan jutaaan orang yang tertawan. Hanya dengan mengkaji negara-negara jajahan di Afrika dan Asia Selatan menjadi dokumen yang paling jelas dan terang atas persoalan ini.
[17]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Kamil Sulaiman, Ruzegâr Rahâi, terjemahan Persia oleh Ali Akbar Mahdi Pur, jil. 2, hal. 1034-1062.
[18]. Kasyf al-Ghummah fi Ma’rifat al-Aimmah, jil. 3, hal. 267. Mu’jam Ahadits al-Imam al-Mahdi, Muassasah al-Ma’arif al-Islamiyah, 1411 H, jil. 1, hal. 387.
[19].. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 140 sesuai nukilan dari Ghaibat al-Nu’mani.
«من سره ان يكون من اصحاب القائم فلينتظر وليعمل بالورع و محاسن الاخلاق و هو منتظر. فان مات وقام القائم بعده، كان له من الأجر مثل أجر من أدركه. فجدوا وانتظروا هنيئاً لكم ايتها العصابة المرحومة».
[20]. Silahkan lihat, Murtadha Muthahhari, Qiyâm wa Inqilâb Mahdi, hal. 68.
[21]. Makarim Syirazi, Hukumat Jahâni Mahdi Alaihi al-Salâm, hal. 80-83
[22]. Ibid, hal. 100.