Puasa (Bahasa Arab:الصوم) merupakan amalan penting dalam agama Islam dan artinya adalah seseorang wajib untuk menjalankan perintah Allah Swt semenjak adzan Subuh hingga azan Maghrib serta menjauhkan diri dari sebagian pekerjaan-pekerjaan seperti: makan dan minum. Puasa adalah salah satu furu’din dalam agama Islam. Dalam agama-agama lain pun terdapat bentuk-bentuk puasa yang diwajibkan.
Puasa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, menggapai tingkatan takwa yang lebih tinggi, memurnikan badan dari urusan-urusan maknawi atau kafarah dan tebusan bagi sebagian dosa-dosa, memperkuat iradah dan juga untuk mengembangkan rasa belas kasih terhadap orang-orang miskin. Dari segi Fikih, puasa dibagi menjadi empat: wajib, mustahab, makruh dan haram. Demikian juga berdasarkan sebagian riwayat, amalan ibadah ini memiliki tingkatan dari sisi irfan: puasa umum, puasa khusus, puasa khusus dari khusus.
Puasa bulan Ramadhan merupakan tiang agama Islam dan wajib dijalankan oleh semua kaum Muslimin baligh, berakal, sehat. Puasa bulan Ramadhan diwajibkan bagi kaum Muslimin pada 28 Sya’ban tahun ke-2 H di Madinah ketika turun ayat 183 surah al-Baqarah:
﴾یا أَیهَا الَّذینَ آمَنُوا کتِبَ عَلَیکمُ الصِّیامُ کما کتِبَ عَلَی الَّذینَ مِنْ قَبْلِکمْ لَعَلَّکمْ تَتَّقُون﴿“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa.
Pada masa kemudian terjadi penghapusan/penganuliran hukum (nasikh) pada beberapa bagian kewajiban dan keharamannya.” Puasa merupakan rukun ibadah, yang mencakup puasa wajib dan mustahab dalam berbagai macam waktu dalam satu tahun.
Sejarah Puasa pada Agama-agama sebelumnya
Puasa secara leksikal adalah menjauhi perbuatan-perbuatan haram dan menurut istilah syara’ adalah menahan hawa nafsu dari semua perkara yang membatalkan puasa. (mufthirat) Al-Quran secara eksplisit menjelaskan bahwa kewajiban Ilahi ini telah dijelaskan dalam agama-agama sebelumnya. [1] Namun demikian, kesamaan puasa antara kaum Muslimin dengan umat-umat sebelumnya ada pada asli taklif (menjalankan kewajiban syar’i) bukan pada kekhususan-kekhususan yang ada pada puasa itu sendiri. Berdasarkan riwayat-riwayat Islam, Nabi Adam adalah orang pertama yang mengerjakan puasa. [2]
Puasa merupakan ibadah kaum Yahudi yang beberapa kali telah diisyaratkan pada perjanjian lama. Nabi Musa, sebelum menerima lempengan-lempengan alwah dari Tuhan, sepanjang siang dan malam berpuasa, tidak makan dan tidak minum selama 40 hari di gunung Sina (Saina). [3];[4]
Dalam syariat Yahudi, salah satu cara umum untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah dengan puasa. Pada masa sekarang, puasa merupakan perkara umum dan biasa dalam ajaran Yahudi dunia yang berupa kewajiban dan pilihan untuk dikerjakan. Puasa dalam bahasa Ibrani adalah ta’anit berarti penderitaan jiwa yaitu menjauhi makanan dan minuman di siang hari (syar’i). Pada kalender Ibrani 6 hari ditentukan sebagai puasa wajib. Berdasarkan apa yang tertera dalam kitab Perjanjian Lama, Sayidah Maryam berpuasa. Demikian juga Nabi Isa As disamping ia berpuasa, juga memerintahkan pengikutnya untuk mengerjakan puasa setelah wafatnya. [5]
Puasa dalam Islam
Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan ditetapkan pada 28 Sya’ban tahun ke-2 H, 13 hari setelah terjadi perubahan kiblat.[6]; [7];[8]meskipun sebelumnya Nabi dan sebagian kaum Muslimin telah melakukan puasa. Pada permulaan Islam, orang-orang yang melakukan puasa juga berkewajiban untuk menjalankan dua perkara lain yang pada masa kemudian perintah itu dianulir.
Orang-orang yang melakukan puasa hanya boleh makan dan minum sampai sebelum mereka tidur.
Hubungan suami istri. Pada masa permulaan Islam, pada malam dan hari bulan Ramadhan haram melakukan hubungan badan dengan pasangannya.
Sebagian sahabat Nabi, pada masa itu dengan alasan komitmen terhadap ayat al-Quran (mereka tidak mendekati istri-istri mereka selama bulan itu), [9] Nabi Muhammad Saw dalam menjawab pertanyaan bahwa mengapa puasa dalam Islam disyariatkan selama 30 hari bersabda: Karena ketika Nabi Adam memakan buah yang diharamkan, maka buah itu tinggal selama 30 hari di badan Nabi Adam. Oleh itu, Allah Swt memerintahkan anak-anak Adam untuk mengerjakan puasa selama 30 hari untuk menahan diri dari makanan dan minuman. [10]
Puasa dalam Al-Quran
Puasa disebutkan dalam al-Quran sebanyak 14 kali. Puasa pada bulan Ramadhan dan hukum-hukum yang terkait dengannya disebutkan dalan surah al-Baqarah ayat 183-185 dan 187. Disamping itu, dalam ayat-ayat lain juga diisyaratkan bahwa puasa menjadi kafarah bagi sebagian dosa-dosa[11] atau pengganti sebagian adab-adab haji. [12] Orang-orang yang berpuasa baik laki-laki (shaimun) maupun perempuan (shaimat), sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 35 disebut sebagai dua kelompok manusia yang memiliki kategori untuk mendapatkan ampunan. Pada surah Maryam ayat 26, Maryam berjanji dengan dirinya sendiri bahwa ia akan diam, dimana al-Quran menyebut hal itu sebagai puasa.
Puasa menurut Riwayat
Dalam riwayat, puasa disebut sebagai:
Salah satu tiang dari 5 tiang dalam Agama Islam. [13]
Mendatangkan hikmah, ma’rifat hati dan keyakinan[14]
Penyebab adanya kesetaraan antara orang-orang kaya dan miskin. [15]
Sarana ujian dan untuk menetapkan nilai-nilai keikhlasan. [16]
Sebagai salah satu bentuk dari jihad. [17]
Zakat badan. [18]
Sebagai pengingat akan kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. [19]
Pembebasan dari kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. [20]
Penyelamat ketika melalui api di akhirat. [21]
Penyebab kebahagiaan di hari kiamat. [22]
Pemberi syafaat bagi orang-orang yang melakukan puasa.[23]
Penolong dalam menyelesaikan permasalahan di dunia dan akhirat. [24]
Menjadi penyebab bagi termakbulkannya doa ketika tiba waktu berbuka puasa. [25]
Penyebab kesehatan badan. [26]
Penguat hafalan. [27]
Penolong dalam melewati kesulitan-kesulitan di dunia. [28]
Penenang hati. [29]
Penyebab terjauhkannya dari setan. [30]
Memiliki ganjaran Ilahi (atau Allah Swt sendiri yang akan memberi ganjaran khusus bagi orang-orang yang menjalankan ibadah puasa). [31]
Penantian surga atas orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan. [32]
Meninggalkan puasa akan menyebabkan manusia menjadi orang yang kehilangan imannya. [33]
Puasa yang sebenarnya menurut hadis-hadis yang ada adalah meninggalkan segala sesuatu yang telah ditentukan dan tidak disukai oleh Tuhan, [34]
puasa dimana mata, telinga, rambut dan kulit juga berpuasa. [35] Disebutkan bahwa puasa lisan lebih tinggi nilainya dari pada puasa perut dan puasa hati lebih tinggi nilainya dari pada puasa lisan. [36] wikishia.net
Catatan Kaki
Qs Al-Baqarah [2]: 183.
Nabi Muhammad Saw bersabda: Ketika Nabi Adam makan pohon yang dilarang, buah itu tinggal di perut Nabi Adam selama 30 hari. Setelah itu, Allah Swt mewajibkan Nabi Adam As dan keturunannya untuk berpuasa selama 30 hari menahan lapar dan haus. Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 74.
ibid, Keluaran 34: 29.
Nabi Daud berpuasa ketika putranya sakit. 2 Samuel 15: 12.
Injil Lukas, 5: 34.
Bihār al-Anwār, jld. 19, hal. 139.
Kāfi, jil. 4, hal. 37.
Tārikh Ya’qubi, jil.2, hal. 25.
Jump up↑ Qs Al-Baqarah: 184 dalam hal ini mereka sejatinya telah mengkhianati dirinya sendiri. Jawāmi’ al-Jami, jld. 1, hal. 106; Wasāil Syiah, jld. 7, hal. 81.
Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 2, hal. 74.
Qs Al-Nisa: 92, Qs Al-Maidah: 89 dan 95, Qs Mujadalah ayat 4.
Qs Al-Baqarah: 166.
Imam Muhammad Baqir As: بُنِی الْإِسْلَامُ عَلَی خَمْسَةِ أَشْیاءَ عَلَی الصَّلَاةِ وَ الزَّکاةِ وَ الْحَجِّ وَ الصَّوْمِ وَ الْوَلَایة Islam dibangun atas lima pilar: salat, zakat, haji, puasa dan wilayah (kepemimpinan Islami). Kāfi, jil. 4, hal. 62.
Nabi Muhammad Saw bertanya kepada Allah Swt: یا رَبِّ وَ مَا مِیرَاثُ الصَّوْمِ قَالَ الصَّوْمُ یورِثُ الحِکمَةَ وَ الحِکمَةُ تُورِثُ الْمَعْرِفَةَ وَ الْمَعْرِفَةُ تُورِثُ الْیقِینَ فَإِذَا اسْتَیقَنَ الْعَبْدُ لَا یبَالِی کیفَ أَصْبَحَ بِعُسْرٍ أَمْ بِیسْر Tuhanku, apakah buah puasa itu? Allah Swt berfirman, “Buah puasa adalah hikmah dan buah hikmah adalah ma’rifat, buah ma’rifat adalah yakin. Jika seorang hamba telah sampai kepada derajat yakin, maka dunia tidak penting baginya apakah ia melewati dunianya dengan mudah ataukah sukar.” Bihār al-Anwār, jil. 74, hal. 27.
Imam Shadiq As bersabda: إِنَّمَا فَرَضَ اللَّهُ (عَزَّ وَ جَلَّ) الصِّیامَ لِیسْتَوِی بِهِ الْغَنِی وَ الْفَقِیر Sesungguhnya Allah Swt mewajibkan atas kamu berpuasa sehingga dengan perantaranya antara orang-orang kaya dan miskin akan sama. Man lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 73, hadis 1766.
Imam Ali As: فرض الله…َ الصِّیامُ ابْتِلَاءً لِإِخْلَاصِ الْخَلْ Allah Swt mewajibkan atasmu sehingga dengan perantara puasa keikhlasan hambanya akan teruji. Nahj al Balāghah (Subhi Salihi), hal. 512, hal. 252; Tashnif Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalām, hadis 3376. Hadzrat Zahra: فَرَضَ اللّهُ الصِّیامَ تَثْبیتا لِلْأخْلاصِ Allah Swt mewajibkan puasa bagi hamba-Nya untuk menetapkan keikhlasan hamba-Nya. Bihār al-Anwār, jil. 93, hal. 368.
Nabi Muhammad Saw bersabda: الصَّوْمُ فِی الْحَرِّ جِهَاد Berpuasa dalam keadaan panas adalah jihad. Bihār al-Anwār, jil. 93, hal. 257, hadis 14.
Nabi Muhammad Saw: لِکلِّ شَیءٍ زَکاةٌ وَ زَکاةُ الْأَبْدَانِ الصِّیام Segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat badan adalah puasa. Man lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 75, hadis 1774.
Imam Ridha As bersabda: إِنَّمَا أُمِرُوا بِالصَّوْمِ لِکی یعْرِفُوا أَلَمَ الْجُوعِ وَ الْعَطَشِ فَیسْتَدِلُّوا عَلَی فَقْرِ الْآخِرَة Orang-orang diperintahkan untuk menjalankan puasa sehingga akan merasakan kemiskinan dan kehausan dan dengan perantaranya ia akan merasakan kemiskinan dan kemenderitaan akhirat. Wasāil Syiah, jil. 10, hal. 9, hadis 1, 127.
Nabi Muhammad Saw bersabda: طُوبَی لِمَنْ ظَمَأَ، أَوْ جَاعَ لِلَّهِ، أُولَئِک الَّذِینَ یشْبَعُونَ یوْمَ الْقِیامَة Alangkah senangnya seseorang yang kelaparan dan kehausan karena Allah Swt. Mereka akan kenyang pada hari kiamat. Hidāyah al-Umah ila Ahkām al-Aimah, jil. 4, hal. 268, hadis. 9.
Nabi Muhammad Saw: الصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنَ النَّار Puasa akan memadamkan api neraka jahannam. Yaitu dengan perantara puasa manusia akan aman dari api neraka jahannam. Kāfi, jil. 4, hal. 62, hadis 1; Tuhaf al-Uqul, hal. 258 . Imam Sajad As bersabda: وَ أَمَّا حَقُّ الصَّوْمِ فَأَنْ تَعْلَمَ أَنَّهُ حِجَابٌ ضَرَبَهُ اللَّهُ عَلَی لِسَانِک وَ سَمْعِک وَ بَصَرِک وَ فَرْجِک وَ بَطْنِک لِیسْتُرَک بِهِ مِنَ النَّار Hak puasa adalah bahwa hijab yang Allah Swt gantungkan pada lidah, telinga, mata, anggota badan dan perut sehingga akan menutupinya dari api neraka. Tuhaf al-‘Uqul, hal. 285.
Imam Shadiq As bersabda: لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ إِفْطَارِهِ وَ فَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّه Puasa memiliki dua keuntungan: Ketika iftar dan ketika bertemu dengan Tuhan (ketika meninggal dan pada hari kiamat). Kāfi, jil. 4, hal. 65.
Nabi Muhammad Saw: الصیام و القرآن یشفعان للعبد یوم القیامة، یقول الصیام،ای ربّ منعته الطعام و الشهوة فشفعنی فیه و یقول القرآن منعته النوم باللیل فشفعنی فیه قال: فیشفعان Puasa dan al-Quran akan memberikan syafaat kepada manusia pada hari kiamat. Puasa berkata: Tuhanku jadikan manusia ini terhindar dari urusan syahwat. Jadikan aku sebagai pemberi syafaat dalam hal itu. Al-Quran berkata: Manusia ini tidak tidur dalam waktu malamnya, sertakan aku untuk mensyafaatinya, maka Allah pun memberi ijin untuk mensyafaati mereka, kemudian puasa dan al-Quran itu pun mensyafati mereka.
Imam Shadiq As: وَ اسْتَعِینُوا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاةِ قال الصبر الصوم Allas Swt berfirman: Minta tolonglah dari sabar dan salat, sabar adalah puasa. Tafsir Qumi, jil. 1, hal. 46; Tafsir ‘Ayāsyi, jil. 1, hal. 44, hadis 41.
Imam Musa Kadzim As: دَعْوَةُ الصَّائِمِ تُسْتَجَابُ عِنْدَ إِفْطَارِه Doa orang yang berpuasa ketika iftar akan diijabah. Bihār al-Anwār, jil. 93, hal. 255, hadis 33.
Nabi Muhammad Saw: صوموا تَصِحّوا Berpuasalah kalian sehingga akan sehat. Nahj al Fashāha, hal. 157, hadis 1854.
Makārim Akhlāk, hal. 51.
Imam Shadiq As bersabda, اَلصَّومُ جُنَّةٌ مِن آفاتِ الدُّنیا وَ حِجابٌ مِن عَذابِ الآخِرَةِ Puasa akan meniadakan efek buruk dunia dan akan memberi perlindungan dari azab neraka. Misbāh al-Syari’ah, hal. 135; Mustadrak al-Wasāil dan Mustanbath al-Masāil, jil. 7, hal. 369, hadis 8441.
Imam Baqir As: اَلصّیامُ وَ الْحَجُّ تَسْکینُ الْقُلوبِ Puasa dan haji adalah penenang hati. Amāli (Syaikh Thusi), hal. 296, hadis 582.
Nabi Muhammad Saw: اَلا اُخْبِرُکمْ بِشَیءٍ اِنْ اَنـْتُمْ فَعَلْتُموهُ تَباعَدَ الشَّیطانُ مِنْـکمْ کما تَباعَدَ الْمَشْرِقُ مِنَ الْمَغْرِبِ؟ قالوا: بَلی، یا رسول اللّه قالَ: اَلصَّوْمُ یسَوِّدُ وَجْهَهُ وَ الصَّدَقَةُ تَـکسِرُ ظَهْرَهُ وَ الْحُبُّ فِی اللّهِ وَ الْمُوازَرَةُ عَلَی الْعَمَلِ الصّالِحِ یقْطَع دابِرَهُ وَ الاْسْتِغْفارُ یقْطَعُ وَ تینَهُ و لکلّ شیء زکاة و زکاة لأبدان الصّیام Apakah kalian tidak mau aku berikan kabar apabila beramal kepadanya setan akan menjauhkan diri dari diri kalian sebagaimana jauhnya Timur dari Barat? Mereka bertanya: Mengapa? Nabi menjawab: Puasa akan menghitamkan wajah setan, sedekah akan mengelupaskan kulitnya, mencintai saudaranya dan menolong dalam kebaikan karena Allah akan mencabut akarnya, dan segala sesuatu ada zakatnya, zakat badan adalah puasa. Minhaj Al-Barā’ah, jil. 7, hal. 426.
Nabi Muhammad Saw bersabda: قَالَ اللَّهُ تَبَارَک وَ تَعَالَی الصَّوْمُ لِی وَ أَنَا أَجْزِی بِه Puasa itu untukku dan aku sendiri yang akan memberi pahalanya. Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 75, hadis 1773.
Nabi Muhammad Saw bersabda: انَّ الجنّةَ مُشتاقةٌ اِلی اَربعةِ نفرٍ: الی مُطعم الجیعانِ و حافِظِ الِلّسان و تالِی القرآنِ و صائِمِ شهرِ رمضان Surga merindukan empat orang: orang yang lapar, orang yang menjaga lidahnya, orang yang membaca al-Quran, orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Imam Shadiq As bersabda: مَنْ أَفْطَرَ یوْماً مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ خَرَجَ رُوحُ الْإِیمَانِ مِنْه Siapa saja yang tidak berpuasa bulan Ramadhan (tanpa halangan), maka ruh keimanannya akan terpisah darinya. Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 118, hadis 1892.
Imam Ali As: لیس الصوم الإمساک عن المأکل و المشرب الصوم الإمساک عن کل ما یکرهه الله سبحانه Puasa itu bukan menahan makan dan minum namun menjauhi segala yang dipandang jelek oleh Allah Swt. Syarh Nahj al Balāghah, jil. 20, hal. 417.
Imam Shadiq As: اِذا صُمتَ فَلیصُم سَمعَک وَ بَصرَک وَ شَعرَک وَ جِلدَک . Ketika kalian berpuasa maka mata, telinga, rambut dan kulit kalian pun harus berpuasa. Kāfi, jil. Hal. 87.