Salah satu sebab mengapa Makmun memutuskan untuk membunuh Imam Ridha As disebutkan karena kemenangan Imam Ridha As atas berbagai ulama dalam pelbagai majelis debat.Sebab lainnya disebutkan karena kepergian Imam Ridha As untuk menjadi imam pada salat Id. Karena sambutan hangat kerumunan orang banyak atas kedatangan Imam Ridha pada acara pelaksanaan salat Id sebagaimana yang telah disebutkan di atas, Makmun merasakan adanya bahaya atas peristiwa ini dan kemudian ia berpikir bahwa keberadaan Imam Ridha As tidak hanya menyembuhkan lukanya bahkan semakin menyudutkan dan menyulitkan Makmun karena dapat memprovokasi masyarakat untuk melawannya. Karena itu ia memasang mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik Imam Ridha As jangan sampai menyusun agenda untuk melawan Makmun. Imam Ridha As sama sekali tidak takut kepada Makmun dan acapkali jawaban-jawaban yang diberikan Imam Ridha As membuat Makmun gundah dan sedih. Kondisi ini telah membuat Makmun murka dan semakin besar kusumatnya kepada Imam Ridha meski tidak ditampakkan. Diriwayatkan bahwa Makmun bergembira pada salah satu penaklukan militer, Imam Ridha As berkata kepadanya, “Wahai Amiral Mukminin! Takutlah kepada Allah akan umat Muhamad Saw dan apa yang diamanahkan Allah Swt kepadamu. Engkau telah menyia-nyiakan urusan kaum Muslimin...”
Masalah Kesyahidan
Sebagaimana yang disebutkan dalam Tarikh Ya’qubi, Makmun pada tahun 202 H bertolak ke Irak melalui Moro. Bersamanya ikut wali ahd-nya Imam Ridha As dan perdana menteri Fadhl bin Sahl Dzu al-Riyasatain. Tatkala tiba di Thus, Imam Ridha As wafat di sebuah desa yang bernama Nuqan pada awal tahun 203 H. Penyakit yang dideritanya hanya berlangsung tiga hari akibat dari racun dari buah delima yang diberikan oleh Ali bin Hisyam. Makmun menunjukkan perasaan berduka atas kepergian Imam Ridha As. Ya’qubi melanjutkan, “Diberitakan Abu al-Hasan bin Abi Ibad dan berkata, “Saya melihat Makmun mengenakan jubah putih dan berjalan kaki dan berkata, ‘Wahai Abal Hasan! Setelahmu siapa yang saya harus andalkan?’” Makmun tinggal selama tiga hari berada di samping kuburan Imam Ridha As dan setiap harinya orang-orang membawakan sepotong roti dan sedikit garam untuknya. Makanannya hanyalah itu. Kemudian pada hari keempat ia kembali”. Syaikh Mufid menukil dari Abdullah bin Basyir bahwa Makmun menugaskan dirinya untuk tidak memotong kuku sehingga lebih panjang dari ukuran rata-rata orang kemudian ia diberikan sesuatu serupa asam India sehingga tercampur bak adonan di tangannya. Kemudian Makmun pergi ke hadapan Imam Ridha As dan memanggil Abdullah lalu memintanya untuk mengambilkan air delima dengan tangannya lalu disajikan untuk Imam Ridha As. Dan hal inilah yang menjadi penyebab wafatnya Imam Ridha As setelah dua hari berselang. Shaduq mengutip sebuah riwayat yang kandungannya sama dengan riwayat di atas namun yang disebutkan adalah racun pada anggur dan pada sebagian lainnya disebutkan pada anggur dan juga pada delima. Ja’far Murtadha Husaini menyebutkan enam pendapat terkait dengan penyebab wafatnya Imam Ridha As. Ibnu Hibban salah seorang ahli hadis dan rijal abad keempat Hijriah, di bawah nama Ali bin Musa al-Ridha, menulis, “Ali bin Musa al-Ridha wafat lantaran racun yang diberikan Makmun. Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu tahun 203 H. Setelah syahidnya Imam Ridha As, Makmun mengebumikannya di rumah Hamid bin Qahthabah Thai (Buq’ah Haruniyah) di desa Sanabad. Dewasa ini desa itu menjadi Haram Radhawi di Iran dan tepatnya di kota Masyad Muqaddas.