Arab Saudi telah memulai perundingan dengan rezim Zionis sejak 2002, dan di tahun itu pula prakarsa Riyadh mengenai perdamaian Arab-Israel disepakati dalam pertemuan para pemimpin Arab di Beirut.
Koran Rai al-Youm hari Kamis (10/8) menyinggung dokumen yang dibocorkan oleh Wikileaks mengenai hubungan Arab Saudi dan Israel dengan menulis, "Di tahun 2006 tokoh berpengaruh Saudi secara terang-terangan menyatakan bahwa Israel tidak lagi menjadi musuh, tapi sebagai mitra tidak resmi. Kemudian di tahun 2008 berbuah terjalinnya hubungan antara rezim Al Saud dan Israel, dan selanjutnya dilakukan berbagai upaya untuk mendekatkan Tel-Aviv dan Riyadh,".
Pada 27 April 2005, wakil menteri penasehat urusan ekonomi dan budaya melayangkan surat kepada menteri luar negeri Arab saudi yang menjabat ketika itu mengenai mekanisme interaksi Saudi dengan perusahaan Israel.
Berdasarkan dokumen rahasia yang dibocorkan Wikileks, Nayef bin Ahmad bin Abdul Aziz, salah seorang komandan terpenting yang memiliki keahlian dalam operasi khusus perang elektronik menulis sebuah paper di media militer AS mengenai Israel dan urgensi perluasan hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv.
Selain itu, pengiriman mahasiswa Arab Saudi ke Israel demi meningkatkan hubungan sosial sekaligus normalisasi dengan Tel Aviv, merupakan fakta lain dari urgensi hubungan kedua pihak.
Kesamaan sikap antara Arab Saudi dan Israel dalam upaya melemahkan gerakan muqawama Palestina di kawasan, dan kerja sama kedua pihak dalam mendukung terorisme, menampakkan wajah asli rezim Al Saud dan upayanya untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis.
Sumber: http://parstoday.com/id