Barangsiapa mengenal dirinya maka dia telah mengenali Tuhannya.
Sebuah kemudahan dari Allah swt dengan memberikan media terdekat milik manusia, yang bisa dijangkau manusia untuk mengenali-Nya. Secara sekilas pengenalan diri memang begitu dekat, tidak perlu pergi keluar, cukup dengan melihat kedalam, melihat diri sendiri.
Diri manusia penuh dengan rahasia, sekarang ilmu modern sedikit-demi sedikit mulai membuka tabir-tabir keilmuan yang semula masih tersembunyi dimata khalayak. Selain bangga dengan penemuannya, para ilmuan juga semakin kagum dengan hubungan tersistem yang dimiliki susunan tubuh manusia, apalagi terkait dengan psikologi manusia, kemanusiaan manusia, sisi kejiwaan manusia.
Sesungguhnya diri seseorang tidak hanya ruh yang mengendarai orang tersebut, termasuk didalamnya raga yang dikendarai ruh tersebut sehingga dalam pandangan umum seluruh manusia secara fitrah berkata, tubuhku, kepalaku, tanganku dan seterusnya. Penambahan imbuhan ku, adalah isyarat akan adanya hubungan kuat ruh dengan raga yang dikendarainya. Keduanya bahkan sangat begitu identik dimana kelak dihari pembangkitan tubuh itu juga yang akan dikembalikan.
Sejauh penggalian penulis hal ini mengisyaratkan bahwa dengan melihat, menelaah, meneliti raga manusia, manusia juga bisa sampai kehakikat penciptaan, manusia bisa menemukan Tuhan, bisa menemukan kebenaran. Mengapa demikian, salah satu alasannya karena raga manusia juga termasuk dari apa-apa yang diciptakan Allah swt seperti juga langit dan bumi, Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi[2]. Dan seluruh ciptaan adalah tanda-tanda dari kebesaran-Nya dan ini juga bermakna menjadi tanda-tanda keberadaan Tuhan pencipta alam semesta. Jadi ucapan “Barangsiapa mengenal dirinya maka telah mengenal Tuhannya” tidak bertentangan dengan ayat-ayat Quran. Dan kita tahu bahwa jika ada suatu hadis dan hadis itu kita korelasikan dengan ayat-ayat Quran dan tidak saling bertentangan maka hadis itu bisa diambil, sebaliknya jika ada hadis isi kandungannya bertentangan dengan Kitabullah maka, Nadribuhu alal jidar, kita tinggalkan.
Sekarang bagaimana dengan kita, sejauh kita berusaha menggali diri, berusaha mengenali diri namun tidak juga sampai ke tinggat mengenal Tuhan, ada sebuah jawaban, “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin”[3] siapakah kaum yang yakin ini, mari kita rujuk sebuah hadis yang berbunyi, “Inni tariku fikum tsaqalain, kitaballah wa itrati ahlal baiti” Sesungguhny aku tinggalkan peninggalan besar bagi kalian yakni kitab Allah [Quran] dan Ahlul baitku. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[4] []
[1] Ghurarul Hikam, fashl 77, Hadis ke 301.
[2] QS Ar Rum: 22.
[3] QS Al Baqarah: 118.
[4] QS Al Ahzab: 33.