Ayatullah al-Uzhma Jakfar Subhani dalam Konferensi Internasional Alquran dan Ilmu Humaniora yang berlangsung di auditorium Al-Quds Kampus Universitas Internasional al-Mustafa pada Kamis (30/11) mengatakan tujuan dari diselenggarakannya konferensi tersebut adalah untuk menjadikan ilmu-ilmu humaniora yang tengah berkembang tidak terpisahkan dari nilai-nilai dan pesan-pesan Alquran.
Ulama marja taklid tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa tema dan kandungan Alquran itu dapat dikaji dan diteliti untuk kemudian diambil pesan-pesannya yang bersifat universal untuk kemajuan peradaban manusia.
"Di universitas-universitas, ilmu-ilmu humaniora yang dikembangkan harus bersifat Qurani dan merujuk dari hadis-hadis. Cendekiawan-cendekiawan muslim harus mulai berani membuat jarak dari ilmu-ilmu humaniora yang dikembangkan pemikir-pemikir Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam." Tegasnya.
Lebih lanjut Ayatullah Subhani menegaskan, Alquran adalah wahyu Allah swt yang diturunkan untuk manusia yang merupakan khalifah Allah di muka bumi. "Alquran diturunkan untuk khalifatullah. Untuk manusia memakmurkan bumi dengan petunjuk Alquran. Karena itu jelas, ketika kandungan Alquran kita kaji dan teliti maka akan ditemukan banyak materi-materi yang bisa dikembangkan untuk kemajuan ilmu-ilmu humaniora."
"Ilmu humaniora yang dikembangkan Barat bersumber dari pemikiran materialisme yang mengganggap manusia hanyalah makhluk material yang tidak memiliki keterikatan dan hubungan dengan alam imaterial. Oleh karena itu, menurut Barat Tuhan itu tidak ada, dan tidak perlu diteliti dan dikaji keberadaannya. Mereka tidak mengenal wahyu dan petunjuk Ilahi serta menafikan apa-apa yang telah disabdakan Nabi. Ini adalah pemikiran yang berbahaya." Tambahnya.
"Penciptaan manusia adalah sesuatu yang tidak terpungkiri. Ini bisa dibuktikan secara empiris dan penelitian ilmiah. Pencarian dan kecenderungan untuk mengenal Tuhan telah ada pada diri manusia, sejak dilahirkan. Fitrah setiap manusia menghendaki pengenalan terhadap Tuhan. Bahkan tidak ada yang memungkiri, bahwa jika manusia ingin mencapai derajat kesempurnaan, harus menjalin hubungan dan keterikatan erat dengan alam ghaib. Dan itu diakui oleh semua agama, mazhab dan firkah-firkah pemikiran." Lanjut Ayatullah Subhani.
Lebih lanjut Ayatullah Subhani menjelaskan perbedaan pandangan Islam dengan Barat mengenai perang. "Perang atau jihad dalam Islam dipandang sebagai sesuatu yang mulia. Yang tujuannya untuk menjaga perjalanan peradaban untuk tetap berada pada jalur yang manusiawi dan bersifat Ilahiah. Perang justru untuk mencegah kerusakan yang lebih besar. Membunuh satu orang tanpa hak dalam pandangan Islam sama dengan membunuh semua umat manusia, dan terkategori sebagai dosa yang sangat besar. Begitupun ketika menyelamatkan satu nyawa manusia, dalam Islam dinilai telah menyelamatkan nyawa semua umat manusia. Sementara Barat memandang perang sebagai alat untuk mendatangkan manfaat bagi bangsa dan kelompoknya sendiri, meskipun itu dengan cara menghancurkan bangsa lain."
"Untuk itu, ilmu-ilmu humaniora yang tengah berkembang saat ini, harus bersifat Qurani dan Ilahiah. Semua pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai Alquran harus berani untuk ditinggalkan. Sebab ilmu-ilmu humaniora yang dikembangkan Barat tidak jelas akhirnya, sebagaimana tidak jelas asal-usulnya." Jelasnya.
Diakhir penyampainnya, ulama marja taklid tersebut menyampaikan apresiasi positif dan dukungan atas terselenggaranya konferensi Alquran dan ilmu-ilmu humaniora tersebut. "Saya optimis, jika pertemuan-pertemuan ilmiah seperti ini terus digalakkan, ilmu-ilmu humaniora yang dikembangkan pemikir-pemikir muslim kelak akan menjadi rujukan dunia Barat."
Konferensi Internasional Alquran dan Ilmu-ilmu Humaniora yang terselenggara di kota Qom Republik Islam Iran tersebut diikuti kurang lebih 2000 orang dari berbagai negara. Lebih dari 700 makalah terkumpul dan makalah-makalah terbaik dipresentasekan penulisnya dalam konferensi yang berlangsung sampai menjelang maghrib tersebut.