Di satu malam, Imam Ali bin abu thalib as berjalan bersama sahabatnya, Kumayl bin ziyad.
Di sebuah lorong, Kumayl mendengar seseorang yang sedang membaca Alquran. Bacaannya sangat bagus dengan suara yang merdu, sehingga yang mendengarnya terasa sesak dadanya. Kumayl kemudian berkata kepada Imam Ali as, "Sungguh bagus bacaan orang itu. Sungguh aku ingin menjadi rambut dan badan pembaca itu. Tentu menyenangkan.."
Imam Ali as berkata, "Wahai Kumayl, tidak perlu engkau berbicara begitu. Karena rahasia Tuhan akan ditampakkan padamu.."
Waktu berlalu, dan sampailah pada peristiwa besar di masa kekhalifahan Imam Ali as. Pasukannya memberontak dan dikenal dengan nama perang Nahrawan. Imam Ali as berhasil mempertahankan kota dan ia memandang ke penjuru dimana mayat-mayat bergelimpangan.
Ia menuju ke salah satu mayat dan memanggil Kumayl bin Ziyad. "Wahai Kumayl, kenalkah engkau dengan orang ini?", Kumayl menggeleng.
Imam Ali as berkata, "Ini adalah orang yang sama yang membaca Alquran dengan suara merdu dimana kau ingin menjadi rambut dan badannya. Apakah sudah ditampakkan rahasia Tuhan kepadamu?".
Dalam riwayat-riwayat hadis banyak ditemukan perkatan Nabi bahwa ada zaman dimana banyak manusia yang membaca Alquran sedangkan Alquran itu sendiri melaknat perbuatannya. Bacaan itu bahkan tidak sampai dikerongkongannya.
Ia menjadi sombong dan zolim karena merasa paling beragama. Pandangannya dibutakan dan hatinya mengeras.
Ia sibuk dengan ritual-ritual tanpa sedikitpun mengisi akal dan hatinya dengan spiritual. Yang mengenaskan, ia bahkan menjual ayat-ayat itu dengan bahasa sedekah, bahasa keimanan dan banyak bahasa lainnya.
Tujuannya apa? Keuntungan duniawi bagi dirinya.
Banyak dari kita yang lupa, kalau masalah keimanan, iblis lah jagonya. Ibadahnya ratusan tahun lamanya. Pakaiannya tauhid, tapi Tuhan tahu bahwa ia tidak bisa melepaskan kesombongannya.
Sudah lama saya meninggalkan mengikuti pemikiran manusia berdasarkan baju agamanya, karena lebih mulya belajar dari manusia yang mampu mengedepankan ahlaknya.