Oleh: Ayatullah Shafi Gulpaygani
Rahasia Kegaiban
SEBELUM kami memulai pembahasan mengenai manfaat dan maslahat kegaiban Imam Mahdi as, harus kita pahami bahwa ilmu pengetahuan yang manusia raih melalui cara yang alamiah guna mendapatkan rahasia-rahasia penciptaan alam sampai hari ini belumlah tuntas. Dan, sekiranya pengetahuan manusia ini ribuan bahkan jutaan tahun sekalipun terus berlanjut perkembangan kemajuannya, maka apa yang ia ketahui dibandingkan dengan yang ia tidak ketahui adalah satu hal yang tak bisa dibandingkan dan sama sekali tidak memiliki arti. Seorang ilmuwan pernah mengatakan, "Sesuatu yang terbatas dalam perbandingannya dengan sesuatu yang tak terbatas itu juga pada posisi kalau kita mengumpulkan segenap pengetahuan yang dimiliki oleh manusia merupakan perbandingan yang bukan pada tempatnya." Kalau seorang ilmuwan dengan pengetahuan yang ia miliki dibandingkan dengan rahasia alam penciptaan tentunya bukanlah perbandingan yang tepat bahkan merupakan hal yang lucu dan tanda dari kebodohan dan kejahilan manusia.
Imam Ali as bersabda, "Mahasuci Engkau, betapa besar apa yang kami lihat dari apa yang Engkau ciptakan dan apa yang kecil dari sisi qudrat-Mu adalah tersembunyi bagi kami", karena itu seseorang tak dapat mengatakan bahwa sebuah benda yang kecil kalau dibandingkan dengan dunia yang besar ini disebabkan karena tiadanya pengetahuan yang ia miliki, ia tidak menerima bahkan memprotes penciptaan alam atau segelintir dari alam semesta ini, seseorang tak dapat mengatakan sistem alam ini tidaklah berguna atau tidak memiliki manfaat sama sekali.
Begitu juga tak seorang pun dapat mengatakan secara yakin bahwa dari bagian kecil ciptaan yang ada berikut kejadian-kejadian alam yang terjadi tidak terdapat rahasia dan titik tersembunyi, seseorang juga tak dapat mengatakan bahwa ia mengetahui segenap rahasia alam. Filosof, hakim dan para ilmuwan dari masa lalu dan yang akan datang mengatakan dengan bangga dalam serangkai syair:
Kosong jiwaku terasing dari ilmu
Faqir dari rahasia yang tak terpahami
Tujuh puluh dua tahun kuberjuang petang dan pagi
Akhirnya kuketahui bahwa aku tiada mengetahui
Pengetahuanku tiba dimana ku mengetahui bahwa aku tak mengetahui
Seorang wanita datang bertanya terkait dengan masalah yang dia hadapi pada seorang hakim. Sang hakim menjawab, "Saya tidak tahu." Wanita itu berkata, "Wahai hakim, sang raja telah memberikan gaji dan upah kepadamu setiap bulan hingga kamu dapat menyelesaikan masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat. Saya malu, engkau tak dapat menyelesaikan kesulitan yang saya hadapi. Engkau telah memperlihatkan kejahilan dan kebodohanmu?"
Sang hakim berkata, "Upah dan gaji yang diberikan oleh sang raja kepadaku bila dibandingkan dari apa yang saya ketahui tentunya cukup. Akan tetapi, kalau gaji dan upah itu dibandingkan dengan apa yang saya tidak ketahui sekiranya segenap uang yang ada di dunia dan emas dikumpulkan untuk diberikan kepadaku, maka sesungguhnya itu tidaklah cukup."
Manusia senantiasa harus mencari dan menuntaskan ketidaktahuannya dalam memahami segenap rahasia alam. Kalau pada suatu saat kepintaran yang dibarengi dengan rasa keingintahuan yang tinggi dalam mencari rahasia-rahasia tersembunyi dari alam semesta ini berujung pada jalan buntu, maka ini kemudian tidak berarti bahwa sesuatu yang dicari itu tak ada. Begitupun juga ketika manusia dengan alat teleskop yang super canggih mampu melihat secara detail dari alam ini, begitu mereka tak mampu melihat keberadaan alam sana dengan teleskop, maka ini tidak berarti bahwa di sana tak ada suatu keberadaan yang dapat ditemukan. Begitu juga ketika seekor hewan yang tak dapat melihat warna-warna yang ada atau hewan tersebut melihat hanya dengan satu warna yang sama, kita tak dapat mengatakan bahwa warna-warna lain yang ada dan dikenal oleh manusia itu tak ada atau dengan kata lain mengingkari warna-warna tersebut. Gelombang supersonik yang tak dapat didengar oleh telinga manusia ketika manusia tidak dapat mendengarnya, tidak berarti bahwa gelombang supersonik itu tidak ada.
Kaidah yang kami sampaikan ini menjelaskan bahwa pada alam penciptaan, baik yang takwini maupun yang tasyri'i juga terdapat hal yang demikian. Pada alam tasyri'i, banyak hal yang kita temukan ketika akal manusia dan pembahasan filsafat belum dapat memahami. Begitu juga dengan alam tasyri'i dan alam takwini. Kedua hal ini saling berkesesuaian antara satu dengan yang lain. Tentunya dalam hal ini seseorang tak dapat protes karena dia tidak mengetahui apa yang ada pada sisi tasyri'i dan apa yang ada pada sisi takwini. Bahkan sekiranya dari kedua sisi ini (takwiniyah dan tasyri'iyah) kita temukan sebuah persoalan yang akal sehat dan argumentasi yang benar, disebabkan kerugian dan tiadanya manfaat dari yang ditimbulkannya, kita bisa saja menjadi tidak senang atau bahkan tidak menyukainya sama sekali. Namun demikian hal yang seperti ini belum kita temukan pada alam takwiniyah dan tasyri'iyah dan tak akan pernah kita temukan hal-hal yang seperti itu.
Dari pengantar di atas ini, kami menyatakan, "Kami dalam keimanan pada terhadap kegaiban Imam Mahdi as. Kita sama sekali tidak membutuhkan alasan untuk mengetahui rahasia kenapa Sang Imam digaibkan. Kita meyakini keberadaan beliau secara yakin betul dan kita secara umum juga mengetahui manfaat dari kegaiban sang imam.
Namun antara apa yang kita ketahui dengan apa yang kita tidak ketahui, antara apa yang terjadi dengan apa yang tidak terjadi maka sama sekali tidak memiliki kaitan. Kalaupun kita tidak mengetahui secara benar atau alasan sesungguhnya kenapa mesti harus ada kegaiban, maka pada kenyataannya hal ini tak akan mengubah kenyataan yang ada.
Kegaiban Imam Mahdi adalah sebuah kenyataan yang hal ini telah dibuktikan dengan periwayatan dari hadis-hadis mu'tabar. Semenjak masa kegaiban para ulama arif telah memiliki kesempatan bertemu dengan beliau yang merupakan manifestasi kesucian. Antara pembahasan yang ada pada pembahasan gaibnya Imam Mahdi baik dari rahasia kegaibannya maupun kemungkinan kemunculannya sama sekali tidak memiliki hubungan. Kita dapat mengatakan bahwa terkait dengan kegaiban beliau, kita tidak mengetahuinya tapi kita meyakini kegaibannya. Sama halnya kalau kita mengatakan bahwa kita tidak mengetahui manfaat dari banyak hal tapi dari keberadaanya kita meyakini bahwa sesuatu itu ada.
Ihwal Kegaiban
Harus kita ketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kegaiban sang Imam tidaklah dimulai dari zaman kita. Bahkan pertanyaan ini telah ada pada saat digaibkannya sang imam tadi. Terlebih jauh lagi sebelum kegaiban beliau. Bahkan sebelum kelahiran beliau, soal ini telah dikemukakan semenjak zaman para nabi dan para imam maksum lainnya seperti pertanyaan:
Kenapa mesti terjadi kegaiban dan apa manfaat dari digaibkannya beliau? Pada masa kegaiban, bagaimana kita dapat mengambil manfaatnya? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini telah mebimbing kita pada kemunculan dari sang Imam dan tentunya ini adalah berita gembira. Jawaban-jawaban telah diberikan dari pertanyaan di atas dan sebagian akan kami utarakan secara ringkas.
Jawaban pertama yang menjadi alasan dan rahasia dari digaibkannya beliau dan hakikat sesungguhnya dari kegaiban beliau tak akan pernah diketahui sampai pada hari kemunculan beliau sendiri, sebagaimana hikmah dari apa yang dilakukan oleh Nabi Khidhir as pada saat bersama Nabi Musa as ketika beliau sama sekali tidak mengetahui alasan kenapa Nabi Khidhir as melakukan perbuatan-perbuatan tadi sampai pada masa berpisahnya mereka. Begitupun juga dengan manfaat dan faedah dari ciptaan-ciptaan yang ada, tumbuhan dan hewan bahkan dari jenis molekul-molekul sederhana seperti tanah, air, dan ciptaan-ciptaan lain. Bahkan manusia, sekalipun setelah berlalu bulan dan tahun, belum mengetahui hakikat sesungguhnya dari penciptaan mereka.
Jawaban kedua, salah satu hikmah dan rahasia kegaiban adalah ujian bagi hamba itu sendiri karena dengan perantaraan gaibnya Imam, terkhusus lagi jika rahasia digaibkannya sang imam tetap terjaga dan tidak diketahui, maka tingkat keimanan dan penyerahan orang-orang terhadap takdir dan ketentuan Ilahi akan terlihat dan kekuatan keyakinan dan tasdiq dari apa yang mereka ketahui akan nampak dengan jelas. Di zaman kegaiban dengan perantaraan kejadian dan fitnah-fitnah yang ada, ujian yang datang menimpa manusia pun semakin dasyat. Salah satu dari rahasia kegaiban Imam Mahdi adalah bahwa masyarakat dunia secara perlahan-lahan bersiap untuk menerima kedatangan beliau, baik dari sisi kesiapan pengetahuan, kesiapan akhlak dan tentunya kesiapan amal karena kedatangan beliau seperti kedatangan para nabi, sebahagian dari keperluan dan kebutuhan yang ada bersandar pada sebab-sebab alami dari kemunculan beliau yang manajemen kepemimpinan beliau merupakan kepemimpinan dunia yang disandarkan pada hakikat hukum yang sebenarnya, tak ada lagi kepura-puraan, menekankan pada pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar, dan balasan yang keras terhadap amal perbuatan yang dilakukan. Beliau adalah tuan yang dirajakan, yang mengerjakan segenap pekerjaan yang ada dan tentunya pekerjaan yang sifatnya mutlak di sini membutuhkan kesempurnaan pengetahuan, tafakkur, kesempurnaan akhlak, di mana potensi perkembangan ilmu manusia menuju keuniversalan duniawi, dan pemerintahan hukum-hukum Al-Quran dapat terlaksana.
Di akhir pembahasan yang ada kami mengharapkan pembaca dapat merujuk pada buku-buku yang membahas tentang tema-tema kegaiban Imam Mahdi as seperti buku Ghaybah karya Nu'mani, Ghaybah karya Syekh thusi, Kamaluddin wa tamamun ni'mah, karena pada pembahasan tentang kegaiban pada buku-buku ini akan memberikan informasi yang sangat berguna .
Kami berharap bahwa Allah Swt menyegerakan kedatangan beliau dan menghiasi kehidupan ruhaniah kita dengan pemerintahan dunia Islam, dan memenuhi dunia dengan keadilan, menghapuskan segenap kezaliman dan ketidakadilan di dunia ini. Melepaskan manusia dari kehausan kekuasaan dan kudrat, yang tentunya semua ini merupakan keberkahan dari Rasulullah saw beserta Ahlulbaitnya yang disucikan.
Hikmah dan Filsafat Kegaiban
Wa qul Rabbi zidni ilman
Kebanyakan masyarakat awam berpikiran bahwa mereka mengetahui hakikat dari segala sesuatu dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan sentuh. Dengan hal-hal tersebut, mereka beranggapan bahwa mereka telah memahami hakikat dari sesuatu tersebut dan mungkin lebih sedikit dari mereka yang memerhatikan ketidaktahuan mereka. Seorang petani yang sedang bertani atau berkebun dan mereka yang sedang sibuk dengan apa yang mereka kerjakan, mungkin berpikir bahwa tak ada sesuatu yang berhubungan dengan mereka, baik yang berasal dari tanah, air yang mereka pakai, akar, batang dedaunan dari pohon dan tumbuhan yang mereka tanam dari biji dan buah, batu dan cahaya matahari. Semuanya tidak memiliki hubungan. Bagi mereka, semua keberadaan tersebut bisa jadi satu hal yang tidak majhul atau tidak diketahui. Begitu juga dengan para penambang, gembala, mereka berpikir bahwa apa yang mereka saksikan dan di bawah dari pandangan mereka semuanya mereka ketahui. Bahkan orang-orang yang belajar pun terkadang tejatuh pada kesalahan yang sama. Mereka bepikir bahwa mereka mengetahui segenap hakikat dari segala sesuatu. Seorang insinyur listrik, penambang, petani, dokter ahli di bidang kulit, otak, tulang, matematikawan, ahli perbintangan, psikolog, fisikawan, kimiawan dan sebagainya, mereka ingin memberikan definisi dari setiap keberadaan yang ada dan berhubungan dengan apa yang menjadi bidang dan lahan keahlian mereka. Tapi satu hal yang disayangkan adalah bahwa dari pengenalan atau pencarian pengetahuan yang mereka lakukan tidak menunjukkan hakikat dari sesuatu tersebut bahkan semakin mereka mencari dan mencari, senantiasa datang kritikan dan kesusahan silih berganti dan pada akhirnya mereka tak mampu memberikan definisi sebagaimana mestinya dari keberadaan-keberadaan yang ingin mereka definisikan.
Dunia dan semesta memiliki silsilah yang sangat panjang yang ujung pangkalnya bagi manusia menyisakan pertanyaan yang tak terjawab. Setiap lingkaran mata rantai kehidupan senantiasa terdapat rantai kehidupan yang baru yang akhirnya bagi manusia sendiri hanya menimbulkan ketakjuban dan keheranan.
Lady Nancy Astor berkata, "Kalau setiap manusia tidak mengucapkan sesuatu yang berasal dari hakikat sesuatu, maka kesunyian dan kesepian akan memimpin dunia." Warren Weaver seorang wakil direktur dari Yayasan Rockefeller juga berpendapat, "Apakah pengetahuan dan ilmu akan menang dalam peperangan melawan kejahilan dan kebodohan? Sementara pengetahuan dari setiap pertanyaan yang telah mendapatkan jawaban senantiasa mendapatkan dan memunculkan pertanyaan baru, dan betapa kita tenggelam dalam jalan menemukan jawaban terhadap ketidaktahuan yang ada, kegelapan akan kejahilan semakin bertambah dan bertambah, pengetahuan manusia senantiasa tak pernah cukup dan perasaan ini tak pernah mengawal dan senantiasa tersisa. Setiap hari yang berlalu dari apa saja yang kita rasakan dan kita tidak memahaminya atau tidak mengetahuinya akan menyebabkan kita menjadi rendah dan semakin rendah."
Memang betul bahwa manusia telah berhasil berdasarkan pengetahuan dan percobaan ilmiah yang mereka lakukan terkait dengan listrik, air, uap, tanah, udara, bahkan atom. Mereka menjulurkan tangan untuk menguasai apa saja yang ada di langit, menguak segenap unsur, segenap alat-alat industri seperti telepon, telegraf, radio, televisi dan lainnya tetapi mereka masih belum mampu memahami dan mengetahui hakikat siang dan malam. Bukanlah dari hakikat tanah, api, air atau bahkan unsur-unsur alam lainnya, dari apa yang mereka tambang, dari sel-sel tubuh manusia, hormon-hormon genetika, elektron dan proton, manusia tidak mengetahui hakikat wujud-wujud tersebut. Memang betul mereka telah menemukan beberapa hal, namun hakikat sesungguhnya dari keberadaan tersebut masih tetap tanda tanya besar bagi manusia itu sendiri.
Salah seorang ilmuwan mengatakan, orang-orang beranggapan bahwa manusia yang kemudian didefinisikan sebagai hewan yang berpikir dan binatang lain seperti kuda didefinisikan sebagai hewan yang tak berpikir. Dengan pendefinisian seperti ini menunjukkan kesombongan pengetahuan. Mereka pikir bahwa dengan pendefinisian seperti ini mereka telah sampai pada hakikat manusia atau kuda itu tadi. Padahal sesungguhnya mereka tidaklah sampai pada hakikat manusia itu sendiri atau bahkan pada hakikat hewan itu sendiri. Ada baiknya kita mengatakan bahwa pendefinisian yang seperti ini bukanlah pendefinisian yang membahasakan hakikat dari keberadaan tersebut.
Manusia bahkan tidak mampu mengetahui sesuatu yang paling dekat dengan dirinya sekalipun karena dari keberadaan manusia sendiri tidak ada yang lebih dekat dari ruh dan jiwanya. Apakah manusia mengetahui bagaimana kehidupan ruhnya? Apakah hakikat dari kehidupan ruh dapat dijelaskan? Apakah manusia memiliki pengetahuan terhadap silsilah batin yang ia miliki? Apakah ia mengenal hal-hal yang merupakan bagian dari batinnya seperti cinta, keberanian, kenikmatan, … dan lainnya? Meskipun demikian apakah dengan segenap kesusahan yang ada dari ketidaktahuan manusia itu sendiri, ia dapat mengingkari hakikat dari wujud-wujud itu tadi ? Apakah kita bisa mengatakan dari ribuan juta makhluk yang ada-karena ketidakmampuan kita untuk memahami keberadaan mereka-kita mengingkari wujud atau keberadaan mereka? Apakah bisa kita menafikan segenap rahasia dari lembaran-lembaran buku penciptaan dan manfaat dari keberadaan makhluk tadi disebabkan karena ketidakmampuan mengungkap hakikat wujud mereka kita mengatakan bahwa mereka itu tidak ada?
Apakah bisa kita mengatakan karena kita tidak melihat sesuatu, maka sesuatu itu tidak ada, karena kita tidak menemukan manfaat dari sesuatu itu maka sesuatu tersebut tidak bermanfaat? Sejauh manusia bertambah cerdas dan pintar, semakin mereka menjadi ilmuwan dan memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Mereka tak akan pernah punya kemampuan untuk mengaku bahwa "saya mengetahui hakikat dari segala sesuatu".
Ribuan tahun lalu manusia takut akan petir dan kilat yang menyambar. Pada masa itu manusia tidak memiliki pengetahuan baik tentang manfaat yang dapat mereka peroleh dari petir dan kilat tadi. Mereka mengatakan bahwa ini adalah bagian dari kekuatan dan kekuasaan Ilahi. Mereka tidak mengetahui apa manfaat yang diberikan kilat dan petir terhadap pertumbuhan pohon dan tumbuhan lainnya begitu juga terhadap kehidupan hewan-hewan yang ada. Apakah ini berarti bahwa pada saat manusia tidak mengetahui manfaat dari petir dan kilat tadi, ini berarti bahwa kilat dan petir tidak memiliki manfaat dan bukan merupakan bagian dari rahmat Allah Swt?
Para arsitektur melihat dunia sebagai bagian dari sistem keteraturan yang secara lahiriah merupakan harta karun hakikat yang tersembunyi. Mereka melihat alam sebagai sebuah universitas raksasa yang penuh dengan hikmah dan ilmu. Alam ini merupakan bagian dari atribut dan tanda. Kesemestian pengaruh yang muncul dari alam ini memberikan sebuah kenikmatan tersendiri bagi para pengagumnya. Alam yang merupakan sebuah unversitas besar yang para mahasiswanya sampai akhir hayatnya dapat mengambil manfaat dan kenikmatan darinya itu pun kenikmatan yang tak dapat dihitung dan dibandingkan nilainya. Mereka melihat alam laksana sebuah rumus matematika atau rumus-rumus keteknikan secara lahiriah, namun ketika mereka masuk ke dalamnya, semakin mereka masuk ke dalam, mereka semakin menemukan kesusahan dan kesulitan yang semakin menjeluk.
Bagi seorang filosof atau pemikir, medan ini adalah satu hal yang sangat menyenangkan yang senantiasa akan menambah kebingungan sekaligus keheranan. Mereka akan tiba pada sebuah titik ketika akal mereka akan mengatakan bahwa ia sama sekali tidak punya kemampuan untuk mengetahui atau mengungkap setiap inci rahasia terpendam dari alam semesta ini. Kemajhulan dan ketidaktahuan akan menghampiri mereka dan pada saat itu mereka mengumandangkan ayat suci Al-Quran:
)وَلَوْ أَنَّ ما فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَ الْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ ما نَفِدَتْ كَلِماتُ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزيزٌ حَكيمٌ(
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (laut itu kering), niscaya kalimat Allah tidak akan pernah habis. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Mereka juga mengatakan bahwa pertemuan telah selesai. Begitu pun juga dengan umur kita. Sekiranya sejak awal kita melakukan pencarian dan penelitian akan hikmah, sistem, logika, naluri, kehendak, dan kekuatan dari sang Mahamutlak untuk mengenal dunia ini, maka kita tak akan pernah menemukan ketidakteraturan dan ketiadaan manfaat dari alam ini.
Ini adalah ringkasan bayangan dari ketidakmampuan manusia dalam pencarian bagaimana memahami, mengetahui dan mengenal yang pada saat bersamaan melihat bagaimana fungsi akal dan kecerdasan manusia. Kalau kita melihat dari apek falsafah setiap wujud atau keberadaan yang ada khususnya melihat alam dari sisi falsafah takwiniyah dan tasyri'iyah, maka ketidakmampuan manusia dalam memberikan tafsiran dan pemaknaan akan lafaz-lafaz makna semesta yang kemudian keberadaannya tak dapat dipungkiri.
Perumpamaan alam makna dan hakikat-hakikatnya dengan ilmu dan pengetahuan manusia seperti perumpamaan lafaz dengan makna dan masalah. Dalam dunia bahasa ketika sebuah lafaz memiliki makna yang lebih banyak dan luas, maka ia tidak dapat mengandung segenap makna yang ada, karena bahasa makna dan kalimat memiliki keterbatasan makna sementara makna dari benda yang dimaksud itu tidak terbatas. Dari apa yang terbatas dengan yang tidak terbatas tentunya tidak dapat melingkupi semua makna yang ada. Seorang penyair Arab mengatakan :
و ان قميصا خيط من نسج تسعة و عشرين حرفا عن معاليه قاصر
Bahasa yang paling sempurna dalam membahasakan hakikat semesta ini adalah bahasa Al-Quran, yang menyatakan itu dalam sebuah ayat:
قُلْ لَوْ كانَ الْبَحْرُ مِداداً لِكَلِماتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِماتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنا بِمِثْلِهِ مَدَداً
Katakanlah, "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhan-ku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
Al-Quran Al-Karim telah membahasakan ketidakmampuan manusia ini empat belas abad silam. Dari ayat ini setiap harinya mukjizat dan kedasyatan pengetahuan dinampakkan darinya (Al-Quran) dengan bahasa yang paling fasih. Kebesaran dan ketakterbatasan dari jumlah mahkluk yang ada sejak awal penciptaan sampai yang akan datang telah di kumandangkan dalam ayat ini.
Hadis-hadis dan riwayat yang dibahasakan oleh Ahlulbait Nabi as juga menyatakan kenyataan dan hakikat yang ada ini, seperti dalam sebuah riwayat suatu saat manusia mengenal beberapa jumlah bintang yang ada di langit dan selebihnya mereka tidak mengetahui berapa jumlah sesungguhnya dari bintang-bintang tadi. Hal ini kemudian ditamsilkan dan diperumpamakan dengan jumlah rintikan air hujan dan kerikil kecil dari padang yang luas. Imam Ja'far Shadiq as bersabda:
"يا ابن آدم لو اكل قلبك طائر لم يشبعه و بصرك لو وضع عليه خرت ابرة لغطاه تريد ان تعرف بها ملكوت السموات و الارض"
Dari pengantar yang kami sampaikan ini kepada orang-orang yang senantiasa mencari hakikat dari rahasia kegaiban Imam Mahdi, sebab dan falsafah kegaibannya, kami mengatakan, "Bertanyalah, perhatikan, dan telitilah secara seksama soal yang saudara tanyakan. Kami tidaklah menolak pertanyaan itu. Silahkan bertanya dan carilah, karena pada hakikatnya kalau sebab asli atau sebab sesungguhnya dari kegaiban Imam Mahdi yang Anda cari, maka saudara tak akan mendapat jawabannya, tapi saudara bisa melihat apa hikmah dari kegaiban tadi. Saudara harus mengetahui bahwa pencarian alasan kegaiban akan membimbing saudara pada sebuah silsilah pengetahuan. Namun demikian, kalau maksud pencarian pengetahuan ini, dengan keberatan dan kritikan yang saudara sampaikan, ingin membuktikan sebab kegaiban dengan pengetahuan dan kemampuan saudara sendiri, maka pemahaman saudara terhadap kegaiban beserta kritikan terhadap kegaiban ini tidak akan pernah bermakna bahwa eksistensi Imam Mahdi dan kegaibannya itu tidak ada dan tidak nyata. Tentunya, hal ini menandakan bahwa jalan kebenaran dan pengakuan rasional bagi saudara telah tertinggal jauh. Satu hal yang pasti, akidah dan keimanan yang ada, tak akan goyah dengan kritikan dan ribuan pertanyaan yang menghadang. Ketiadaan alasan dan dalil atau argumentasi ini tidak berarti bahwa sesuatu itu tidaklah ada. Apakah ketidaktahuan saudara hanya pada tema dan pembahasan ini? Apakah saudara dengan pengatehuan yang saudara miliki telah menemukan hakikat segenap keberadaan makhluk? Apakah setiap pertanyaan manusia tentang bagian-bagian terkecil dari alam ini, dari apa yang lahir dan batinnya saudara telah menemukan jawabannya? Apakah karena saudara tidak mengetahui rahasia apa di balik itu maka dapat berarti bahwa hal ini tidak memiliki faedah dan manfaat? Apakah neraca dan timbangan dari ketiadaan faedah disebabkan tiadanya pahaman saudara dan saya? Ataukah ketidaksanggupan saudara dalam menyingkap tabir sebab kegaiban dan hikmah-hikmah alasan akan ketidakmampuan pikiran dan potensi yang Anda miliki? Saudara meyakini bahwa sekiranya akal dan pengetahuan manusia digantikan dengan alat lain yang jauh lebih canggih, misalnya sebagai alat berhubungan dengan dunia luar, apakah ini berarti bahwa rahasia alam ini akan menyebabkan kita menjadi lebih memahami dan lebih mengetahui?
Kalau seorang pemikir memberikan jawaban terhadap pertanyaan dan jawaban soal yang ada di atas, maka ini berarti ia mengakui ketidakmampuannya. Kalau kita memerhatikan ketidaktahuan yang setiap harinya bertambah, maka semakin menjelaskan bahwa ketidaktahuan bukanlan alasan untuk mengatakan bahwa sesuatu tiada. Segala sesuatu yang ada di dunia ini dengan rahasia dan keajaiban-keajaiban yang tak terhitung dapat kita lihat dan kita mengatakan: "Lihatlah sang laron karena pengetahuannya ia bertanya taman ini kapan bermula, karena musim semi melahirkannya dan kematiannya menjadi asap, ia pergi mendekati cahaya dan terbakar tercabik dua mata penglihatannya, hilanglah pula dua pendengarannya, penciumannya punah dari dua potong tulang pemahamannya, dua rintikan darah adalah jiwa kecil dari kekotoran yang penuh ketertarikan dunia yang luas".
Maka itu, janganlah begitu tenggelam dalam pencarian falsafah kegaiban dan pertanyaan-pertanyaan yang seperti ini. Karena, apabila kita mengetahui atau tidak mengetahui alasan terjadinya kegaiban, kegaiban adalah sebuah peristiwa yang telah terjadi dan ketiadaan pengetahuan kita sama sekali tidak berarti bahwa kita tidak dapat menerima kegaiban itu tadi.
Kami meyakini bahwa qadha dan qadar sedikit kurangnya bersandar pada informasi yang sifatnya filosofis beserta bimbingan Al-Quran dan Ahlulbait Nabi. Namun demikian apakah seseorang dapat mengatakan bahwa penjelasan akan qadha dan qadar adalah hasil dari kemunculan ilmu pengetahuan dan informasi. Oleh karena terhadap pemikiran akan qadha dan qadar telah dilarang dikatakan bahwa:
Dalam lembah kegelapan janganlah engkau melakukan suluk (perjalanan ruhani)
kuda yang mencari janganlah engkau tunggangi di sini
karena lelah dan hanya akan tertinggal di sini
Di lembahku tersesat di dalam gelapnya
selangkah demi selangkah adalah awal langkah,
engkau susah dalam pemburuan yang tak kunjung datang,
kelilingilah itu mengapa terkuak duhai engkau manusia bodoh
Masalah takwiniyah dan tasyri'iyah dari segala sisi tidak dapat meliputi dan dipahami oleh pemikiran manusia. Ini berarti bahwa manusia tidaklah memiliki kemampuan untuk memahami setiap inci dari segala rahasia yang terdapat pada alam takwiniyah maupun tasyri'iyah.
Seseorang yang tak mengetahui dimana rumah kekasih begitu cinta datang menghampiri laksana api dari Lembah Ayman, bukanlah aku yang senang dan cukup, Musa di sini dengan harapan datangnya Qabasi, bara yang tak berujung dari lembah hingga dari perkataan tolong pun hanyalah kata yang muncul dari ribuan khayal.
Pada posisi ini, yang ada hanya penyerahan dan penghambaan akan keimanan. Namun pada saat yang bersamaan, bukanlah keimanan yang betul murni iman, melainkan keimanan yang mendapatkan bimbingan akal dan fitrah sebagai sumber keberadaannya, bahasa wahyu dan ayat-ayat Al-Quran serta hadis-hadis mutawatir dan mukjizat menjadi pembimbing dari sumber keimanan seperti ini. Yang ingin kami katakan terhadap rahasia dari alam kegaiban lebih banyak akan berbicara pada pengaruh, efek, dan manfaat dari adanya kegaiban Imam Mahdi as, karena yang pasti adalah bahwa sebab asli dari kegaiban beliau adalah satu hal yang majhul, tidak diketahui. Makna hadis-hadis yang berbicara tentang kegaiban Imam pada artian bahwa rahasia kegaiban itu tidak terbuka dan tetap menjadi rahasia sampai pada masa munculnya beliau sendiri, sebagaimana tidaklah diketahui rahasia dari pepohonan jauh sebelum pepohonan itu mendatangkan buah, rahasia dari air hujan yang turun ke bumi tidaklah diketahui sebelum ia menumbuhkan rerumputan, menghijaukan bumi, taman, kebun, dan peternakan.
Syekh Shaduq dalam kitab Kamaluddin (Kesempurnaan Agama) dan kitab Elallu syaraye' (Sebab-sebab Syariat) dengan sanad dari Abdullahi bin Fadhl Hasyimi meriwayatkan bahwa saya mendengar Imam Ja'far Shadiq as bersabda, "Adalah satu hal yang pasti bahwa pemilik dari kegaiban ini tak ada jalan yang lain, padanya setiap yang mencari kebatilan, mereka akan terjatuh pada keraguan dan kebimbangan." Aku bertanya, "Kenapa demikian, duhai Tuanku?" Beliau berkata, "Dikarenakan kita tidak mendapatkan izin untuk menceritakan dan membahasakan hal ini." Saya berkata, "Kalau memang kita tidak memiliki izin untuk membahasakan perihal beliau (Imam Mahdi), apakah terdapat hikmah di balik semua ini?" Imam Ja'far Shadiq as menjawab, "Hikmah kegaiban Hujjah Tuhan di muka bumi ini berada pada tangan sang Imam sendiri. Sesungguhnya hikmah dari kegaiban Imam Mahdi yang sesungguhnya tak akan pernah didapati. Hanya ketika beliau telah muncul hal ini dapat dipahami, sebagaimana hikmah dari apa yang di kerjakan oleh Nabi Khidhir as dari melubangi perahu, membunuh seorang budak, dan membuat sebuah dinding. Bagi Nabi Musa apa yang dilakukan oleh Nabi Khidhir as adalah pekerjaan yang tak dapat dipahami oleh Nabi Musa as sampai beliau berpisah dengan Nabi Khidhir maka apa yang tersembunyi baginya kemudian menjadi jelas. Wahai putra Fadhl, ketahuilah bahwa kegaiban ini adalah kehendak dan perintah Ilahi dan salah satu dari rahasia singgasana Ilahiah, kegaiban yang merupakan bagian dari ilmu gaib Tuhan dan setelah itu kita mengetahui bahwa Tuhan itu hakim. Kami bersaksi bahwa pekerjaan ini senantiasa bersesuaian dengan perkataan dan hikmah-Nya meskipun hal ini tidak menjadi jelas bagi kita."
Sebagian manfaat dan faedah hal-hal yang terkait dengan kegaiban Imam Mahdi adalah adalah dengan menyadarkan persoalan yang ada pada jalan rasionalitas dan habituasi akan kepercayaan masyarakat. Di lain hal kita juga dapat menggunakan bahasa dan pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para ilmuwan dan ulama-ulama dalam agama Islam. Pada pembahasan yang akan dating, kita juga akan menyampaikan beberapa pandangan dari ilmuwan dan ulama-ulama tadi.
Ketakutan Akan kematian
وَ أَوْحَيْنا إِلى أُمِّ مُوسى أَنْ أَرْضِعيهِ فَإِذا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقيهِ فِي الْيَمِّ وَلا تَخافي وَلا تَحْزَني إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَ جاعِلُوهُ
مِنَ الْمُرْسَلينَ
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.
فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لي رَبِّي حُكْماً وَ جَعَلَني مِنَ الْمُرْسَلينَ
Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara para rasul.
Kulaini dan Syekh Thusi dalam kitab Al-Kâfî dan Gaibat dengan sanad dari Zurarah bahwa ia mendengar dari Imam Ja'far Shadiq bahwa beliau bersabda, "Kemunculan Imam Mahdi as sebelumnya di ulai dengan kegaiban." Saya bertanya, "Mengapa demikian?" "Disebabkan karena ketakutan akan kematian." Sebagaimana hadis ini dan hadis-hadis dalam periwayatan yang berbeda, salah satu sebab dari kegaiban Imam Mahdi adalah takut akan terbunuh yang hal ini berkaitan dengan adanya kegaiban. Namun demikian, ketakutan akan dibunuhnya beliau dan tiadanya pengamanan jiwa telah menjadi salah satu dari penyebab kegaiban. Hal ini dapat kita rujuk pada kitab-kitab yang bisa dipercaya. Dalam kitab-kitab hadis dan sejarah, dapat kita temukan pembahasan akan hal ini.
Berdasarkan riwayat-riwayat yang mereka dapati sebelumnya, Dinasti Abbasiyah telah mengetahui bahwa seseorang dari keturunan Nabi besar Muhammad dari cucu keturunan Sayyidina Ali as dan Sayyidah Fatimah as akan lahir seseorang yang akan memutuskan rantai pemerintahan orang-orang yang tak memiliki kasih sayang dan dogmatis dalam memimpin dan memerintah dan anak itu adalah anak Imam Hasan Askari as, kematian dan usaha-usaha pembunuhan akan dilakukan sebagaimana apa yang dilakukan oleh
Firaun terhadap Nabi Musa as karena Firaun telah mendapat berita tentang kelahiran Nabi Musa. Untuk itu ia memata-matai dan mencoba mencari tahu tentang Nabi Musa as. Selanjutnya ia menyuruh orang untuk mencari Nabi Musa as dan menangkapnya. Namun Tuhan menghendaki lain dan menjaga Nabi Musa as, Tuhan membuat musuh-musuhnya putus asa dan pesimis. Kejadian yang menimpa Imam Mahdi memiliki latar yang hampir sama dengan kejadian yang menimpa Nabi Musa as. Pada awalnya naiknya Bani Abbas ke khilafah pemerintahan Islam dimulai dengan perang saudara dalam tubuh Bani Umayah kemudian berlanjut dengan provokasi Bani Abbasiyah dengan revolusi shahibul zanj. Dengan provokasi ini ia memulai manuver-manuver politiknya.
Dari sebuah peninggalan sejarah dari masa pemerintahan Al-Nashir LidiniLlah seorang khalifah dan ilmuwan dari Dinasti Bani Abbas diketahui bahwa khalifah mukmin ini meyakini dan mempercayai keberadaan Imam Mahdi as mulai dari kelahiran beliau. Dalam sebuah hikayah yang disampaikan oleh Ismail Herqeli dalam kitab Kasyf al-Ghummah dengan sanad yang sahih dari riwayat yang digunakan bahwa khalifah Bani Abbas yang bernama Al-Mustanshar Billah di Bagdad juga meyakini keberadaan beliau. Dengan menghadiahkan seribu dinar kepada Ismail Harquli, ia meminta kepada Ismail untuk mengantarkannya kepada Imam untuk melaksanakan kehendak Imam. Ismail Harquli, berdasarkan perintah Imam Mahdi, menolakan permintaan Mustanzhar Billahi. Penolakan itu menyebabkan ia merasa sangat kecewa.
Hasilnya adalah bahwa terjadinya kegaiban itu, salah satunya disebabkan oleh ketakutan akan dibunuhnya Imam. Pembunuhan yang direncanakan ini memiliki hubungan yang erat dengan pemerintah zaman itu. Semenjak kelahiran Imam Mahdi as bahaya laten akan ancaman pembunuhan terhadap beliau telah ada sejak awal. Bahkan sebelum kelahiran beliau. Satu hal yang tak diragukan bahwa rencana pembunuhan Imam Mahdi adalah satu hal yang pasti. Karena itu, berita kelahiran Imam pun dirahasiakan bagi mereka (Bani Abbas) sebagaimana dirahasiakannya kelahiran Nabi Musa as terhadap Firaun. Setelah kelahiran beliau pun, beliau melalui masa kegaiban dan usaha apa pun yang dilakukan oleh Firaun untuk menemukan Nabi Musa as tidak membuahkan hasil apa-apa.
Hubungan antara Kelanggengan Masa kegaiban dengan Ketakutan akan Terancam Jiwa Imam
Meskipun Allah Swt punya kemampuan di mana, dan kapan saja beliau bisa saja dimunculkan dan secara pasti ia mengalahkan segenap pemerintahan yang ada di dunia dan menguasai mereka, namun demikian hal ini tak akan terjadi tanpa adanya sebab-sebab yang memperantarai kemunculan beliau. Allah Swt menjadikan sesuatu berdasarkan sebab dan akibatnya. Sejauh sebab-sebab kemunculan Sang Imam belum terwujud, maka kehadiran dan kebangkitan beliau tak akan pernah terjadi, dan pastinya perubahan dan revolusi yang beliau bawa akan mengalami kemunduran.
Pada awal-awal kerasulan, Nabi Muhammad saw tidaklah melakukan jihad sebagai langkah kerja awal kenabian. Bahkan beliau melakukan hal ini ketika tiba waktu diperintahkannya. Artinya, sarana untuk melakukan medan jihad telah terbuka dan pada saat itu pertolongan Allah datang untuk kemajuan Islam.
Pertanyaan: Kenapa Imam tidak muncul seperti pendahulunya ataukah kenapa kemenangan tidak menghampirinya, ataukah kenapa beliau tidak syahid di jalan Tuhan?
Jawab: Kemunculan Imam Mahdi as adalah akhir dari cahaya Ilahiah dan terwujudnya tujuan diutusnya para nabi dan rasul sebelumnya, kedamaian, syafaat, keadilan dan keamanan umum di bawah bendera Islam, seruan dan penerapan tauhid, pelaksanaan hukum-hukum Qurani di seluruh persada semesta.
Satu hal yang jelas bahwa pelaksana aturan Ilahiah ini haruslah pada kondisi dan syarat terwujudnya revolusi ketika keberhasilan dan kemenangan akan terwujudnya adalah seratus persen terjadi, sebagaimana yang telah kami sebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa pertolongan gaib dan bantuan dari langit dari sisi hikmah Ilahi tidak terjadi. Kalau pada kondisi lain, tujuan kebangkitan dan revolusi ini tidak terjadi, maka penantian akan kedatangan dari Sang Imam akan berlanjut sampai terpenuhinya secara betul syarat-syarat untuk kemenangan dari revolusi yang dibawa oleh sang Imam.
Mengembalikan Ketiadaannya Baiat
Salah satu tanda kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman adalah bahwa baiat dari seseorang, bahkan negara atau bangsa yang zalim meskipun dalam bentuk taqiyah sekalipun tidak diterima. Sementara, penisbahan dari kelompok yang tak memiliki kasih sayang dan pemerintah-pemerintah yang zalim tak akan pernah menyerah dan dengan jalan taqiyah pemerintahan yang tidak islami ini, begitu pun juga pemerintah yang secara keseluruhan tidak islami dan secara lahiriah tidak menerima pemerintahan Imam Mahdi, harus tunduk di bawah pemerintahan beliau. Imam Mahdi adalah manifestasi (mazhar) dari asma-asma Ilahiah seperti keadilan, kekuasaan (sulthan), hakim. Orang-orang yang berada pada posisi di bawah pemerintah yang tidak Ilahiah ataukah mereka taqiyah dari pemerintah yang ada, berdasarkan berita dari riwayat yang ada tidak akan selamat karena beliau akan menghakimi yang benar dan yang salah, yang batil dan yang hak bagi mereka tidak akan tersisa di muka bumi ini.
Salah satu dari hukum dan manfaat dari kegaiban adalah bahwa Imam Mahdi sebelum tibanya masa kebangkitannya sebagaimana perintah dari Allah Swt beliau tidak akan melakukan revolusi. Pasalnya, dengan jalan taqiyah seperti yang dilakukan oleh ayahnya dan kakeknya pada masa pemerintahan Bani Abbas, banyak dari mereka pada masa pemerintahan Bani Abbas yang menyatakan baiat pada Imam Hasan Askari, ayahnya, dan kakeknya (Imam Ali Hadi), namun pada masa kemunculan mereka tadi tidak satu pun dari mereka menyatakan baiat. Pada masa kemunculan Imam Mahdi, tak ada lagi baiat semacam ini; tak ada lagi pemerintah selain dari pemerintahan Tuhan di muka bumi ini; hukum-hukum Al-Quran akan ditegakkan, bahkan taqiyah pun tidak lagi memiliki tempat. Dan makna dari apa yang dibahas di atas adalah beberapa di antaranya dari kitab Kamaluddin Bab 48 "Tentang Sebab Kegaiban", begitu juga dalam kitab-kitab 'Uyûn wa Elal juga dibahas hal yang sama. Dalam sebuah riwayat yang disanadkan oleh Hisyam bin Salim bahwa Imam Ja'far Shadiq as bersabda, "Imam Mahdi as akan bangkit sementara tak ada baiat padanya." Hadis lain yang diriwayatkan oleh Hasan bin Ali bin Fadhdhal bahwa, "Ketika berita akan kegaiban beliau setelah wafatnya Imam Hasan Askari, 'Saya bertanya untuk apa?' Imam Ridha as menjawab, 'Supaya tak ada lagi baiat padanya karena ia akan bangkit dengan pedang.'"
Ringkasan dan Ujian
Salah satu manfaat kegaiban adalah ringkasan dan ujian tingkat penyerahan diri kepada Tuhan, tingkatan keberimanan para Syi'ah beliau. Sebagaimana kita mengetahui, perbuatan, syariat, ayat-ayat Al-Quran dan Hadis adalah alasan dari hal ini bahwa sunnah Ilahi akan senantiasa dijalankan dan ditegakkan ujian bagi hamba-hamba yang saleh, kehidupan dan kematian, punya dan tidak punya, kemampuan dan ketidakkuasaan, kesehatan dan kesakitan, dan setiap dari nikmat yang ada, senang dan sedih semua ini adalah ringkasan dan ujian dari Yang Mahakuasa. Tentunya hal ini adalah demi kesempurnaan potensi dan aktualisasi potensi tersebut, iman dan kesabaran, serta keistikamahan tiap-tiap individu dari tingkatan kekhusyukan dan penyerahan diri mereka dibarengi dengan ketaatan terhadap Tuhan Pencipta alam semesta. Dalam riwayat di bahasakan bahwa pada masa kegaiban Imam Mahdi as ada dua ujian yang sangat dasyat akan menimpa manusia :
Ujian Pertama:
Bahwa dasar dari kegaiban yang sangat panjang ini mayoritas manusia berada dalam keraguan dan kebimbangan akan keberadaan beliau dimulai dari masa kelahiran beliau sampai pada masa gaibnya hari ini. Hanya orang-orang yang memiliki keikhlasan pengetahuan dan ujian-ujian yang mereka dapat, orang-orang dengan keyakinan dan iman pada keberadaan Imam tidak akan tersisa sebagaimana riwayat dari Rasulullah saw dari Jabir bahwa beliau bersabda :
"ذلك الذى يغيب عن شيعته و اوليائه غيبة لا يثبت فيها على القول بامامته الا من امتحن الله قلبه للايمان"
Dia itulah orang yang telah digaibkan dari pengikut dan wali-walinya sebagai suatu kegaiban yang menyebabkan orang tidak menetapkan imamahnya kecuali siapa saja yang telah Allah uji hatinya dengan iman (kepadanya)
Satu hal yang diketahui bahwa keimanan dan baqanya kehidupan, umur yang panjang, masa kegaiban yang lama dan penantian akan kemunculan beliau pada masa yang sangat panjang dari kegaiban, iman pada kegaiban, alasan kepercayaan yang benar, dan kepercayaan pada berita-berita gaib dari Nabi Muhammad saw dan tanda keberimanan pada qudrat Ilahi dan tanda-tanda akan kuatnya penyerahan diri dan perbedaan dari perintah ajaran agama adalah demi kesempurnaan iman. Keyakinan pada berita dari alam gaib tak akan pernah ada kecuali bagi orang-orang yang memiliki keyakinan dan ketakwaan yang sesungguhnya. Orang-orang yang lepas dari kegelapan dan waswas dan beralih menuju rumah keyakinan dan ketetapan pendirian akidah, kesenangan hati dari cahaya hidayah yang memancar. Ia yang tidak memerhatikan syubhat dan keraguan yang dimunculkan dalam langkah-langka wilayah dan dalam keyakinan agama tidak goyah adalah orang-orang yang bisa menerima kegaiban dari sang Imam.
Ujian Kedua:
Dasyatnya ujian dan cobaan yang ada dari perubahan-perubahan yang terjadi semasa era kegaiban telah menyebabkan masyarakat lari dari apa yang semestinya mereka yakini. Penjagaan keimanan adalah satu hal yang sangat langka dan susah. Iman dan keyakinan orang-orang di bawah pada perisiwa dan kejadian yang sangat susah sebagaimana riwayat dari Imam Ja'far Shadiq as: "Orang-orang yang menginginkan dirinya pada masa kegaiban bersandar pada berita agama seperti orang-orang yang memegang tangkai pada sebuah pohon yang berduri hingga duri-durinya terpotong karena menancap di tangannya." Pada saat itu, Imam mengisyaratkan pada tangannya kemudian berkata, "Sesunguhnya pemilik kegaiban ini senantiasa menjauh dari setiap hamba Tuhan dan ia harus bersandar pada keyakinan agamanya." Matan dari hadis di atas sebagai berikut:
"ان لصاحب هذا الامر غيبة المتمسك فيها بدينه كالخارط للقتاد ثم قال : هكذا بيده.ثم قال : ان لصاحب هذا الامر غيبة فليتق الله عبده و ليتمسك بدينه"
Sesungguhnya Shahibul Amr ini telah mengalami kegaiban menurut pendapat orang yang berpegang teguh kepada agama-Nya laksana kusir terhadap pedatinya kemudian dia (Imam Ja'far) berkata, "Ini terjadi dengan kekuasaan-Nya." Kemudian dia berkata lagi, "Sesungguhnya Shahibul-Amr ini telah mengalami kegaiban maka hendaklah hamba-Nya bertakwa kepada Allah dan berpegang teguh kepada agama-Nya."
Pada masa kegaiban, keindahan dunia semakin menjadi-jadi, dan semakin larut di dalamnya. Hati akan semakin tertipu, kenikmatan hewaniah dari segenap alat dan media diciptakan untuk masyarakat dunia, lagu-lagu yang menyesatkan meliputi semua wilayah, pria dan wanita yang saling tak kenal melampiaskan hawa nafsu setaniahnya dengan jalan yang tidak benar, hilangnya malu di antara manusia, penerimaan hal-hal yang haram menjadi sangatlah mudah bahkan hal itu adalah resmi sebagai penerimaan masyarakat. Mayoritas masyarakat melakukan hal yang demikian. Bagi orang-orang mukmin tebasan pedang menjadi lebih mudah daripada sebuah dirham yang halal. Materialisme, kehidupan yang hedonis dari para penyembah dunia menguasai umumnya masyarakat. Pemerintahan jatuh pada orang-orang yang tidak mengakui hukum-hukum Tuhan. Para wanita mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang mestinya dilakukan oleh kaum pria. Riba, minuman-minuman terlarang, judi, dan pelacuran adalah hal yang bisa bagi mereka.
Orang-orang yang beragama dan amanah menjadi terhina, sementara orang-orang kafir menjadi mulia, amar makruf nahi mungkar adalah hal yang tak bermakna. Bahkan lebih parah lagi mereka menjadikan yang makruf menjadi mungkar dan menjadikan yang mungkar menjadi makruf. Dengan maksiat dan dosa mereka bekerja sama dengan para kaum yang zalim, dosa adalah kebanggaan bagi mereka, amanah dan sedekah tak lagi memiliki arti. Syiar-syiar dan adab Islam ditinggalkan digantikan dengan budaya dan kebiasaan kaum kafir. Mereka meresmikan budaya kaum kafir menjadi budaya mereka. Para wanita dengan keras kepala meninggalkan budaya-budaya Islam. Mereka kembali ke masa jahiliah. Para mukmin dalam keadaan tekanan realitas dan mereka terbelenggu dari kebebasan, tak seorang pun berani untuk melawan apalagi menyuarakan nama Tuhan kecuali dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Penjagaan akan keimanan adalah pekerjaan yang sangat susah. Seseorang yang terbangun pada pagi hari dan ia menghitung jumlah kaum mukmin dan Muslim sementara malam harinya ia telah keluar dari Islam dan menjadi kafir.
Dari Imam Ja'far Shadiq as diriwayatkan, "Kondisi ini tak akan terjadi kepadamu, setelah keputusasaan, tidaklah datang kepada Tuhan hingga engkau (mukmin dan munafik) terpisah antara satu dengan yang lain, kepada Tuhan tak akan datang hingga ia terjatuh dan barangsiapa yang terjatuh dan ia bahagia maka ia telah terjatuh."
Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Orang-orang yang pada masa kegaiban meyakini imamahnya (Imam Mahdi) lebih jarang di temukan daripada permata yakut merah." Kemudian Jabir berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah apakah bagi al-Qaim (Imam Mahdi) dari putramu terdapat kegaiban?" Beliau menjawab, "Iya, demi Tuhan yang telah menciptakan jagad raya semesta bahwa ia akan meringkasnya. Ia akan membuat kaum kafir menjadi pucat pasi. Wahai Jabir, perintah ini adalah perintah Tuhan dan bagian dari rahasia-rahasia Ilahiah yang tersembunyi dan tertutupi bagi hamba-hambanya, ketahuilah bahwa keraguan akan perbuatan Tuhan adalah kufur."
Pada hadis yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Shalt, bahwa Imam Husain as bersabda, "Dari kami terdapat dua belas orang Mahdi (yang telah terhidayah). Yang pertama dari mereka adalah Amirul Mukminin, Imam Ali bin Abu Thalib as dan yang terakhir darinya adalah yang kesembilan dari anak-anakku. Dialah imam yang bangkit dengan Haq Tuhan. Ia menghidupkan bumi setelah matinya; ia akan menzahirkan din (agama) dan memenangkannya meskipun kaum kafir tidak menerimanya; baginya kegaiban hingga sekelompok orang menjadi murtad dan keluar dari agama dan yang lain menjadi tetap agamanya, kepada mereka dikatakan, "Kapankah janji ini akan terpenuhi (kebangkitan Imam Mahdi) jika engkau berkata benar? Ketahuilah bahwa orang-orang yang bersabar pada masa kegaiban atas gangguan dan cobaan yang ia terima, ibarat orang yang berjihad dengan pedang bersama Rasulullah saw."
Persiapan Kondisi dunia
Salah satu manfaat dan maslahat dari kegaiban adalah penantian menyempurnanya akal manusia, dan persiapan pemikiran untuk kemunculan beliau karena cara dan jalan yang ditempuh beliau bersandar pada pelaksanaan syariat secara lahiriah dan penghukuman yang lahir berdasarkan hakikat yang sesungguhnya. Tiadanya tempat untuk melakukan taqiyah, tiadalah lagi perkomplotan dalam kegiatan keagamaan, pemberian hak sesuai dengan yang memiliki hak, penerapan keadilan, memerangi kezaliman, dan penerapan segenap hukum-hukum Islam.
Apa yang didengar oleh musuh-musuh Islam, orang-orang yang melakukan penentangan, politik yang ingin mencari kedudukan akan di dihancurkan, dan apa yang di sembunyikan dari hukum-hukum islam akan Nampak, islam akan hidup seperti hidupnya islam yang di bawah oleh kakeknya Nabi Muhammad saw. Dan berdasarkan pengaruh dari kesewenang-wenangan dari orang-orang yang merasuk untuk memata-matai, negarawan yang ahli dunia akan mati dan di tinggalkan. cahaya yang meliputi dunia, mulai dari penciptaan sampai penyeruan akan islam mereka akan kembali kepada Al-Quran.
Sementara orang-orang yang melakukan penentangan, yang mengambil hak masyarakat akan dihukumi secara tegas, para ahli maksiat akan dihukum tanpa kompromi sama sekali dan pemerintahan dunia yang disandarkan pada Islam akan ditegakkan. Adalah satu hal yang jelas bahwa pelaksanaan revolusi ini membutuhkan peranan progritas dari seluruh umat manusia dari segenap bidang baik dari sisi keilmuwanan, pemikiran, akhlak, dan persiapan masyarakat untuk penerimaan dan penyambutan revolusi yang dibawa dengan kelayakan kepemimpinan yang sempurna, mesti ada orang-orang yang membantu sang Imam dalam menegakkan revolusi ini dan mereka adalah orang-orang yang memiliki kesempurnaan bashirah dan pengetahuan yang sempurna pula. Sebuah jumlah yang pasti telah dibahasakan dalam hadis, perangai dan kesiapan masyarakat dunia dalam menyambut hal ini. Mereka memahami bahwa pemerintah dari rezim yang berbeda tidaklah memiliki kelayakan untuk memimpin mereka. Kelompok-kelompok politik dan ekonomi yang berbeda tidak dapat menyelesaikan persoalan yang ada. Konferensi dan pertemuan-pertemuan internasional dalam perancangan dan usaha untuk menjaga dan menegakkan hak asasi manusia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan kata lain, apa yang mereka lakukan akan membuat mereka sendiri putus asa dan pesimis untuk menuju perubahan yang lebih baik. Kerusakan dan maksiat, syahwat yang merajalela, kezaliman berada dalam satu barisan dengan tekanan yang sangat kuat seperti yang dibahasakan dalam beberapa riwayat dan hadis.
Lelaki dan wanita sama sekali tidak memiliki malu lagi. Mereka berbuat dan melampiaskan nafsu syahwat mereka seperti yang dilakukan oleh hewan-hewan di jalanan. Sebagaimana yang kita lihat hari ini rancangan dan program yang diberikan pada jalur yang salah dari sebuah kenyataan peradaban. Puncak kezaliman dan maksiat, sebab-sebab kebimbangan dan keraguan, kemurtadan, restitusi, yang sebahagian besar pada pelampiasan nafsu hewaniah serta ketidakacuhan pada sisi maknawiyah dari manusia. Ketika kondisi dan keadaan dunia dari peradaban manusia kosong akan nilai-nilai insaniah, kegelapan alam dunia ini akan nampak, maka kehadiran seorang manusia Ilahi dengan cahaya inayah dari alam gaib akan muncul dan menyibak tirai-tirai kegelapan. Ia akan melepaskan dahaga para musafir yang haus akan hakikat, keadilan, mata air pengetahuan, kebahagian, menghidupkan hati-hati yang mati, menyirami dengan jiwa yang baru di mana ayat al-Quran dikumandangkan:
??عْلَمُوا أَنَّ اللهَ يُحْيِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِها قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآياتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ?
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah ia mati. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.
Pada syarat dan kondisi yang seperti ini penerimaan masyarakat akan suara ruhaniah dari seruan bahasa langit akan menjadi tak tertandingi, karena dalam dasyatnya kegelapan cahaya yang nampak akan memberikan pengaruh yang luar biasa. Akan tetapi, kalau kondisi yang ada tidak menguntungkan dan terjadi pengunduran dari waktu yang semestinya beliau harus muncul, maka senantiasa akan terdapat hikmah Ilahi di dalamnya. Hasil dan manfaat dari kemunculan beliau pada kondisi yang seperti ini tidak akan memberikan hasil yang semestinya.
Dengan demikian, kemunculan Imam Mahdi sampai waktu yang ditentukan akan mengalami kemunduran, dan pada kondisi di mana syarat dan hikmah Ilahi telah mencapai waktu kemunculan beliau dan seruan langit telah diumumkan, tak ada satu pun orang yang memiliki informasi tentang kapan dan waktu kejadiannya, dan kalau ada yang menentukan waktu kedatangannya, maka sesungguhnya dia telah berdusta.
Diriwayatkan dari Imam Ja'far Shadiq as bahwa beliau bersabda, "Dari waktu kemunculan Imam Mahdi, tak diketahui sebagaimana hari kiamat pengetahuan tentang itu berada di sisi Tuhan," hingga beliau berkata, "untuk kemunculan Imam Mahdi tak ada yang dapat menentukannya, kecuali orang yang bersekutu dengan ilmu Tuhan dan menyerukan bahwa Tuhanlah yang memberikan pengetahuan kepadanya."
Kemunculan Orang Mukmin dari Balik Orang Kafir
Sebagaimana riwayat dan hadis memberitakan bahwa Allah Swt menempatkan banyak nutfah pada sulbi kaum kafir sebagai pinjaman dan pinjaman ini harus teraktualkan, dan sebelum teraktualnya pemberian pinjaman (wadi'ah) ini, kebangkitan Imam Mahdi as dengan pedang dan membunuh kaum kafir adalah untuk menghilangkan jizyah (upeti) karena ini akan menghalangi keluar dan teraktualnya wadi'ah yang diberikan oleh Allah Swt. Siapa yang akan menyangka bahwa sulbi (keturunan) dari Hajjaj yang zalim di antara musuh-musuh Ahlulbait dengan kesalahan yang tak terampuni, lahir dari sulbinya seorang anak yang bernama Husain bin Ahmad bin Hajjaj yang terkenal dengan nama Hajjaj sang Penyair, seorang khatib dan pembicara dari mazhab Ahlulbait, seorang pecinta keluarga risalah kenabian. Ia telah menulis kasidah dan puisi manaqib untuk Imam Ali as. Ia mencela para musuh Ahlulbait dan mendakwahkan mazhab Ahlulbait. Sebuah bait syair kasidah yang terkenal darinya:
يا صاحب القبة البيضاء على النجف من زار قبرك و استشفى لديه شفى "
Apakah seseorang akan membayangkan bahwa dari keturunan Sanadi bin Syahik yang telah membunuh Imam Musa bin Ja'far, akan muncul seorang penyair yang merupakan bintang di dunia adabiyat (tata bahasa Arab) yang dipengaruhi oleh wilayah Imam Ali as, ia menghabiskan segenap umurnya untuk menceritakan keutamaan Ahlulbait Nabi as.
Dengan demikian, tema dari keluarnya nutfah mukmin dari sulbi orang-orang kafir adalah tema penting yang tidak boleh menghalangi kemunculan Imam Mahdi dan kehadiran beliau pada waktu yang ditentukan, harus terjadi dan ini meniscayakan bahwa di setiap sulbi dari orang-orang kafir mesti lahir orang-orang yang beriman sehingga pinjaman Tuhan tidak ada yang tersisa. Sebagaimana kisah dari Nabi Nuh as yang di beritakan dalam Al-Quran:
?إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبادَكَ وَلا يَلِدُوا إِلاَّ فاجِراً كَفَّاراً?
Karena jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.
Dalam surah yang sama Allah berfirman:
?مِمَّا خَطيئاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا ناراً فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللهِ أَنْصاراً?
Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka. Maka mereka tidak akan mendapat penolong-penolong bagi diri mereka selain dari Allah
Dalam riwayat-riwayat yang berbeda seperti pada tafsir Al-Burhan, ash-Shâfî dan sebagian lain kitab-kitab tafsir lainnya menyampaikan berita dan penafsiran dari ayat-ayat di atas. Jaminan riwayat dan bahasa Al-Quran di atas memberitahukan kepada kita bahwa Imam Mahdi tidak akan muncul kecuali jika pinjaman Tuhan telah dikeluarkan dan setelah ia keluar musuh-musuh Allah di muka bumi ini akan nampak semua dan pada akhirnya mereka akan mati.
Senarai Kata dari Syekh Thusi
Syekh Thusi yang bernama Khawjah Nashiruddin Thusi adalah seorang hakim dan filosof masyhur di Dunia Islam. Dalam sebuah risalah filsafat yang ia tulis, Syekh bercerita tentang imamah yang mengkhususkan diri pada pembahasan tentang kegaiban Imam Mahdi secara sempurna dan sangat lama. Pada akhir tulisan beliau, sebab-sebab kegaiban beliau berkata:
"و اما سبب غيبته فلا يجوز ان يكون من الله سبحانه و لا منه كما عرفت فيكون معي المكلفين،و هو الخوفالغالب و عدم التمكين و الظهور يجب عند زوال السبب"
"Namun demikian sebab dari kegaiban Imam Mahdi as bukanlah dari sisi Allah Swt atau dari beliau sendiri bahkan seperti yang kita ketahui hal ini dikarenakan oleh
masyarakat yang belum siap untuk menerima beliau, dikarenakan takut akan terancamnya jiwa atau terbunuhnya beliau. Jika masyarakat telah siap untuk menerima kehadiran dan siap mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh Imam, maka pada saat itu kemuculan dan kehadiran beliau adalah sebuah keniscayaan."
Sebagaimana yang bisa kita perhatikan dan kita simak dari perkataan Khwajah Thusi di atas, dalam kaitannya dengan pencerahan, akal dan hikmah dari kegaiban dapat kita terima dan menjadikannya penjelas tema kegaiban. Pada makalah sebelumnya, telah kami sampaikan bahwa tiadanya ketaatan, terancamnya jiwa beliau yang kemudian berakhir pada terbunuhnya beliau merupakan sebuah alasan kenapa terjadi kegaiban. Kalau dari sebab-sebab yang ada ini dapat dihilangkan tentunya kemunculan beliau adalah sebuah kesemestian. Dengan demikian, adalah sebuah kesalahan jika hamba bertanya tentang sebab kegaiban atau dengan mengkritik dan menghujat mengapa terjadi kegaiban.
Selama manusia tidak menghilangkan sebab-sebab terjadinya kegaiban, maka kehendak Tuhan senantiasa akan meliputi beliau sampai pada saat dimana masyarakat bumi menaati dan beliau menguasai bumi sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
وَعَدَ اللهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَني لا يُشْرِكُونَ بي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ
فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan suatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Dunia ini akan diwariskan kepada kaum mukmin dan Imam Mahdi as. Sekiranya umur dunia ini hanya tinggal sehari saja, maka pada hari itu akan dijadikan hari yang sangat panjang hingga Sang Imam yang dinantikan datang dan memenuhi dunia mayapada ini dengan keadilan.[]
Catatan Kaki:
1. QS Thaha [20]: 114.
2. Al-Mukhtâr min Raydar Zedaijast,hal37,november 1959.
3. Majalah Al-Mukhtâr min Raydar Zedaijast,hal 113 ,oktober 1959.
4. Makalah "Sawaiqul Ni'mah", ringkasan dari majalah bulanan sains, Al-Mukhtâr min Raydar Zedaijast, hal 106, Oktober 1959.
5. QS Lukman [31]: 27.
6. QS Al-Kahfi [18]:109.
7. Haqqul Yaqin Syabre, jilid 1, hal. 46.
8. Syair dari dua bait Ganj-e Dânish, atau Shad Pand (Seratus Pesan) Almarhum Ayah Ayatullah Shafi Gulpaigani .
9. Muntakhab al-Atsar, Shafi Gulpaigani, Pasal 2, Bab 28, hal 1.
10. QS Qashash: 7.
11. QS Asy-Syuara: 21.
12. Muntakhab al-Atsâr, Shafi Gulpaigani, pasal 2 bab 28 dan 47.
13. Muntakhab al-Atsâr, pasal 7, bab 8 , hal 4.
14. Kamâluddin, jilid 2 hal 16, bab 34; Muntakhab al-Atsar, pasal 2, bab 27, hadis 10.
15. Kamâluddin,jilid 2, bab 34, hal 15.
16. Kamâluddin, jilid 1, bab26, hal 404-405.
17. Kamâluddin, jilid 1 bab 30, hal 434, Syekh Shaduq.
18. QS Al-Hadid: 17.
19. Itsbât al-Hudâ, jilid 7, pasal 55, bab 32, hal. 156.
20. Duhai pemilik kubah putih di Najaf, siapa yang menziarahi kuburmu dan memohon kesembuhan di sisinya, dia akan disembuhkan.
21. QS Nuh: 27.
22. QS Nuh: 25.
23. Risalah ini diterbitkan di Tehran pada tahun 1335 Hijriah Syamsiah, pada bab 3 hal 25.