Faktor-faktor yang menjadi sebab kemunculan adalah beberapa hal yang disebut sebagai terciptanya ruang bagi kemunculan Imam Zaman Ajf dan termasuk di antara sebab-sebab kemunculan Imam Zaman Ajf.
Dalam hal ini harus dikatakan bahwa meski faktor utama kemunculan Imam Zaman Ajf adalah irâdah Ilahi (kehendak Ilahi), namun apa yang dapat dilakukan oleh manusia sebagai ruang bagi kemunculan Imam Zaman Ajf adalah menghilangkan pelbagai hal yang menyebabkan ghaibnya Imam Zaman Ajf dan menciptakan kesiapan pada dirinya.
Kesiapan ini juga dengan menunaikan tugas-tugas dan taklif-taklif yang diemban khususnya taklif-taklif pada masa ghaibat seperti menanti tibanya kelapangan, doa, sabar, melakukan konstruksi diri, mematangkan pikiran dan sosial kemasyarakatan. Akan tetapi kesiapan-kesiapan ini harus sesuai dengan penerimaan pemerintahan semesta; artinya bersifat global dan menyeluruh serta pemikiran umum harus siap sedia untuk menyokong dan mendukung kemunculannya.
Segala sesuatu memiliki peran dalam proses kemunculan Imam Zaman Ajf dan segala sesuatu yang menjadi sebab kemunculan Imam Zaman Ajf digolongkan sebagai faktor-faktor kemunculan Imam Zaman Ajf. Dalam hal ini harus dikatakan bahwa meski faktor utama kemunculan Imam Zaman Ajf adalah irâdah Ilahi (kehendak Ilahi), namun apa yang dapat dilakukan oleh manusia sebagai penciptaan ruang dan persiapan bagi kemunculan Imam Zaman Ajf adalah menghilangkan pelbagai hal yang menyebabkan ghaibnya Imam Zaman Ajf dan menciptakan kesiapan pada dirinya; karena setiap revolusi dan gerakan yang muncul untuk meraih tujuan tertentu akan memperoleh kemenangan tatkala segala sesuatunya dari berbagai sisi telah siap sedia, selain itu maka revolusi akan menuai kegagalan dan kekalahan.
Kebangkitan Imam Zaman Ajf juga tidak terkecuali dalam hal ini dan hanya dapat meraih kemenangan tatkala syarat-syaratnya terpenuhi.[1]
Karena itu kesiapan masyarakat merupakan salah satu sebab dan faktor bagi kemunculan Imam Zaman Ajf; artinya masyarakat secara umum yang menghendaki kemunculan Imam Zaman Ajf dan terdapat pemikiran umum yang mengglobal yang menyokong dan mendukung kemunculan Imam Zaman Ajf.
Adapun penjelasan terkait dengan apa yang disebutkan dalam riwayat ihwal faktor-faktor ghaibat, sebagian di antaranya tidak berada dalam ikhtiar kita dan tidak dapat berubah seperti:
Baiat seseorang tidak berada di pundak Imam Zaman Ajf.[2]
Penjagaan beliau dari bahaya pembunuhan.[3]
Ujian Ilahi.[4]
Sebab-sebab misterius. Sebagaimana sebagian riwayat menjelaskan poin ini bahwa para Imam Maksum As mengetahui sebab utama ghaibat, namun mereka tidak memiliki tugas untuk menjelaskannya. Karena itu, mereka menjelaskannya secara umum dan global terkait dengan hikmah-hikmah Ilahi atas ghaibatnya Imam Zaman Ajf. Dalil atas klaim ini adalah riwayat Abdullah bin Fadhl Hasyimi dari Imam Shadiq As dimana Imam Shadiq As bersabda kepadanya, “Akan ada ghaibat bagi Shâhib al-Amr yang tiada cara selain itu. Setiap orang yang batil akan meragukannya.” Saya berkata kepadanya, “Semoga jiwaku menjadi tebusanmu. Tapi kenapa harus ghaibat?” Imam Shadiq As bersabda, “Untuk sebuah hal yang kami tidak memiliki izin untuk mengungkapnya bagimu.” “Apa yang menjadi hikmat atas ghaibatnya?” Tanyaku penasaran. Beliau menjawab, “Hikmah ghaibatnya adalah sama dengan hikmah ghaibat-nya hujjah Allah sebelumnya. Hikmahnya tidak akan terungkap kecuali setelah kemunculannya sebagaimana hikmah melobangi perahu, terbunuhnya anak dan tegaknya dinding oleh Nabi Khidir bagi Nabi Musa As belum lagi terungkap kecuali keduanya berpisah satu sama lain. [5]
Jelas bahwa faktor-faktor ini tidak berada di dalam kewenangan manusia sehingga mereka mampu merubahnya.
Namun sebagian lainnya faktor ghaibat dapat dirubah sebagaimana pada sebagian tauqi’ât (surat yang dibubuhi tanda tangan Imam Mahdi Ajf) juga menyinggung masalah ini dimana disebutkan tidak setianya masyarakat dan dosa-dosa mereka yang telah membuat Imam Zaman Ajf itu ghaib.
“Sekiranya Allah Swt menganugerahkan taufik kesetiaan pada janji kepada Syiah kami maka perjumpaan dengan kami tidak akan diakhirkan dan mereka akan meraih kebahagian perjumpaan dengan kami disertai makrifat yang layak. Tiada yang menahan kami dari Syiah kami kecuali amalan-amalan mereka yang tidak layak dan tercela yang sampai kepada kami.”[6]
Kandungan tauqi’ ini adalah terkait dengan tidak loyalnya orang-orang Syiah terhadap ikrar dan janji mereka dengan Imam Zaman Ajf yang menyebabkan masa ghaibatnya semakin lama dan kemunculannya diakhirkan. Karena itu loyalitas orang-orang Syiah terhadap janji mereka (terhadap Imam Zaman) dapat menjadi salah satu faktor segeranya kemunculan Imam Zaman Ajf.
Di samping itu, harap diperhatikan bahwa orang-orang pada masa ghaibat, di samping taklif-taklif yang bersifat umum, khususnya terkait dengan masalah ghaibat, mereka memikul tugas-tugas di pundak, dengan menjalankan tugas-tugas tersebut, di samping memperoleh ganjaran dan pahala, mereka juga akan menarik beberapa langkah bagi kemunculan Imam Zaman Ajf yang akan kami sebutkan sebagian di antaranya sebagai berikut:
Sabar
Dalam sebuah riwayat Imam Ridha As bersabda, “Alangkah baiknya kesabaran dan penantian bagi kemunculan Imam Mahdi Ajf. Apakah kalian tidak mendengar firman Allah Swt, “Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu.” (Hud [12]:93) dan firman-Nya, “Katakanlah, “Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kamu.” (Qs. Yunus [10]:102) Sesungguhnya kelapangan akan datang setelah putus harapan dan orang-orang yang datang sebelum kalian lebih sabar dari kalian.”[7]
Ungkapan “hendaknya kalian bersabar” disebutkan secara lugas dan menyatakan bahwa tugas orang-orang Syiah pada masa ghaibat adalah bersabar atas keterpisahan ini. Akan tetapi jelas bahwa sabar bermakna berkukuh pada keyakinan dan tindakan serta menjalankan khittah dan maktab Imam Mahdi Ajf.
Penantian
Meski riwayat di atas juga menjelaskan tugas penantian dengan baik. Namun terkait dengan penantian harus dikatakan bahwa Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As meminta kita untuk berteguh dalam masalah ini. Dalam sebuah riwayat dari Rasulullah Saw kita membaca, “Sebaik-baik amalan umatku adalah penantian Faraj (datangnya kelapangan).” [8] Ali As dalam menjawab sebuah pertanyaan yang diajukan kepadanya, “Amalan apakah yang paling baik di sisi Allah?” Imam Ali As bersabda, “Penantian Faraj.” [9] Imam Shadiq As bersabda, “Kondisi yang paling dekat seorang hamba kepada Tuhan dan hal yang paling diridhai di sisi Allah Swt adalah tatkala mereka mengikuti hujjah Allah Swt yang tersembunyi bagi mereka dan tidak mengetahui tempatnya maka pada masa itu, pagi dan petang, maka hendaknya mereka menantikan kedatangnnya.” [10] Jelas dan gamblang bahwa penantian terdiri dari dua bagian: Penantian takwini dan penantian tasyri’i.
Sehubungan dengan penantian takwini, penantian lebih condong bersifat negatif dan lemah. Adapun penantian tasyri’i, bersifat progressif disertai dengan ilmu dan amal.
Tuturan Imam Sajjad As dapat dijadikan bukti atas klaim ini. Beliau bersabda, “Para penantii kemunculannya (Imam Mahdi Ajf) adalah orang-orang terbaik pada setiap zaman; karena Allah Swt menganugerahkan akal, pemahaman dan pengenalan dimana ghaibat di sisi mereka laksana penyaksian (musyahâdah). Mereka pada masa itu laksana para pejuang yang menghunus pedang di samping Rasulullah Saw. Mereka adalah Syiah sejati dan penyeru ke agama Allah baik secara sembunyi-sembunyi atau pun terang-terangan. [11]
Para penanti sejati pada dimensi teoritis, sedemikian memiliki makrifat sehingga ghaibat baginya laksana penyaksian; artinya ia sama sekali tidak ragu dan sangsi dalam mengenal Imam Zamannya. Dan dari dimensi praktisnya, ia senantiasa menyibukkan diri, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, dengan urusan dakwah dan tabligh tentang Imam Zaman Ajf.
Apabila penanti negatif dan passif melipat tangan serta dengan dalih bahwa tiada yang dapat kita lakukan dan tidak berbuat apa-apa untuk menyambut kemunculan Imam Zaman maka penanti positif dan aktif, siang dan malam, berusaha menambah ilmu dan makrifatnya, menyiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi Ajf, serta berusaha untuk mendudukan dirinya pada barisan para penanti sejati.
Intinya dalam penantian positif terpendam iman kepada yang ghaib, kecendrungan kepada keadilan, kebencian terhadap kezaliman, pengakuan terhadap kebenaran dan seruan terhadap kebaikan dan perbaikan.
Doa
Pada sebagian riwayat disebutkan bahwa tugas paling utama para penanti pada masa ghaibat adalah doa. Di antara riwayat tersebut adalah tauqi’ Ishak bin Yakub yang menerima riwayat ini melalui perantara Muhammad bin Usman dimana Imam Mahdi Ajf bersabda, “Banyak-banyaklah berdoa supaya kelapangan (kemunculan Imam Mahdi Ajf) disegerakan, karena itu adalah kelapangan bagi kalian.”[12]
Berkelanjutan!!.....