Syekh ath-Thayyeb menekankan kaum Muslimin untuk fokus pada titik persamaan ketimbang perbedaan di kalangan umat Islam, baik kelompok sufi, Wahabi, Ahlussunnah, Syiah, dan lainnya. Menurutnya, Nabi Muhammad datang sebagai rahmat untuk semua, bukan terbatas untuk umat Islam.
Menurut Kantor Berita ABNA, Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb menyatakan bahwa tindakan politisasi agama dapat merusak tatanan masyarakat. Oleh karenanya harus dilawan. Sebab, politisasi agama berdampak pada kerusakan sosial-politik yang mengancam keutuhan masyarakat itu sendiri.
“Kita harus melihat bahaya terkait praktik politisasi agama,” ucapnya saat di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ((PBNU), Jakarta, pada Rabu (2/5).
Menurutnya, praktik politisasi agama dilakukan oleh para politisi yang memiliki tujuan buruk. Para politisi yang memiliki niat buruk tidak segan-segan untuk menggunakan cara yang buruk untuk mewujudkan kepentingan politiknya. “Norma-norma agama seharusnya menjadikan politik lebih baik,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengimbau kepada umat Islam untuk tidak mengklaim diri sebagai pihak yang paling benar sembari menganggap pasti salah kelompok-kelompok di luar dirinya. Menurutnya, monopoli kebenaran bukanlah tindakan yang tepat. Islam melarang penganutnya untuk memvonis kafir sesama kelompok ahli qiblat (sesama umat Islam). “Tidak boleh mengatakan ‘hanya saya yang paling benar, sementara yang lain tidak’,” ujarnya.
Syekh ath-Thayyeb menekankan kaum Muslimin untuk fokus pada titik persamaan ketimbang perbedaan di kalangan umat Islam, baik kelompok sufi, Wahabi, Ahlussunnah, Syiah, dan lainnya. Menurutnya, Nabi Muhammad datang sebagai rahmat untuk semua, bukan terbatas untuk umat Islam.