Tanya : Dalam kisah nabi Khidir dan nabi Musa As, selain
kisah penenggelaman perahu dan meng-qishas (baca:
penjalanan eksekusi syar’i) anak kecil sebelum
melakukan kejahatan, seakan-akan penggunaan harta
yang dilakukan oleh nabi Khidir As terlihat tidak
tepat. Sebenarnya apa maksud dari harta yang
berada di bawah dinding dalam kisah tersebut?
Bagaimana nabi Khidir As menjadi guru bagi nabi
Musa As padahal beliau memiliki kedudukan yang
tinggi dan di zamannya ia adalah nabi yang memiliki
ma’rifat Ilahi? Begitu juga apa maksud nasehat
Rubinsyaban kepada nabi Yunus As, perkataan burung
Hudhud kepada nabi Sulaiman As: “…aku telah
mengetahui sesuatu yang kamu belum
mengetahuinya…”[1], dan perkataan semut: “…mereka
tak menyadari.”[2] kepada nabi parajurit Sulaiman
As. Sesungguhnya apa maksud semua itu?
Jawab : Kejadian seperti penenggelaman dan
pembunuhan manusia dalam setiap hari mungkin
terjadi sebanyak ratusan ribu kali di dunia ini atas
dasar Qadha dan Qadar Tuhan. Dan dalam perkara
penggunaan harta orang lain dan menghukum sebelum
dilakukannya kejahatan, kita tidak bisa menyalahkan
Tuhan; karena Tuhan adalah pemilik mutlak dan
berkuasa, tidak seperti kita. Apapun dalam setiap hal
yang Allah Swt lakukan, Ia pasti telah
mempertimbangkan kemaslahatan dan berlaku adil.
Dengan melihat ucapan nabi Khidir As ini: “…dan aku
tidak melakukannya atas kemauanku sendiri…”[3], kita
dapat memahami bahwa perbuatan-perbuatan yang
telah nabi Khidir As lakukan memiliki segi Takwini,
bukan Tasyri’i. Yakni, ia telah melakukan tiga
perbuatan tersebut atas dasar perintah Tuhan yang
mana ada sebab-sebab Takwini tertentu di baliknya
dan ia pun menjelaskannya kepada nabi Musa As.
Karena jika perbuatan-perbuatan ini dilakukan tidak
atas dasar sebab-sebab Takwini, yakni dilakukan atas
dasar sebab-sebab Tasyri’i, maka jelas sekali
perbuatan tersebut seharusnya diharamkan. Dan tidak
ada masalah jika Tuhan mengajarkan berbagai hal
kepada nabi Musa As melalui nabi Khidir As meskipun
kedudukan nabi Musa As lebih tinggi darinya. Begitu
juga tidak masalah jika Tuhan memberikan nasehat-
nasehat-Nya kepada nabi Yunus As melalui lidah
Rubinsyaban.
Ucapan burung Hudhud kepada nabi Sulaiman As
mengenai peristiwa kerajaan Balqis pun juga demikian,
tidak ada masalah yang dapat dipertanyakan
mengenainya. Dan begitu juga ucapan seekor semut
kepada sesamanya agar mereka berlindung dari
injakan kaki-kaki tentara nabi Sulaiman As. Meskipun
sang semut menyebut manusia sebagai makhluk yang
lalai dan tidak menyadari akan adanya sarang semut,
tidak ada permasalahan yang perlu dibahas
karenanya.
CATATAN :
[1] QS. An-Naml: 22.
[2] QS. An-Naml: 18.
[3] QS. Al-Kahf: 82.