Tiada satu pun instruksi yang datang dari Rasulullah Saw terkait dengan pengumpulan al-Quran berdasarkan urutan wahyu yang sampai di tangan kita sekarang ini.
Pengumpulan al-Quran dilakukan dalam beberapa periode. Imam Ali As mengumpulkan al-Quran berdasarkan urutan pewahyuan namun pada akhirnya karena pengumpulan para khalifah bersifat umum. Di samping itu, Ahlubait As juga menyokong al-Quran yang ada sekarang ini sebagai hasil dari pengumpulan para khalifah secara keseluruhan.
Terdapat tiga pendapat sehubungan dengan pengumpulan al-Quran:[1]
- Ayat-ayat setiap surah tatkala diwahyukan diturunkan secara sempurna dan sepanjang surah belum lagi tuntas maka surah yang lain tidak akan dimulai.
- Dari setiap surah terdapat ayat yang diturunkan dan secara gradual surah-surah akan sempurna. Pertanyaan yang mengemuka di sini adalah apakah penempatan ayat-ayat dalam beragam surah dilakukan berdasarkan perintah Rasulullah Saw atau hal ini dilakukan pada masa sahabat?
- Baik urutan ayat atau urutan surah dalam bentuknya yang sekarang ini telah berbentuk seperti itu pada masa sahabat.
Pendapat Pertama:
Suyuti dalam al-Ithqan mengutip sebuah riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw dan kaum Muslim dengan bermulanya “Bismillahi al-Rahman al-Rahim” menjadi tahu bahwa surah sebelumnya telah berakhir dan surah setelahnya (baru) bermula.[2] Nukilan ini secara implisit menunjukkan bahwa pada masa Rasulullah Saw turun dan diwahyukan secara sempurna.[3] Namun mengingat bahwa ulama bersepakat bahwa pada awal masa bi’tsat (pengutusan Rasulullah Saw), hanya beberapa ayat permulaan surah al-‘Alaq yang diturunkan[4] dan terkadang sebuah ayat diturunkan dan Rasulullah Saw menempatkannya pada surah yang sesuai dengan konteks ayat tersebut.[5] Karena itu asumsi ini adalah asumsi yang tidak dapat diandalkan.
Pendapat Kedua:
Sebagaimana yang telah disebutkan pada bagian pertama, terdapat sejumlah ayat yang disebutkan dalam sejarah yang ditempatkan sesuai dengan instruksi Rasulullah Saw. Pada pengumpulan pertama al-Quran yang terjadi pada masa Abu Bakar dan pada masa pengumpulan kedua al-Quran yang terjadi pada masa Usman tidak satu pun ayat yang mengalami pemindahan dari satu surah ke surah yang lain dan pada dasarnya Abu Bakar dan Usman tidak turut campur sehubungan dengan urutan dan susunan ayat-ayat al-Quran. Meski sebagian surah seperti, “al-Fatiha” diturunkan secara sempurna,[6] namun sebagian surah, khususnya surah-surah panjang al-Quran, disuguhkan secara gradual dan terkadang bersamaan (yaitu setiap jumlah surah yang turun dan secara gradual surah-surah yang dimaksud menjadi lengkap).
Dalam hal ini, Thabarsi berkata, “Sehubungan dengan masalah urutan pewahyuan, urutan surah-surah, pada bagian pendahuluan setiap surah, apabila sebuah surah diturunkan hingga beberapa ayat, dan sebelum berakhirnya surah tersebut, terdapat surah lain yang diturunkan dan bahkan beberapa surah lainnya juga diturunkan secara utuh, kemudian sisa surah pertama diturunkan, maka dalam kondisi seperti ini standar urutannya (Makkiyah dan Madani) kembali pada awal-awal pewahyuan setiap surah.”[7]
Karena itu urutan dan penempatan ayat-ayat pada pelbagai surah dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw namun pada masa Usman beragam naskah al-Quran dikumpulkan dan masing-masing siapa yang menetapkan bagian-bagian dari naskahnya yang tidak terdapat pada naskah al-Quran orang lain harus menghadirkan dua orang saksi bahwa ayat-ayat ini mereka dengarkan dari Rasulullah Saw sehingga ditempatkan pada tempatnya.[8]
Pendapat Ketiga:
Sehubungan dengan urutan ayat-ayat kurang-lebihnya terdapat kesamaan pendapat bahwa urutan ayat-ayat dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw dan merupakan hal yang telah ditentukan dari sananya (amr tauqifi).[9] Namun sebagaimana yang telah disebutkan, sesuai dengan beberapa indikasi, urutan surah-surah, dilakukan pada masa sahabat.[10] Meski sebagian dari riwayat menunjukkan bahwa al-Quran telah dikumpulkan juga pada masa Rasulullah Saw[11] yang apabila pengumpulan ini – yang juga merupakan pendapat kuat - kita terima, himpunan pengumpulan al-Quran dilakukan dalam tiga tahap: Pada masa Rasulullah Saw, pada masa Khalifah Pertama dan Khalifah Kedua, terakhir pada masa Khalifah Ketiga.[12]
Pengumpulan al-Quran
Al-Quran pada masa Rasulullah Saw dan sesuai dengan instruksi beliau dikumpulkan oleh sebagian sahabat. Pengumpulan ini adalah Kitab Wahyu. Pada masa Abu Bakar, lembaran-lembaran yang tersebar dan ayat-ayat yang terpisah-pisah dikumpulkan di antara lembaran-lembaran (dalam sebuah himpunan yang serupa dengan al-Quran sekarang ini). Dan pada akhirnya pada masa Usman, lembaran-lembaran beragam yang berada di tangan orang-orang Arab yang berbeda bacaannya dijadikan sebuah kitab induk.[13]
Mushaf Imam Ali As
Ali As setelah wafatnya Rasulullah Saw mulai mengumpulkan al-Quran. Di antara tipologi al-Quran ini (mushaf) adalah susunan tepat ayat-ayat dan surah-surah berdasarkan pewahyuannya.[14] Yaitu surah-surah Makkiyah lebih dulu datangnya sebelum surah-surah Madani.[15] Namun al-Quran ini tidak diterima oleh sebagian sahabat yang mengklaim khilafah.[16] Dan pada akhirnya al-Quran sekarang pada akhirnya dikumpulkan Khalifah Ketiga dan diterima oleh Imam Ali As.[17]
Kesimpulan:
Dengan memperhatikan beberapa poin di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Ayat-ayat al-Quran pada pewahyuan gradual diturunkan dalam bentuk satu surah utuh dan terkadang beberapa ayat dari satu surah.
- Dalam pewahyuan ayat-ayat al-Quran, pewahyuan aksidental di antara ayat-ayat pada setiap surah terdapat perbedaan.
- Beberapa orang dari kalangan sahabat – sesuai dengan instruksi Rasulullah Saw – tidak mesti harus sesuai dengan urutan pewahyuan, dengan urutan yang dibuat mereka, mengumpulkan al-Quran.
- Susunan ayat dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw dan hal ini merupakan masalah tauqifi (sudah ketentuannya seperti itu).
- Susunan surah-surah sesuai dengan satu pendapat, dilakukan pada masa sahabat khususnya pada masa Usman.
- Pengumpulan al-Quran pada masa Rasulullah Saw yaitu penulisan wahyu. Al-Quran pada masa Khalifah Pertamma dan Khalifah Kedua mengumpulkan al-Quran dari lembaran-lembaran yang berserakan dan menghimpunnya pada sebuah kumpulan. Dengan pengumpulan al-Quran pada masa Usman, perbedaan cara baca yang terjadi selama beberapa tahun berhasil diselesaikan.
- Imam Ali As mengumpulkan al-Quran berdasarkan urutan pewahyuannya namun karena al-Quran yang dikumpulkan Usman diterima oleh beliau, demi menjaga persatuan kaum Muslimin, Imam Ali As meninggalkan al-Quran hasil kumpulannya dan menyimpannya tanpa dapat diakses oleh orang-orang. [iQuest]
[1]. Silahkan lihat Pertanyaan No. 4309 (Site: id4576) dan 1625 (Site: 1632).
[2]. Ibnu Abbas berkata, Rasulullah Saw tidak mengetahui kapan surah selesai hingga bismillahi rahmanirrahim diturunkan dan menambahkannya dimana ketika bismilah turun menjadi ketahuan bahwa surah telah selesai dan surah lainnya dimulai. Al-Mizân, jil. 12, hal. 186.
[3]. Muhammad Hadi Ma’rifat, ‘Ulum Qurâni, hal. 76, Muassasah al-Tamhid, Qum, 1378.
[4]. Ibid, hal. 77. Ibnu Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, jil. 12, hal. 90.
روى الترمذي عن ابن عباس عن عثمان بن عفان قال: «كان رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم مما يأتي عليه الزمان و هو تنزل عليه السور ذوات العدد- أي في أوقات متقاربة- فكان إذا نزل عليه الشي ء دعا بعض من يكتب الوحي فيقول ضعوا هؤلاء الآيات في السورة كذا».
[5]. ‘Ulum Qur’âni, hal. 76.
[6]. Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 26, hal. 147, Intisyarat Farahani, Teheran, 1360 dengan sedikit perubahan; ‘Ulum Qur’âni, hal. 89.
[7]. Terjemahan Persia al-Mizân, jil. 12, hal. 174.
[8]. Hal ini disepakati oleh sebagaian ahli tafsir Syiah seperti Muhammad bin Habibullah Sabzawari Najafi dalam al-Jadid fi Tafsir al-Qur’ân al-Majid,” jil. 2, hal. 420 dan ditentang ahli tafsir non-Syiah, Syaukani, dalam Fath al-Qadir, jil. 12, hal. 86.
[9].Suyuthi, al-Ithqân fi ‘Ulum al-Qur’ân, jil. 1, hal. 71; ‘Ulum Qur’âni, hal. 119.
[10]. Al-Ithqân, jil. 1 hal. 69; Muhammad bin Ismail Bukhari, Shahih Bukhâri, jil. 4, hal. 1907, Dar Ibnu Katsir, Beirut, 1407 H.
[11]. Ali bin Sulaiman al-‘Abid, Jam’ al-Qur’ân Hifzan wa Kitâbatan, hal. 70, Tanpa Tempat, Tanpa Tahun.
المطلب الأول : الأدلة على كتابة القرآن الكريم في عهده صلى الله عليه وسلم ، ما رواه البخاري ومسلم عن ابن عمر « أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى أن يُسَافر بالقرآن إلى أرض العدو » .* وفي لفظ لمسلم أن رسول الله صلى الله عيه وسلم قال : « لا تسافروا بالقرآن ، فإني لا آمنُ أن يناله العدو ».
[12]. Ahmad bin Ali Maqrizi, Imtâ’ al-Asmâ’, jil. 4, hal. 239, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, 1420 H.
[13]. Silahkan lihat, Jam’ al-Qur’ân Hifzan wa Kitabatan, hal. 70 (ihwal pengumpulan al-Quran pada masa Rasulullah Saw); al-Ithqân, jil. 1, hal. 67 dan 69 (ihwal pengumulan Abu Bakar dan Usman serta hal-hal yang berkaitan dengannya).
[14]. Sebagiamana yang telah disebutkan bahwa sebagian ayat diletakkan pada tempatnya masing-masing secara khusus sesuai dengan instruksi Rasulullah Saw.
[15]. ‘Ulum Qur’âni, hal. 121. Muhammad bin Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, terjemahan Mahdi Damagani, jil.2, hal. 324, Intisyarat Farhang wa Andisyeh, Teheran, 1374 S.
[16]. ‘Ulum Qur’âni, hal. 122.
[17]. Tatkala Ali As tiba di Kufah (masa pemerintahan), seseorang berdiri dan menyalahkan Usman karena memerintahkan umat utuk memiliki satu naskah al-Quran. Ali berseru dan berkata, “Diamlah! Apa pun yang dilakukannya dikerjakan dengan musyawarah dan persetujuan kami. Apabila Aku menjadi dia, Aku akan melakukan hal yang sama. Silahkan lihat, A’tsam bin Kufi, al-Futûh, terjemahan Mustawfi Harawi, hal. 997, Nasyr Intisyarat wa Amuzesy Inqilab Islami, Teheran, 1372; ‘Ulum Qur’âni, hal. 122-123.