REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Negeri Kolombia digambarkan dunia barat, khususnya AS, begitu buruk. Kartel narkoba kemudian dijadikan semacam 'kambing hitam' dari gambaran buruk itu.
Namun, bagi kalangan muslim, yang menyebut dirinya Kelompok Sam Fransico, Kolombia ibarat seperti Islam dan muslim di AS. Selalu saja digambarkan negatif.
Padahal, tidak semua warga Kolombia menerima kartel narkoba. "Kami tidak mengutuk kartel, karena kami tahu tidak semua warga Kolombia terlibat kartel. Justru mereka jadi korban prasangka negatif itu," demikian laporan perjalanan kelompok itu seperti dikutip arabnews.com, Rabu (30/1).
Selama dua bulan kelompok itu menyambangi Kolombia. Satu kata yang mewakili mereka soal Kolombia, kagum.
Mereka begitu kagum dengan umat Islam di negara ini. Mayoritas penduduk Kolombia beragama Katolik. Di balik itu, terselip populasi muslim berjumlah 10 ribu jiwa atau 0,02 persen dari populasi keseluruhan.
Puluhan ribu Muslim Kolombia selanjutnya mendirikan sejumlah Islamic Center yang tersebar di lima kota seperti San Andres, Bogota, Maicao, Guajira, Narino dan Santa Marta. Selain itu, berdiri sekolah-sekolah Islam dasar dan menengah di Bogota dan Maico.
Di Maico pula, berdiri masjid terbesar kedua di Amerika Latin. Masjid itu diberinama Masjid Omar Ibnu Al-Khattab.
Kebanyakan Muslim Kolombia merupakan imigran Timur Tengah yang berdatangan pada 1940-an. Awalnya, mereka lebih banyak berada di Maico. Mereka berdagang. Setelah itu gelombang imigran muslim, terutama yang berasal dari Lebanon, terus bertambah. Bogota merupakan kota tujuan berikutnya. Lalu menyusul, imigran asal Pakistan dan India.
Sepanjang perjalanan kelompok San Fransisco, mereka mencatat dari kalangan penduduk lokal mulai memeluk Islam. Presiden Islamic Center Bogota, Nelson adalah seorang mualaf.
Mereka juga bertemu mualaf yang kini menjadi guru bahasa Inggris. Ada pula, satu kelompok band yang memeluk Islam.
"Kami melihat banyak umat Islam yang meninggalkan negaranya telah melupakan ajaran Islam. Kunjungan kami ke Kolombia, mengingatkan kami untuk memperbaiki diri, menegakan esensi ajaran Islam, dan menjadi muslim yang baik," tutup laporan kelompok itu.
Reporter : Agung Sasongko |
Redaktur : Karta Raharja Ucu |
source : republika.co.id