Khalid Paschalis lahir di Yunani. Negara berpenduduk mayoritas Kristen Ortodoks. Kedua orang tuanya guru agama Kristen di sekolah. "Ketika saya masih berusia 12 tahun, ibu saya selalu menekankan agar saya rutin mengunjungi gereja," kenang dia seperti dilansir onislam.net, Rabu (13/5).
Memasuki usia remaja, Khalid tak mengindahkan ajakan ibunya untuk pergi ke gereja. Alasannya, tidak ada hal istimewa setiap kunjungan tersebut. Ia lebih memilih menonton televisi. "Jujur saya bosan dengan hal-hal berbau agama," kata dia.
Ditengah kebosanan itu, Khalid mendapatkan hal baru. Ia mulai mendapatkan mata pelajaran tentang agama-agama lain di sekolah. Kebetulan mata pelajaran yang diperolehnya mencakup empat agama besar, seperti Yahudi, Buddha, Hindu dan Islam.
Dari empat agama itu, Khalid lebih tertarik pada ajaran Islam. "Entah, saya melihat Islam sangat menarik. Saya pelajari rukun iman dan beberapa sejarah soal Islam," kata dia.
Ketertarikan itu berlanjut, mulailah ia membaca literatur tentang Islam dan Muslim. Pada satu buku, yang dikarang oleh cendikiawan Kristen Yunani dipaparkan, kepercayaan Islam sangat keliru ketika menolak konsep trinitas. "Pertanyaan besar muncul dalam pikiran saya, bagaimana jika orang-orang Kristen yang salah dan keliru," ucapnya.
Soal itu coba ia tanyakan pada ibunya. Bagaimana konsep trinitas sebenarnya. Lalu ibunya mengatakan trinitas itu secara sederhana berarti satu Tuhan dengan tiga wajah. "Kata ibu, saya tidak bisa memahaminya. Karena itu merupakan iman," kata dia.
Mendengar jawaban itu, Khalid merasa kurang puas. Tidak ada logika dalam jawaban tersebut. Ini berbanding terbalik dengan apa yang ia ketahui tentang Islam. "Islam tampak lebih logis menurut saya," ucap dia.
Beberapa tahun berlalu, Khalid mulai memasuki jenjang kuliah. Di kampus, ia bertemu dengan beberapa mahasiswa Muslim. Sebagian diantara mereka tidak melaksanakan ajaran Islam secara utuh, namun ada sebagian yang masih menjaga kepercayaannya dengan baik.
Khalid pun tertarik untuk membuka diskusi dengan mereka. "Awalnya saya ragu berdiskusi dengan mereka, apalagi tidak banyak yang memahami ajaran mereka sendiri. Tapi saya menemukan fakta lain, setiap Muslim tidak mengkonsumsi babi dan alkohol. Mereka diwajibkan melaksanakan shalat. Tidak berhubungan seks diluar nikah," kata dia.
Disaat bersamaan, Khalid mendapat informasi banyak skandal terjadi di gereja Yunani. Pencurian dan homoseksualitas begitu marak. Goyahlah keyakinan Khalid terhadap gereja Yunani. "Ketika itu saya meminta teman saya itu untuk membimbing saya mengucapkan syahadat. Alhamdulillah, ia mau, dan saya telah menjadi Muslim," kata dia.
Usai bersyahadat, ia belum memberitahu status barunya itu kepada teman-temannya. Namun, pada akhirnya keluarga Khalid mengetahui hal tersebut. Ia pun diasingkan.
"Alhamdulillah saya tidak ada masalah dengan itu, masih ada saudara seiman yang mau membantu saya. Saya memang harus belajar banyak, saya ingin segera memberikan sumbangsih kepada umat Islam," ucapnya.
source : Republika Online