Menurut Kantor Berita ABNA, kota Karbala di Irak Sabtu (13/12) menjadi lautan manusia yang mencengangkan. Tak kurang dari 20 juta peziarah dilaporkan telah mengikuti acara puncak "Arba'in Husaini" yang berlangsung di kota itu. Arba'in Husaini adalah peringatan 40 hari tragedi Asyura pembantaian Imam Husain ra dan para pengikutnya oleh pasukan Yazid pada tahun 61 Hijriah/ 680 M.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa jumlah peserta acara berkabung itu justru mencetak rekor meskipun berlangsung di tengah ancaman serangan teror dari para ekstrimis takfiri (kalangan yang mudah mengafirkan lawan pendapat), khususnya kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang masih bercokol di berbagai wilayah Irak.
Rapat serta prosesi akbar itu berlangsung aman dan nyaris tidak ada insiden yang mengarah pada upaya serangan dari para ekstrimis takfiri. Peringatan itu sebenarnya sudah ditandai sejak sekitar 10 hari lalu itu di mana sebagian peziarah dari dalam dan luar negeri telah bergerak dari berbagai penjuru Irak dengan berjalan kaki menuju makam Imam Husain ra di kota Karbala.
Karena hotel dan penginapan tak mungkin dapat menampung peziarah sebanyak itu, tenda-tenda di dirikan di tepi-tepi jalan, dan banyak penduduk setempat yang menampung peziarah. Acara terpusat di lokasi antara makam Imam Husain dan makam adiknya Abbas bin Ali bin Abi Thalib ra. Terdengar gempita suara "Labbaika, ya Husain" di sana sini, teriakan untuk menandakan kesiapan peziarah untuk memenuhi pesan-pesan perjuangan Imam Husain ra dalam melawan penguasa angkara murka dinasti Bani Umayyah di periode awal sejarah Islam.
Beberapa lembaga pemberitaan melaporkan bahwa acara ini diiikuti oleh sekitar 20 juta peziarah. Kantor berita Iran, IRNA, menyebutkan bahwa para peziarah itu mengalir dari 60-an negara.
Kolosalitas acara ini tak pelak mendapat sorotan dari media internasional. TV EuroNews menyebutkan bahwa sebanyak lebih dari 20 juta umat Islam Syiah telah mengikuti acara berkabung dalam peringatan gugurnya Imam ke-3 mereka itu walaupun terdapat ancaman teror dari ISIS. Menurut TV ini, selain dari Irak sendiri, mereka juga datang dari sejumlah negara lain termasuk Iran, Bahrain, Pakistan, Afghanistan, dan India.
BBC melaporkan bahwa gelora acara Arba'in di Karbala kali ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana TV EuroNews, situs BBC menyebutkan bahwa ancaman keamanan berupa ledakan bom dan tembakan peluru mortir dari para ekstrimis tidak menyurutkan semangat peziarah untuk mengikuti acara itu.
Menurut BBC, banyak peziarah yang menggelar gerakan jalan kaki sejak beberapa hari sebelumnya dengan menempuh jarak sekitar 80 kilometer dari Najaf hingga Karbala yang memang merupakan jalur utama gerakan tersebut.
"Sepanjang jalur terdapat beberapa pos pemeriksaan yang dijaga oleh banyak petugas keamanan," ungkap seorang peserta asal Iran kepada BBC.
Lembaga pemberitaan Inggris ini menyebutkan,"Baik untuk suatu keyakinan keagamaan maupun sebagai pesan politik, kehadiran jutaan peserta acara berkabung di Karbala telah membuat semua perhatian tertuju kepadanya. Orang yang melihatnya mungkin akan bertanya-tanya bagaimana pengaruh pesan Asyura yang konon adalah ‘pantang hina' terhadap kehidupan para peserta itu di masa sekarang."
AFP, melaporkan bahwa acara Arba'in tahun ini mencetak rekor dari segi jumlah.
"Jumlah orang yang pergi ke Karbala tahun ini untuk mengikuti acara Arba'in mencapai 17.5 juta orang, 4.5 juta di antaranya dari luar negeri, termasuk Iran yang menyumbang sedikitnya 1.5 juta," lapor AFP.
Kantor berita Perancis ini menambahkan, "Sebagian di antara mereka berjalan kaki dari ujung selatan Irak atau sepanjang perbatasan Iran menuju Karbala, dan sebagian lain mengendarai bus dan truk-truk dengan kondisi berdesakan."
Koran Independent menyebut acara di Karbala itu sebagai "salah satu acara keagamaan terbesar dan paling berbahaya di dunia."
Dari segi jumlah peserta, surat kabar Inggris ini membandingkan acara Arbain di Karbala dengan ibadah Kumbh Mela kaum Hindu yang diselenggarakan tiga tahun sekali dan ibadah haji yang diperkirakan diikuti oleh 2 juta jemaah. Karena jumlah sebanyak itu, yang menurut Independent pesertanya pada tahun 2013 sekitar 20 juta orang dari 40 negara , acara Arbain menjadi perkumpulan akbar yang paling rawan serangan teror.
Terkait keamanan, kantor berita Reuters yang bermarkas di London melaporkan bahwa acara superkolosal ini menimbulkan tekanan tersendiri bagi pemerintah Irak.
"Jutaan peziarah Syiah dari berbagai penjuru Irak dan negara-negara sekitarnya pekan ini mengalir menuju Karbala untuk mengikuti acara yang kata para pejabat Irak hendak dijadikan sasaran serangan oleh para ekstrimis," tulis Reuters.
Reuters menambahkan bahwa jalan-jalan raya Irak menjadi penuh orang berpakaian serba hitam yang berjalan kaki berduyun-duyun menuju Karbala.
Menurut Reuters, membludaknya peziarah luar negeri membuat pemerintah Irak terpaksa menerapkan ketentuan sementara bebas visa.
Situs berita online Amerika Serikat Huffington Postmenyajikan catatan tersendiri tentang acara Arbain.
"Ini bukan Musim Haji, atau Kumbh Mela Hindu, melainkan dikenal dengan sebutan Arbain, sebuah pertemuan paling padat pesertanya di dunia, dan mungkin Anda belum pernah mendengar tentangnya. Jemaahnya melebihi jumlah pengunjung yang datang ke Mekkah - sebenarnya karena ada lima faktor-, dan lebih signifikan dari Kumbh Mela yang diadakan hanya tiga tahun sekali. Singkatnya, Arbain mengecilkan semua reli lain di planet bumi ini. Tahun lalu pesertanya mencapai 20 juta. Ini mengejutkan karena mencapai 60% populasi Irak, dan jumlah ini terus tumbuh dari tahun ke tahun," tulis Huffington Post. (Liputan Islam)
source : www.abna.ir