Menurut Kantor Berita ABNA, Sayid Hasan Nashrullah Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon dalam wawancaranya yang disiarkan secara live oleh stasiun televisi Suriah menyinggung hal-hal penting berkenaan dengan peristiwa terkini di kawasan Timur Tengah.
Sekjen Hizbullah Lebanon tersebut diawal pembicaraannya telah menekankan bahwa pemicu konflik yang tidak berkesudahan di Negara-negara Timur Tengah adalah sepenuhnya murni kepentingan politik dan motif ekonomi dan bukan dipicu oleh kepentingan mazhab.
Ia menyinggung hubungan yang dekat antara Negara-negara Arab dengan Rezim Pahlevi Iran sebelum meletus revolusi Islam di Iran. Sayyid Hasan Nashrullah menyebutkan bahwa tidak ada satupun raja Arab maupun Mufti Arab yang mempersoalkan Syiahnya Syah Iran ataupun mazhab yang dianut mayoritas rakyat Iran bahkan sebaliknya yang terjalin adalah hubungan diplomatic dan emosional yang sangat erat. Namun dengan terjadinya revolusi Islam Iran dibawah pimpinan Imam Khomeini yang menjungkalkan Syah Pahlevi dari kedudukannya yang dengan itu perjanjian damai Iran dan Israel pun dibatalkan dan memutuskan hubungan apapun dengan rezim Zionis, sejak saat itu raja-raja Arab melalui mufti-muftinya lantas mempersoalkan mazhab dan ajaran yang dianut mayoritas rakyat Iran.
Mengenai konflik di Suriah, Sayyid Hasan Nashrullah berkata, “Terlibatnya kami dalam konflik di Suriah adalah pilihan sadar kami, sebab bagi kami pemicu polemik ini sangat jelas dan terang. Kami umumkan bahwa kami akan berperang dengan kelompok teroris, dan kami tidak memiliki ketakutan sedikitpun mengenai itu. Kami pula menyadari sejak awal, bahwa perang di Suriah bukan perang yang singkat, melainkan perang yang berkepanjangan dan menyita banyak energi.”
“Satu dua tahun pertama sejak terjadinya konflik di Suriah, kami tidak ikut campur tangan. Namun dengan datangnya para teroris, kami merasa perlu untuk membela. Banyak yang beranggapan bahwa Suriah hendak dikuasai oleh Iran. Dan yang pertama kali menyebutkan itu adalah Sa’ud al Faishal, menteri luar negeri Arab Saudi.” Lanjutnya.
“Orang seperti Sa’ud al Faishal maupun rezim Arab Saudi, sangat tidak pantas mengurusi persoalan internal Negara lain. Apalagi menuntut agar misalnya Bashar Assad mendengarkan tuntutan rakyatnya sementara di Arab Saudi sendiri hak-hak politik rakyatnya diberangus. Mereka berhadapan dengan rakyatnya sendiri ibarat majikan dengan orang upahan. Mereka memperlakukan rakyatnya kalau bukan ibarat budak maka seperti pembantu yang diupah. Inilah masalah terbesar kerajaan Arab Saudi, sementara Suriah adalah Negara merdeka yang memiliki kedaulatan, memiliki militer, memiliki pemimpin yang dipilih oleh rakyatnya, siapa yang kemudian dengan mudah akan menguasai dan menjajahnya?”. tambahnya lagi.
Dalam lanjutan penjelasannya Sayid Hasan Nashrullah menambahkan, “Iran dan Hizbullah mendukung Suriah sepenuhnya, namun bukan berarti harus ikut campur dalam urusan internal dan masalah politik mereka. Masalah masa depan Negara Suriah dan siapa yang akan memimpinnnya ada ditangan rakyat Suriah sendiri, pihak asing manapun tidak berhak untuk mencampurinya. Dan Iran pun setahu saya bersikap demikian. Inilah yang sebenarnya, dan tidak memerlukan penjelasan yang lebih panjang.”
“Kami memasuki medan perang ini bukan dalam rangka hendak ikut campur tangan, melainkan dalam rangka mendukung dan membela kedaulatan sebuah Negara yang hendak dirusak. Kami katakan kerugian yang menimpa Suriah adalah juga kerugian bagi kami, kerugian bagi Lebanon, kerugian bagi Palestina yang akan mengubah takdir bangsa Arab dan mengungtungkan eksistensi Israel. Kami sejak awal menegaskan ini bahwa semua rakyat Arab di kawasan ini saling berhubungan satu sama lain. Kami sudah mengatakan sejak awal, bahwa kami membela Suriah sama halnya kami membela Negara kami sendiri. Kami berperang adalah untuk menjaga dan membela kedaulatan Lebanon dan Palestina, bahkan tegas saya katakan, menjaga Suriah adalah sama halnya menjaga Yordania, Irak dan seluruh rakyat di kawasan.”
“Kami dari hari pertama memilih agar Lebanon bersikap netral dan tidak berpihak, antara pemerintah Suriah dengan kaum oposisi. Kelompok yang meminta agar pemerintah Lebanon bersikap netral adalah kami, bukan dari partai politik lain. Namun melihat perkembangan selanjutnya yang konflik tersebut melibatkan pihak-pihak asing yang hendak mengambil keuntungan pribadi dari konflik tersebut, atas nama agama, kemanusiaan dan rakyat, kami tidak menghendaki hal tersebut berlarut-larut dan menimbulkan banyak kerugian bagi kawasan. Tidak ada cara lain selain memilih opsi perang. Coba bayangkan, jika Suriah berhasil dikuasai Al Qaedah dan mereka yang akan menjadi pemimpin disana, banyangkan bencana apa yang akan mereka berikan bagi Irak dan Lebanon.”
Sayyid Hasan Nashrullah lebih lanjut mengatakan bahwa karena keberanian Bashar Assad Presiden Suriah, persatuan dan kebersamaan yang dibangun militer Suriah, sukarelawan dan semua lapisan masyarakat, konspirasi asing yang hendak menghancurkan Suriah gagal total. “Masalah Suriah lebih besar dari sekedar membela satu orang atau sebuah pemerintahan. Suriah lebih dari semua itu. Seberapapun kekuatan dan kemampuan kami, kami akan membela Suriah sebatas yang kami mampu. Kami memutuskan untuk kedaulatan negeri Suriah tetap berada di tangan pemerintah dan rakyat Suriah, dan kami siap membantu sejauh yang mereka perlukan.”
Hizbullah Tetap Mendukung Kemerdekaan Palestina
Sekjen Hizbullah pada bagian lain pembicaraannya menyinggung persoalan Palestina, ia mengatakan, “Rakyat Palestina adalah rakyat yang sadar dan terjaga, dan siapapun tidak boleh berpikir bahwa rakyat Palestina akan berhenti memperjuangkan hak dan tegaknya keadilan bagi mereka. Dan kami tidak akan pernah sesaatpun melepaskan dukungan kami bagi kemerdekaan Palestina.”
“Kami tidak akan mengklaim diri hari ini mampu mengalahkan Israel jika kami harus berperang langsung dengan Israel. Kami rasional bahwa kami memiliki keterbatasan dalam hal ini, namun kami berbeda dengan yang lainnya yang telah menyerah. Kami terus ada untuk rakyat Palestina.” tegasnya.
Arab Saudi akan Mengalami Kekalahan Telak di Yaman
Menyinggung masalah agresi militer koalisi Arab yang dikomandoi Arab Saudi atas Yaman, Sayyid Hasan Nashrullah mengatakan, “Arab Saudi adalah Negara barbar yang tidak memiliki aturan, tidak menganut demokrasi, dan tidak pula menghargai hak-hak manusia, serta mereka juga tidak memiliki kemandirian sama sekali.”
“Saya yakin, Arab Saudi akan mengalami kekalahan telak di Yaman dan ini akan sangat mempengaruhi kondisi internal kerajaan tersebut.” tambahnya.
Diakhir wawancara yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut, Sayyid Hasan Nashrullah menyampaikan pesan yang ditujukan kepada media Suriah, “Dalam perang ini, berpihaklah kepada pemerintah dan rakyat Suriah, sehingga kalian pun akan turut merayakan kemenangan kelak, insya Allah.”
source : abna