Joseph Xinyang Liu, seorang peneliti sosial politik Asia Tenggara berpendapat bahwa peningkatan kekuatan para pejabat beraliran radikal dan ekstrim di Malaysia, sedang membantu pertumbuhan akar kekerasan dan ekstrimisme di negara itu.
<!-- Item fulltext -->
IRNA melaporkan, Xinyang Liu yang juga anggota Lembaga Brookings dan pakar studi Asia Timur dalam artikelnya yang diterbitkan Selasa (28/4) oleh Malay Mail menulis, penelitian tahun 2013 oleh Pew Research Center, menunjukkan bahwa 39 persen warga Malaysia mendukung kekerasan atau menginginkan penggunaan kekerasan sebagai sarana undalam menghadapi konflik. Sementara angka tersebut 50 persen lebih sedikit di Indonesia.
Menyinggung sikap-sikap radikal aliansi berkuasa di Malaysia dan juga penyalahgunaan Islam untuk mempertahankan kekuasaan, Xinyang Liu berpendapat, “Secara esensi, ini tidak ada kaitannya dengan Islam atau para kaum islamis, melainkan kembali pada cara memanfaatkan Islam oleh kubu pro dan oposisi di Malaysia. Mereka memanfaatkan Islam yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam hakiki yaitu agama perdamaian dan keragaman.”
Analis ini juga menegaskan bahwa partai berkuasa Malaysia berupaya untuk menggunakan mazhab demi menjaga kredibilitasnya dan mempertahankan kekuasaan serta memanfaatkannya secara penuh demi kepentingan-kepentingannya. (IRIB Indonesia/MZ)
source : abna