Menurut Kantor Berita ABNA, Human Right Watch (HRW) dalam laporannya menyatakan, Arab Saudi dan sekutunya terbukti telah menggunakan senjata yang dilarang kala melakukan serangan di Yaman. Saudi menggunakan bom Cluster buatan Amerika Serikat (AS), sebuah senjata yang sudah tidak boleh lagi digunakan dalam perang.
Bom Cluster, merupakan sebuah senjata berbentuk roket yang bila menyentuh tanah akan mengeluarkan roket-roket kecil. Senjata ini dilarang karena, roket-roket kecil [Bomblets] tersebut tidak bisa dikendalikan, sehingga rawan bagi warga sipil untuk turut menjadi korban bila suatu pihak menggunakan senjata tersebut. Dan efek ledakannya bisa merusak areal sekitarnya sejauh 600 m, sehingga sangat rawan menghancurkan bangunan-bangunan yang tidak semestinya menjadi sasaran tembak. Bomblets yang tidak meledak terkubur di tanah dan bisa saja meledak beberapa tahun kemudian setelah perang selesai dan berpotensi melukai sipil.
Melansir Spuntik pada Minggu (3/5/2015), HRW dalam laporannya membeberkan beberapa bukti berupa foto selongsongan bom tersebut. Direktur HRW, Steve Goose menyebut penggunakan senjata ini jelas-jelas sebuah pelanggaran berat terhadap hukum internasional. "Arab Saudi dan anggota koalisi lainnya, serta AS yang menjadi pemasok senjata telah menginjak-injak standar dunia internasional yang secara terang-terangan telah menolak bom Cluster karena ancaman jangka panjang mereka untuk warga sipil," kata Goose dalam sebuah pernyataan. Sejauh ini setidaknya 116 negara sudah menantadangai Konvensi anti-bom Cluster, dimana dalam konvensi tersebut setiap negara dilarang untuk menggunakan dan juga menjual senjata itu. AS dan Saudi adalah dua negara yang turut menandatangi Konvensi tersebut.
Selain itu juga dipaparkan bukti bahwa jet-jet tempur Arab Saudi dalam lanjutan serangannya yang menarget provinsi Saada Yaman dengan menggunakan bom-bom yang mengandung gas beracun.
Televisi al-Manar Ahad (19/4) melaporkan, sebelum bom-bom parasut yang dilepas dari jet-jet tempur Arab Saudi sampai ke darat, bom-bom itu mengeluarkan asap hitam yang menurut para pengamat militer, mengindikasikan keberadaan gas beracun.
Salah seorang pejabat Bulan Sabit Yaman menyatakan, dalam serangan jet-jet tempur Saudi ke Yaman, puluhan anak tewas karena menghirup gas beracun.
Serangan udara Saudi pada Sabtu malam juga menarget pasar-pasar, pusat-pusat perbelanjaan, tempat-tempat publik dan infrastruktur Yaman.
Serangan Saudi bahkan menarget gedung sebuah perusahaan pembangunanan jalan di wilayah Hidan dan Saada, serta sebuah pusat pendidikan di Sanaa.
Sementara itu di provinsi Aden, kapal-kapal tempur Saudi menyerang wilayah permukiman dan infrastruktur Yaman.
Sementara itu media on-line Yemennow.net seorang pengamat militer yang enggan disebutkan identitasnya terkait bom yang digunakan oleh jet tempur Arab Saudi terhadap warga Sanaa mengatakan, bom-bom yang dijatuhkan jet tempur Arab Saudi pada Jumat (17/4) malam terhadap kawasan Faj Attan berbeda dengan yang sebelumnya dijatuhkan terhadap warga Yaman.
Pengamat tersebut menekankan, bom tersebut sangat berbahaya dan jarang ditemukan, di mana penyebaran gasnya sangat berbahaya bagi warga di daerah yang terkena bom. Gas tersebut juga mengakibatkan sesak nafas dan kerugian yang besar.
Pengamat militer ini juga meminta masyarakat internasional segera melakukan penyidikan terhadap bom yang terlarang dan digunakan oleh jet tempur Arab Saudi tersebut.
Kawasan Faj Attan dan daerah sekitarnya pada Jumat malam hingga Sabtu pagi menjadi target bom-bom jet tempur Arab Saudi. Hingga kini sejumlah besar warga tewas dan sebagian lainnya menderita luka-luka atau mengalami sesak nafas.
Jet tempur Arab Saudi bersama sekutunya sejak 26 Maret hingga memulai agresinya ke Yaman dan tercatat ribuan warga sipil Yaman tewas atau terluka akibat brutalitas tersebut.
Serangan udara Arab Saudi dilaporkan menarget infrastruktur, bangunan sipil dan kawasan pemukiman Yaman. Sementara meski telah terbukti koalisi Arab menggunakan senjata terlarang dalam melakukan pelanggaran perang, PBB hanya berdiam diri saja. Arab Saudi memilih tidak menanggapi temuan dilapangan yang dilaporkan HRW tersebut. [Dari berbagai sumber]
source : abna