Menurut Kantor Berita ABNA, Presiden Republik Islam Iran Jum’at sore [15/7] dalam pidatonya saat membuka penyelanggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an Internasional yang ke-32 di Tehran ibu kota Republik Islam Iran dengan membaca penggalan ayat Al-Qur’an "لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ "yang artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Qs. Ali Imran: 164] yang kemudian dilanjutkkanya dengan ucapan selamat kepada seluruh umat Islam khususnya para tamu yang hadir akan hari haul peringatan Mab’ats, yaitu hari diutusnya Muhammad Saw sebagai Nabi dan Rasul untuk seluruh umat manusia, yang diperingati umat Islam setiap 27 Rajab tiap tahunnya.
Hujjatul Islam wa Muslimin Dr. Hasan Ruhani menyatakan, “Al-Qur’an al-Majid adalah kitab langit yang memberikan cahaya dan hidayah bagi umat Islam dan rahmat dan pencerahan bagi siapapun yang mendambakan hak dan kebenaran.”
Beliau melanjutkan, “Meskipun Allah Swt telah menurunkan kitab pada umat-umat sebelumnya, namun Al-Qur’an memeliki keistimewaan tersendiri, bahkan menjadi penyempurna bagi kitab-kitab sebelumnya.”
Presiden Iran tersebut dalam pidatonya juga menegaskan bahwa satu-satunya kitab langit yang masih steril dan terjaga dari perubahan dan penyimpangan adalah Al-Qur’an al-Karim. Ia berkata, “Wahyu-wahyu yang termaktub pada kitab-kitab langit sebelumnya telah mengalami penyimpangan dan campur tangan manusia, namun Al-Qur’an tidak mengalami hal yang demikian. Al-Qur’an yang turun dan diterima oleh Nabi Muhammad Saw adalah juga yang kita lihat dan berada ditangan kita saat ini, dari sisi isi maupun susunannya. Dalam periwayatannya tidak mengalami penyimpangan dan perubahan sedikit pun.”
“Karena itu dalam dunia Islam tidak ada perbedaan pendapat mengenai wajibnya merujuk kepada Al-Qur’an. Ini adalah nikmat besar dari Allah Swt untuk umat Islam yang harus disyukuri dan dijaga.” lanjutnya.
Selanjutnya Presiden Rouhani menegaskan bahwa titik pemersatu Umat Islam yang terdiri dari beragam mazhab adalah kepercayaan yang satu mengenai Al-Qur’an. Ia mengatakan, “Salah satu faktor yang dapat menjadi dasar pemersatu umat Islam adalah keyakinan yang sama terhadap Al-Qur’an termasuk seluruh umat Islam sedunia membaca Al-Qur’an yang sama dalam bahasa yang sama. Jika sekiranya setiap bangsa dan suku membaca Al-Qur’an berdasarkan bahasanya masing-masing, maka kita tidak akan menemui adanya jalinan yang erat dan ikatan emosional yang kuat antara umat Islam dari banyak negara sebagaimana yang kita saksikan hari ini.”
“Al-Qur’an adalah kitab penuh berkah yang seluruh kandungannya memuat kebaikan dan keberkahan yang ditujukan untuk seluruh umat manusia khususnya umat Islam. Diantara bentuk keberkahannya, adalah membaca dan menghafalkannya dinilai sebagai bentuk ibadah yang mengandung keutamaan yang sangat besar. Meski demikian, yang lebih utama dari membaca, mentadabburi dan menghafalkannya adalah mengamalkan pesan-pesan Ilahiah didalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Amalan dan segala tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai Qur’ani akan mengundang rahmat Allah Swt.” tambahnya.
“Keistimewaan lain dari Al-Qur’an, adalah mampu memberi hidayah dan petunjuk bagi siapapun yang mendambakan kebenaran.” lanjutnya lagi.
Presiden Republik Islam Iran tersebut dalam lanjutan pidatonya menyebutkan, “Memahami dan mentadabburi Al-Qur’an adalah perhatian terbesar kita, namun lebih utama dari itu adalah mengamalkannya. Yang dikehendaki Al-Qur’an dari umat Islam adalah ketakwaan, persatuan, dan ukhuwah antar kaum muslimin, amar ma’ruf dan nahi munkar, ibadah, shalat, puasa dan haji.”
“Sudah semestinya umat Islam, ketika diberitakan dalam buku-buku, koran-koran, situs-situs berita maupun dalam artikel-artikel adalah mengenai hal-hal positif yang dilakukannya, bukan mengenai keburukan atau tebaran musibah yang ditimbulkannya untuk kemanusiaan. Karena dengan mengamalkan perintah Al-Qur’an, kita semestinya menjadi manusia-manusia yang lurus dan bermanfaat bagi kehidupan di dunia.” tambahnya.
Dibagian akhir pernyataannya, Dr. Rouhani berharap agar negara-negara muslim bisa semakin menjalin hubungan yang erat dan memperkuat persatuan Islam. Ia berkata, “Kita harus saling membantu satu sama lain sesama muslim, harus saling menguatkan, harus menghindari perpecahan dan permusuhan, kita jangan sampai yang disinggung Rasulllah, bahwa Islam hanya tinggal nama dan yang tersisa dari Al-Qur’an hanyalah nama sebuah kitab.”
“Kita tidak berharap, suatu waktu ada bangunan yang sedemikian megah dan indah yang dinamakan masjid namun kosong dari jamaah. Atau lebih parah lagi, masjid dibangun untuk dijadikan corong untuk saling memfitnah satu sama lain. Dan kita tidak berharap, peristiwa memilukan dan rangkaian tragedi yang terjadi Irak, Yaman dan Pakistan oleh kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam namun membantai umat Islam dan kita berdiam diri saja tidak melakukan tindakan apa-apa.”
Disebutkan Musabaqah Tilawatil Qur’an Internasional ke-32 terselenggara di Tehran setelah dibuka oleh Presiden Hasan Rouhani pada Jum’at sore [15/5]. Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah qari dan hafiz Qur’an dari 85 negara termasuk delegasi Indonesia.
source : abna