Menurut Kantor Berita ABNA, upaya-upaya kelompok takfiri untuk mencitrakan bahwa Ahlus Sunnah di Iran yang dikuasai rezim Syiah dalam kondisi terzalimi dan menyedihkan masih terus dipropagandakan. Upaya tersebut sadar atau tidak, justru memberi keuntungan bagi pihak musuh, yang dapat dengan mudah mencitrakan umat Islam dalam kondisi terpecah belah dan saling menindas satu sama lain. Ulama-ulama Ahlus Sunnah di Khurasan Iran memberikan pernyataan terbuka akan dustanya fitnah Ahlus Sunnah di Iran dalam kondisi terzalimi dan dakwah mereka dilarang pemerintahan Iran. Menurut mereka rekayasa tersebut hanya akan melemahkan umat Islam, sehingga pihak musuhlah yang akan mengambil manfaat dari kondisi lemah tersebut.
Dari dulu Khurasan adalah kota yang diperhitungkan dan disegani. Banyak ulama Ahlus Sunnah yang terlahir dari kota ini, sebut saja Imam Muslim [penulis kitab Sahih Muslim], Imam Hakim [penulis kitab Mustadrak al Hakim] dan Imam al-Ghazali [penulis kitab Ihya Ulumuddin], sampai saat ini, meski sebagian Khurasan masuk dalam wilayah Iran, namun itu tidak mematikan perkembangan dan dakwah Ahlus Sunnah di Khurasan. Prof. Imam Suprayogo [Mantan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang] dan sejumlah tokoh Islam Indonesia lainnya pernah mengunjungi salah satu pesantren Ahlus Sunnah di Khurasan Iran pada bulan Oktober 2014. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri, ada penyelewengan fakta yang selama ini diumbar oleh sejumlah aktivis Islam di Indonesia, bahwa Sunni di Iran tertindas dan dakwahnya dikekang. Di Khurasan sampai saat ini masih berdiri bejibun pesantren, sekolah-sekolah agama bahkan universitas Islam Sunni.
Berikut diantara ulama Ahlus Sunnah Khurasan Iran yang memberikan pernyataannya mengenai Iran, ISIS, konspirasi musuh dan persatuan Islam dan mengcounter bertebararannya fitnah bahwa Ahlus Sunnah di Iran dalam kondisi terzalimi dan dakwah mereka dilarang pemerintahan Iran.