Menurut Kantor Berita ABNA, Raja Salman, raja Arab Saudi, pada jum’at malam [4/9] setibanya di Washington, ibu kota Amerika Serikat, langsung diagendakan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama di Gedung Putih.
Kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz ke Amerika Serikat tersebut adalah yang pertama kalinya sejak ia menjabat sebagai kepala negara Arab Saudi menggantikan raja Abdullah bin Abdul Aziz yang mangkat karena infeksi paru-paru pada bulan Januari lalu.
Dalam pertemuan dua sahabat dekat tersebut, membicarakan mengenai kondisi terakhir Timur Tengah, khususnya mengenai konflik Suriah, keadaan terakhir Yaman, menguatnya pengaruh politik Iran di Timur Tengah pasca kesepakatan penggunaan Nuklir dengan negara-negara maju, dan kelompok teroris ISIS.
Raja Salman dalam pertemuan tersebut menegaskan, pentingnya peran Amerika Serikat dalam menciptakan stabilitas keamanan di Timur Tengah. “Tidak ada pilihan yang lebih baik dari semakin menguatkan kerja sama dengan Amerika Serikat, yang diharap dapat meredakan konflik di Timur Tengah dan mencegah pengaruh Iran yang semakin mengkhawatirkan.” ungkapnya.
Presiden Obama dalam pertemuan tersebut mengamini pernyatan raja Arab Saudi dengan mengatakan, “Kerjasama Amerika Serikat bersama Arab Saudi untuk menciptakan stabilitas di Timur Tengah akan terus dilanjutkan.”
Dalam pertemuan tersebut juga dibahas langkah-langkah strategis untuk melawan kegiatan Iran yang dianggap mendestabilitasi wilayah Timur Tengah.
Hubungan dekat raja Salman dan Presiden Obama diisukan sempat retak, dengan ditolaknya undangan Presiden Obama oleh raja Salman di Camp David. Diduga penyebab keretakan tersebut, kekecewaan Arab Saudi atas ketidakberdayaan Amerika Serikat dalam perundingan mengenai nuklir Iran. Namun, kedatangan Raja Salman ke Gedung Putih menemui Presiden Obama membantah spekulasi tersebut. Kedua kepala negara tersebut bersepakat akan menjegal pengaruh Iran di Timur Tengah.
Arab Saudi adalah sekutu terdekat Amerika Serikat. Disebutkan dalam sepuluh tahun terakhir Arab Saudi telah dua kali berhasil menyelamatkan Amerika Serikat dari krisis ekonomi. Pasca agresi AS ke Irak, AS berada dalam ancaman kebangkrutan, Arab Saudi memulihkan ekonomi AS dengan belanja senjata besar-besaran buatan AS. Dan tahun ini, Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia, berkomitmen untuk terus memproduksi minyak mentah meskipun harga sedang turun. Hal tersebut dipercaya telah turut membantu memberikan kontribusi untuk pemulihan ekonomi AS.
source : abna