Menurut Kantor Berita ABNA, dua ledakan bom yang terjadi di ibu kota Turki, Ankara pada Sabtu (10/10) waktu setempat menewaskan 86 orang dan 186 lainnya terluka.
Bom tersebut meledak di tengah aksi damai yang menentang kekerasan antara pemberontak Kurdi dan pasukan keamanan Turki. Dua buah bom meledak di di dekat stasiun kereta di Ankara, Turki Sabtu (10/10), setidaknya 86 orang tewas dan 126 luka-luka ketika ledakan kembar itu meledak pada saat para aktivis berkumpul untuk aksi damai yang diselenggarakan oleh kelompok oposisi sayap kiri dan pro-Kurdi.
Hingga saat ini, masih belum diketahui apa motif dari peledakan tersebut. Dan kenapa ledakan tersebut terjadi dikerumunan demonstran.
Beberapa foto yang didapat oleh fotografer Associated Press menampilkan beberapa sosok mayat korban ledakan yang ditutupi oleh spanduk-spanduk demonstran.
Serangan yang terjadi di dekat stasiun kereta api utama Ankara itu merupakan ledakan paling mematikan dalam sejarah kota tersebut. Serangan itu juga segera meningkatkan ketegangan yang semula memang sudah tinggi di tengah tindakan ofensif pemerintah terhadap milisi Kurdi, menjelang pemilu Turki pada 1 November nanti,
Mayat para aktivis “Kerja, Perdamaian dan Demokrasi” yang tewas, terlihat berserakan di tanah setelah ledakan, bersama dengan spanduk-spanduk yang semula mereka bawa.
62 orang tewas ditempat dan 24 lainnya meninggal akibat luka-luka di rumah sakit. Menteri Kesehatan Mehmet Muezzinoglu mengatakan pada wartawan di Ankara bahwa masih ada 186 orang lainnya yang menderita luka-luka akibat serangan tersebut.
Seorang pejabat pemerintah Turki mengatakan kepada AFP bahwa pemerintah “menduga hal ini ada hubungannya dengan teroris,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Laporan-laporan mengatakan mereka sedang menyelidiki apakah serangan pembom bunuh diri terlibat di dalamnya.
Kekacauan segera tercipta begitu terjadi ledakan. Polisi segera memenuhi TKP dan ambulans hilir mudik mengangkut pasien.
“Kami mendengar sebuah ledakan besar dan kemudian disusul satu ledakan yang lebih kecil dan kemudian ada keramaian dan kepanikan. Kemudian kami melihat mayat-mayat di sekitar stasiun,” ungkap Ahmet Onen, 52.
“Sebuah demonstrasi yang semula menyuarakan perdamaian, kini telah berubah menjadi pembantaian. Saya tidak mengerti semua ini,” katanya terisak-isak.
Seorang reporter AFP melaporkan bahwa para polisi Turki melepaskan tembakan ke udara untuk menghalau para demonstran yang marah atas kematian teman-teman sesama aktifis mereka di TKP.
Sebuah rekaman video amatir yang diperlihatkan televisi NTV, menunjukkan para aktifis yang tersenyum, saling bergandengan tangan dan berdansa sebelum tiba-tiba mereka berjatuhan ketika ledakan besar terjadi di belakang mereka.
Laporan awal menyatakan bahwa yang terjadi adalah ledakan tunggal, namun media Turki kemudian mengatakan ada dua ledakan terpisah dengan jangka waktu singkat.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa ratusan orang di Ankara bergegas menuju ke rumah sakit untuk menyumbangkan darah bagi para korban.
Partai Rakyat Demokratik pro-Kurdi (HDP) adalah salah satu dari beberapa kelompok yang ikut mengambil bagian dalam aksi demonstrasi pro-perdamaian tersebut.
“Kita dihadapkan dengan sebuah pembantaian besar. Sebuah serangan barbar telah dilakukan,” ungkap Selahattin Demirtas, pemimpin HDP.
Ia menyalahkan “mafia negara” dan mentalitas pemerintah yang bertindak seperti seorang pembunuh berantai” atas serangan itu.
Serangan itu datang menjelang pemilu yang akan berlangsung pada 1 November dan ditengah gelombang kerusuhan yang terus terjadi di Turki selama beberapa bulan terakhir. (ARN)