Pertemuan ke-23 antara Hizbullah dan gerakan Al Mustaqbal, Lebanon berakhir dengan dicapainya kesepakatan untuk mengaktifkan kembali pemerintahan negara itu.
Stasiun televisi Al Manar, Lebanon (26/1) melaporkan, Hizbullah dan Al Mustaqbal, Senin (25/1) dalam pertemuan ke-23 di gedung parlemen kedua Lebanon di Ayn Al Tineh, Beirut berusaha mendekatkan sikap dan solusi terkait upaya mengaktifkan kembali kabinet dan memberi kesempatan penyelesaian masalah masyarakat.
Pertemuan itu membahas poin-poin yang dipertentangkan kedua pihak dan metode penyelesaian masalah dalam kerangka politik yang mendukung upaya menjaga dan memperkuat perdamaian serta keamanan dalam negeri.
Nader Hariri, Kepala kantor Saad Hariri, Pemimpin Al Mustaqbal, Nohad El Machnouk, Mendagri Lebanon dan Samir Al Jisr, anggota parlemen, mewakili Al Mustaqbal, dan Hussein Al Khalil, Wakil urusan Politik, Sekjen Hizbullah, Hussein Hajj Hassan, Menteri Industri dan Hassan Fadhlallah, anggota parlemen, mewakili Hizbullah.
Ali Hassan Khalil, Menteri Keuangan Lebanon mewakili Nabih Berri, Ketua Parlemen negara itu, turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan pertama antara Hizbullah dan Al Mustaqbal dilakukan pada bulan Desember 2014.
Pertemuan itu mendapat sambutan luas dari kalangan politik dan masyarakat Lebanon. Sejumlah pengamat percaya pertemuan ini memainkan peran menonjol dalam menurunkan tensi ketegangan mazhab di Lebanon.
Sejak berakhirnya kepemimpinan Michel Sleiman pada Mei 2014, kubu-kubu politik Lebanon tidak berhasil mencapai kesepakatan untuk memilih penggantinya. (IRIB Indonesia/HS)
source : irib