bertempat di Auditorium Al Mustafa STFI Sadra, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Musthafa STFI Sadra Jakarta mengadakan Peringatan Wiladah Sayyidah Fatimah Az-Zahra Alaihassalam Jumat (1/4). Acara ini bertujuan untuk mengenang dan meneladani putri terkasih Rasulullah SAW sebagai Figur Wanita yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan keshalihan dan kesucian batin yang dimilikinya.
Hadir membuka secara resmi Ustadz Hasyim Adnan, MA (Kepala Departemen Bimbingan dan Kebudayaan); dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa hendaknya para wanita terutama dari kalangan generasi muda untuk mencontoh kehidupan dan pandangan hidup Fatimah Az-Zahra dalam mengarungi kehidupan. Selain itu, hadir pula pembicara dalam acara ini Dina Y. Sulaeman (Kandidat Doktor dari Universitas Padjajaran) yang sangat aktif dan produktif berkenaan dengan isu-isu feminisme dan juga analis geopolitk.
Dina Y. Sulaeman menyatakan bahwa Fatimah Az-Zahra merupakan tokoh perempuan lintas zaman yang menjadi inspirasi bagi setiap pejuang wanita. Hal yang paling menonjol dari perjuangan fatimah adalah perjuangan dalam bidang agraria yang disimbolkan dengan tanah fadak. Tanah yang menjadi subjek utama dalam isu agraria dalam banyak studi disimbolkan dengan feminimitas. Tanah adalah sumber dari kelahiran segala sesuatu dibumi ini. Dalam banyak kebudayaan tanah digambarkan sebagai perwujudan makhluk spritual yang berdimensi feminim. Bangsa kita sejak lama mendefinisikan tanah air sebagai Ibu pertiwi. Dalam tradisi kuno disebutkan bahwa Tanah adalah ibu bagi semua makhluk yang darinya pula kita memperoleh makanan, sebagaimana bayi yang mendapatkan makanan dari air susu ibu. Alam semesta dalam kosmologi Timur juga digambarkan sebagai metafora dari perempuan.
Dina Sulaiman menambahkan bahwa sejak tahun 70-an para ahli memunculkan isu ekofeminisme yang mencoba menghubungkan kerusakan alam atau perampasan tanah dengan penindasan perempuan. Ekofeminisme ini adalah anti-tesis dari feminisme yang memaksa wanita untuk masuk kewilayah maskulinitas dan merusak dasar-dasar feminisme itu sendiri. Teori ini menggambarkan bahwa ketika perampasan tanah terjadi, maka penindasan terhadap perempuan juga terjadi secara bersamaan.
Dina sulaeman juga memberikan beberapa contoh perjuangan wanita dalam kasus agraria dalam konteks ke-kinian seperti contohnya Eva Bande yang merupakan tokoh agraria dari Sulawesi Selatan yang mempertahankan hak lahan bagi masyarakat. Begitu juga Gunarti dan Sukinah dari Rembang yang mempertahankan tanah mereka di Kendeng Utara dari perampasan yang dilakukan oleh Pabrik Semen secara sepihak. Para wanita pejuang agraria ini tidak berasal dari kalangan intelektual namun melainkan berasal dari masyarakat biasa. Keduanya berhasil menyadarkan 300-an kalangan wanita di desanya untuk bersama-sama mempertahankan hak atas lahan. Kesadaran terhadap kemerdekaan agraria adalah kesadaran yang sangat mendasar dalam diri setiap wanita. Inilah yang menjadi salah satu ciri dari perjuangan Fatimah Az-Zahra as.
Dalam acara ini juga ditampilkan persembahan Puisi dan Nasyid sebagai wujud kecintaan terhadap Putri Rasulullah Saw.
source : abna24