Dalam tema ini akan diulas tentang pentingnya persaudaraan di antara umat Islam dan faktor-faktor yang menumbuhkan persaudaran tersebut. Ajaran Islam mendorong persatuan dan solidaritas di antara kaum Muslimin tanpa memandang perbedaan ras, etnis, bahasa dan mazhab. Kongres Haji adalah manisfestasi dari perintah yang ditekankan dalam Islam itu.
Umat Islam yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa secara bersamaan menyuarakan kalimat Tauhid "La Ilaha Illa Allah" dan mempercayai risalah Nabi Muhammad Saw serta meyakini bahwa Islam adalah agama penutup. Umat Islam meyakini al-Quran sebagai kitab suci langit yang menjadi pedoman bagi mereka dalam menjalani kehidupan. Mereka menunaikan salat ke arah kiblat yang sama dan melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekah serta menjadikan Idul Kurban sebagai hari raya umat Islam. Selain itu, umat Islam juga mencintai keluarga Rasulullah Saw dan menghormatinya.
Semua hal tersebut telah cukup untuk menyambungkan hati-hati umat Islam dan menggugah perasaan persaudaraan di antara mereka. Dengan tujuan dan perasaan yang sama itu, umat Islam dapat menciptakan persatuan dan solidaritas, dan menjamin kepentingan-kepentingan bersama. Persaudaran dalam masyarakat religius adalah seruan semua umat Islam sejak Nabi Muhammad Saw hingga semua penganut agama ini bersatu di bawah panji Tauhid. Untuk mencapai tujuan-tujuan dari risalahnya, Rasulullah Saw telah mengobarkan semangat persaudaraan di antara umat Islam. Beliau selain mendorong kaum Muslimin untuk memperhatikan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai saudara seagama, juga melakukan berbagai upaya untuk menciptakan persatuan dan persaudaraan di antara umat Islam.
Ketika kaum Muslimin di Mekah mendapat berbagai ancaman dari kaum Musyrikin, Nabi Muhammad Saw mendorong orang-orang yang baru masuk Islam untuk menjaling persaudaraan dan bersatu. Di Madinah, Rasulullah Saw juga mempersatukan kaum Muslimin Muhajirin dan Ansar dalam sebuah ikatan persaudaraan. Beliau sebagai panutan bagi masyarakat, memposisikan Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya. Perilaku beliau itu kemudian diikuti oleh kaum Muhajirin dan Ansar.
Pada dasarnya, Rasulullah Saw telah memisahkan pengertian saudara seagama dengan definisi persaudaraan tradisonal yang biasa terjadi di masyarakat Arab. Beliau memperluas makna persaudaraan dari tingkat hubungan keluarga, kabilah dan suku menjadi sebuah keluarga besar dari orang-orang mukmin, di mana saudara-saudara perempuan dan laki-laki seagama memiliki tanggung jawab dan kewajiban di hadapan masing-masing, dan berusaha untuk melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban tersebut.
Pentingnya persaudaraan tercermin dalam sabda Nabi Muhammad Saw, "Tidak ada perbuatan yang aku sukai selain tiga perkara: mengenyangkan Muslim yang lapar dan membayar hutang-hutangnya serta menghilangkan kesedihan yang tampak di wajahnya; barang siapa menghilangkan kesedihan seorang mukmin, Allah Swt akan menghapus kesedihannya di hari kebangkitan, dan Allah Swt akan membantu hambanya selama ia membantu saudaranya."
Sejak permulaan Islam, menjaga persatuan telah menumbuhkan integrasi dan kekompakan di antara kaum Muslimin dan mereka mampu mencapai kemenangan dalam menghadapi musuh yang jumlahnya sangat banyak. Dalam al-Quran surat Al-i-Imran ayat 103, Allah Swt berfirman, "Berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah kesemuanya dan janganlah kamu berpecah-belah, serta ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu bermusuh-musuhan, maka dirukunkan-Nya di antara hatimu, lalu jadilah kamu berkat nikmat-Nya bersaudara, padahal kamu telah berada di pinggir jurang neraka, lalu diselamatkan-Nya kamu daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya supaya kamu memperoleh petunjuk."
Di sisi lain, Al-Quranul Karim menempatkan perpecahan dalam barisan azab ilahi. Allah Swt dalam surat al-Anam ayat 65 berfirman, "Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu menjadi golongan-golongan dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain." Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan tentang ayat-ayat, barangkali saja mereka mau memahaminya."
Berangkat dari ayat tersebut, umat Islam yang berilmu selalu berusaha menemukan solusi untuk saling menguatkan persaudaraan. Penguatan iman adalah salah satu faktor penting untuk menciptakan persaudaraan di antara umat Islam. Iman adalah cahaya yang menerangi jalan dan tujuan manusia, sementara tidak beriman adalah sebuah kegelapan. Orang yang berada di kegelapan tidak akan pernah melihat jalan dan juga tidak mengetahui tujuannya.
Al-Quranul Karim menjelaskan hakikat bahwa iman adalah sumber persatuan, sementara tidak beriman merupakan sumber perpecahan. Menurut pandangan al-Quran, perpecahan dan kehancuran adalah era sebelum Islam, namun ketika Islam datang dan iman tumbuh dalam hati masyarakat, sikap kesukuan mulai luntur dan perpecahan pun sirna tergantikan dengan persatuan di antara masyarakat.
Keselarasan pemikiran adalah faktor lain yang dapat meningkatkan spirit dan sekaligus mampu menyatukan masyarakat meskipun mereka berbeda ras dan bahasa serta berada di tempat yang terpisah nan jauh. Bahkan sebuah komunitas siap untuk memutus hubungannya dengan yang lain supaya dapat bergabung dengan saudara seiman mereka. Kebalikan dari spirit tersebut adalah menyendiri dan mengisolasi diri. Al-Quran menilai mengisolasi diri sebagai perbuatan yang salah. Kitab suci tersebut telah memberikan solusi yang efektif dan mengajak semua umat Islam untuk aktif di masyarakat dan tidak berhenti untuk menciptakan masyarakat ideal.
Berkumpulnya ratusan ribu Muslim di musim haji adalah kesempatan terbaik untuk berdialog dan menyelaraskan pemikiran untuk menguatkan sendi-sendi persaudaraan. Dalam al-Quran telah disinggung mengenai peringatan terhadap mereka yang lalai untuk membentuk masyarakat yang sehat. Allah Swt dalam surat al-Anfal ayat 25 berfirman, "Dan peliharalah diri kalian daripada siksaan (fitnah). Ia tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya (terhadap orang-orang yang melanggar perintah dan larangan-Nya)." Dengan kata lain, api fitnah tidak hanya membakar orang-orang yang lalim, tetapi juga akan melalap semua.
Persahabatan umat Islam dan saling membantu di antara mereka adalah faktor lain untuk menumbuhkan persaudaraan. Dalam surat Fath ayat 29, Allah Swt berfirman, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka…." Dengan demikian, persahabatan adalah salah satu karakter orang-orang yang beriman.
Imam Jafar Shadiq as menilai kasih sayang sebagai hal yang diperlukan dalam persahabatan di antara orang-orang Mukmin. Beliau mengatakan, "Di antara hak mukmin atas mukmin yang lain adalah membangun persahabatan internal dan memberikan bantuan finansial." Beliau menegaskan pentingnya persahabatan dan bantuan finansial di antara kaum Muslimin. Terkadang beliau menganggap bantuan finansial sebagai tanda kesempurnaan iman dan mengabaikannya sebagai tanda keluar dari wilayah Tuhan dan berkhianat kepada-Nya, rasul-Nya dan masyarakat mukmin. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak beriman seseorang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara saudara seimannya dalam kondisi kelaparan." Dengan demikian, persaudaraan dan saudara seiman menimbulkan rasa saling mencintai di antara kaum Mukminin dan mendorong mereka untuk membantu saudaranya.
Manusia adalah makhluk sosial. Namun sifat sosial itu tentunya bukan berarti manusia hanya hidup bersama di sebuah wilayah dan memanfaatkan lingkungan secara bersama-sama serta tidak ada hubungan pemikiran dan spiritual. Sebab, jika kehidupan sosial dan pembentukan masyarakat dimaknai seperti itu, maka pepohonan yang tumbuh di dalam satu kebun dan hewan yang hidup dalam satu padang pasir, termasuk ke dalam definisi kehidupan sosial seperti manusia.
Untuk kelangsungan kehidupan sosialnya, sebuah komunitas terpaksa menjalin hubungan bilateral dan multilateral dengan masyarakat lainnya. Dalam kehidupan sosial, setiap orang akan menerima imbalan atas pelayanan yang telah ia berikan kepada orang lain dan sebaliknya. Konsep pemikiran Islam tentang persaudaraan dan saudara seiman teraktualisasi dengan sempurna di tengah masyarakat dan kehidupan sosial. Semua anggota masyarakat dianggap sebagai satu tubuh; jika salah satunya terkena musibah maka anggota masyarakat lainnya tidak berdiam diri dan membiarkannya.
Imam Jafar Shadiq as berkata, "Seorang mukmin dengan mukmin lainnya bersaudara seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh itu sakit maka anggota tubuh lainnya juga menderita." Dengan demikian, konsep pemikiran persaudaraan dan saudara seiman yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw adalah keadilan sosial, perbaikan hubungan berbagai komunistas dan penguatan persaudaraan di antara orang-orang Mukmin. Waktu yang tepat untuk menjalin persaudaraan tersebut adalah di musim haji.
Mengenai persaudaraan Islam, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Pelajaran besar dari haji adalah penguatan semangat persaudaraan dan solidaritas. Di sana bahkan berdebat dengan orang lain dilarang. Pakaian dan gerakan yang sama dan perilaku kasih sayang di sini dimaknai sebagai kesetaraan dan persaudaraan bagi mereka yang meyakini dan terikat kepada poros tauhid ini…. "
source : alhassanain