Jangan coba melupakan seseorang. Karena untuk melupakan seseorang anda harus mengingatnya terlebih dahulu. Itupun kalau anda berhasil melupakan orang itu, bila gagal melupakannya maka yang terjadi anda hanya akan mengingatnya, mengingatnya dan terus mengingatnya. Semakin anda coba melupakannya semakin sering anda mengingatnya.
Untuk menolak 'pemimpin kafir', berarti anda harus terus membicarakan si 'pemimpin kafir', harus terus menyebut namanya. Itupun kalau anda berhasil menolak 'pemimpin kafir' itu. Kalau gagal, anda hanya mempromosikannya secara gratis, mempopulerkannya di khalayak ramai.
Semakin sering anda menggelar tabligh, seminar dan aksi menolak 'pemimpin kafir', semakin anda menjulangkan namanya. Karena kadang orang tidak peduli dengan apa yang anda sampaikan dan bagaimana anda mendeskripsikannya. Kebanyakan orang hanya peduli dengan siapa yang dibicarakan dan mereka akan mencari tahu sendiri siapa sosok yang diangkat tersebut. Ini zaman informasi bung, apalagi ini ibukota. Bodoh adalah pilihan.
Sama halnya dengan Syi'ah. Semakin ramai media-media takfiri intoleran menjelek-jelekkan Syi'ah, justru pengikut Syi'ah semakin banyak dari waktu ke waktu. Kalau mungkin puluhan tahun lalu yang namanya peringatan Asyura, Iedhul Ghadir dll hanya diikuti puluhan orang (secara tertutup), beberapa tahun terakhir bisa diikuti ratusan bahkan ribuan jemaah dengan menyewa aula raksasa. Semakin sering media-media takfiri menyebar propaganda Anti-Syi'ah, justru semakin membuat kalangan awam penasaran tentang Syi'ah. Inilah yang dinamakan Boomerang effect.
Kalangan itu harus tahu bahwa tempat mereka hidup adalah komunitas manusia, yang punya kebebasan berpikir, rasa ingin tahu dan hidup di era keterbukaan informasi. Bukan sekumpulan kerbau yang diikat hidungnya dengan tali dan akan menurut kemanapun ia dibawa.
Orang-orang ini masih menggunakan metodologi usang untuk menolak sesuatu yang bahkan sejak 1400 tahun lalu pun Nabi tidak pernah menggunakannya. Nabi tidak pernah membuat tabligh Akbar "Anti-Abu Lahab" padahal ia memiliki ribuan pengikut (padahal kurang kafir apa Abu Lahab?), atau menyelenggarakan deklarasi "Tolak Raja Negus" atau "Tolak Kafir Nasrani Najran", apalagi sampai membuat perkumpulan 'anti-antian' semacam "Aliansi Anti Yahudi" atau "Aliansi Anti-Romawi" atau aliansi kekanak-kanakan lainnya. Bahkan saat dulu Umar bin Khatab dari Bani Adi hendak membunuh Nabi (saat masih kafir), pernahkah terdengar Nabi membuat deklarasi "Aliansi Anti-Umar"?
Ya, untung Nabi kita tidak kekanak-kanakan.
Kurang banyak apa dulu kesesatan yang bertebaran di sekitar Nabi, bahkan masa diutusnya Nabi dikenal sebagai zaman jahiliyah. Kalau Nabi dulu hanya disibukkan dengan bikin kelompok anti-antian, tolak ini, tolak itu, tolak anu, mungkin Islam tidak akan tersisa hari ini karena cara dakwahnya yang kekanak-kanakan, serba cari musuh, cari perang, tebar sesat, kafir, bukannya sibuk menebar damai dan Rahmat ke seluruh alam.
Memang beda cara dakwah Nabi yang diutus Allah dengan perantara bisikan Jibril as dengan cara "dakwah anti-antian" yang berasal dari pola pikir kaum unyu-unyu itu. Beda metode dan beda efektifitas, bagaikan bumi dan langit.
Justru cara-cara kuno seperti itulah yang biasa digunakan kaum kafir Quraisy dalam menolak Nabi ketika mereka mengadakan "Tabligh Akbar" Tolak Agama Muhammad di balai pertemuan Bani Nadhir. Atau ketika kaum Quraisy mengadakan perundingan akbar di Darun Nadwah dan membuat deklarasi kesepakatan untuk menghabisi Nabi dengan mengutus satu pemuda dari setiap kabilah untuk membunuh Muhammad.
Lucu ya, menolak kafir tapi menggunakan cara-cara kafir.
Jadi saran saya berkacalah dari sejarah. Dalam menolak 'pemimpin kafir' gunakanlah cara yang benar dan efektif seperti yang digunakan Nabi. Saya bukan fans berat Ahok, dan juga bukan pembencinya. Tapi saya capek selalu senyum manis dikulum setiap melihat metode tidak efektif yang ditunjukkan kaum Anti-Ahok dalam menolak tokoh yang dibencinya. Apalagi cara konyol yang dipamerkan kelompok-kelompok Anti Syi'ah dalam menolak Syi'ah. Bukannya menolak, malah makin mempopulerkannya.
Saran saya, jangan tunjukkan mereka salah, tapi tunjukkan anda benar. Menunjukan orang lain salah tidak lantas membuat anda benar. Hanya sibuk teriak "Tolak pemimpin Kafir" tidak akan memberi solusi. Satu-satunya cara efektif menolak pemimpin kafir adalah dengan mengusung pemimpin muslim yang bersih dan punya track record mumpuni, bukan sekedar kambing dibedakin yang penting ga kafir.
Ngerti kan saudaraku?
22 September 2016,
Ahmad Zainul Muttaqin
(Sedang terdampar di sebuah daerah antah-berantah susah sinyal)
source : abna24