Indonesian
Wednesday 9th of October 2024
0
نفر 0

Mengapa Kebohongan Dibalik Save Aleppo Harus Diungkap

Mengapa Kebohongan Dibalik Save Aleppo Harus Diungkap

Suriah sebelum tahun 2011 adalah negara yang damai dan aman. Warganya yang hidup dalam keragaman menjalani hari-harinya dengan harmonis. Kesejahteraan dan kemakmuran penduduknya hampir merata dengan hutang luar negeri nyaris nol. Suriah bukan hanya menjadi tujuan wisata turis mancanegara, namun juga menjadi target pelajar asing untuk melanjutkan studinya. Setidaknya sesaat sebelum konflik tercatat 250 mahasiswa Indonesia sedang studi diberbagai kota di Suriah. Sampai saat ini, alumni mahasiswa Indonesia di Suriah total menembus angka 10 ribu orang.

Simak kesaksian mereka, warga Indonesia yang merasakan langsung kenyamanan di Suriah. Ahmad Fuadi Fauzi  (Ketua PPI-Suriah) bercerita mengenai perbandingan Suriah sebelum dan setelah krisis khususnya pada bulan Ramadhan. “"Kadang mahasiswa berburu makanan berbuka yang enak-enak di masjid-masjid tertentu. Apalagi orang Damaskus terkenal dermawan kepada para pelajar asing. Pulang tarawih kadang dikasih uang." (Tempo, 21/6/2015).

"Sebelum krisis, kita bebas bepergian jam berapa pun dan ke mana pun. Bahkan anak-anak bermain bola di lapangan hingga larut malam di musim panas. Tidak ada orang yang menanyakan siapa dan maksud kita apa," ujar Ahsin Mahrus, mahasiswa pascasarjana di Universitas Kuftaro.

Wakil Sekretaris Jenderal Al-Syami (Ikatan Alumni Syam Indonesia) Najih Ramadhan memastikan tidak ada satupun mahasiswa dan alumni Indonesia di Suriah bergabung dengan Jabhah Nusra ataupun kelompok militan manapun yang memerangi pemerintah Suriah.  (albalad.co)

Dalam wawancaranya dengan Republika, kepala Dubes Indonesia untuk Suriah Djoko Harjanto (21/3) mengatakan pemerintah Suriah membunuhi rakyatnya tidak benar. Dibalik ketangguhan Bashar Assad sampai tidak jatuh oleh ronrongan internasional itu karena dukungan solid rakyatnya. Kesaksian tersebut menunjukkan rakyat Suriah hidup layak, mapan dan sejahtera dibawah pemerintahan Bashar Assad. Mengenai adanya pihak oposisi, itu biasa dalam sistem bernegara.

Semboyan Suriah yang tegas dipegang pemerintah dan rakyatnya, “al-Din lillah, wa al-Wathan lil Jami’ agama untuk Allah, negara untuk rakyat. Di Suriah agama dan keyakinan menjadi urusan pribadi yang tidak dicampuri negara. Negara hanya mengurusi kesejahteraan dan keamanan rakyatnya tanpa memandang apa agamanya. Tidak pernah terjadi di Suriah demonstrasi menentang calon pemimpin hanya karena beda agama atau beda mazhab. Namun tiba-tiba terjadi perang besar yang merusak banyak infrastruktur dan sendi-sendi kehidupan di Suriah hanya karena mazhab?. Tentu hal yang tidak bisa diterima, baik oleh warga Suriah sendiri, maupun mereka yang masih menjaga akal sehatnya.

Sebenarnya fakta yang diungkap oleh mereka yang menyaksikan dan merasakan langsung kehidupan di Suriah sebelum dan pasca konflik tersebut sudah cukup untuk membantah informasi tidak benar mengenai Suriah yang beredar massif di Indonesia. Tapi semua berjalan dengan begitu cepat. Suara-suara mereka teredam oleh bunyi riuh mesin media-media raksasa yang pro kejatuhan Assad.

Serbuan informasi manipulatif dan berita-berita hoax mengenai Suriah begitu gencar memasuki ruang-ruang pribadi kita. Merusak dan menghancurkan banyak hal. Nikmatnya berselancar di dunia maya dirusak oleh ketegangan karena perdebatan mengenai konflik di Suriah. Media sosial yang sebelumnya digunakan untuk bercengkrama virtual dan bersenang-senang, berubah karena turut emosional menyikapi pro dan kontra konflik Suriah. Hubungan persahabatan bahkan kekeluargaan berantakan karena pilihan sikap yang berbeda. Berapa banyak grup-grup alumni di medsos yang hambar karena perdebatan mengenai Suriah?.

Yang memilih memaparkan bukti-bukti kebohongan media-media propagandis pemberontak Suriah, akan mendapat teror secara pribadi, dan akun medsosnya akan dilaporkan ramai-ramai untuk diblokir paksa. Memilih netralpun akan menerima hujan hujatan. Fenomena yang sangat ganjil sebenarnya. Fenomena yang tidak bisa diterima. Tidak pernah kita berdebat dan saling membenci sekeras ini sebelumnya karena negeri yang dilanda perang nun jauh disana. Ada misi politik dibalik kampanye memusuhi Bashar Assad di Indonesia. Jangan dipungkiri, konflik Suriah telah mengalihkan perhatian umat Islam dari membela Palestina. Selama 5 tahun konflik Suria, Israel terus membangun pemukiman Yahudi di territorial Palestina.

Terlebih lagi, konflik Suriah dibawa-bawa ke ranah aqidah. Syiah yang sebelumnya tidak pernah jadi perhatian khusus di Indonesia, tiba-tiba menjadi fokus perdebatan dan menguras energi umat. Sebelum 2011 tidak pernah ada yang mengurusi Bashar Assad itu mazhabnya apa, padahal telah menjadi presiden di Suriah sejak tahun 2000. Namun tiba-tiba Bashar Assad diklaim Syiah yang membantai rakyatnya sendiri yang Sunni. Efek isu Syiah menembus sampai ke Indonesia. Ulama Indonesia yang menolak mengkafirkan Syiah akan tervonis Syiah juga. Iran yang sebelumnya dielu-elukan di era Ahmadi Nejad sekarang menjadi sasaran hujatan dan kebencian karena mayoritas penduduknya Syiah.

Dengan dalih Assad itu Syiah, maka perang di Suriah dengan target menjatuhkannya seolah bisa dibenarkan, meskipun yang paling merasakan derita dan luka perang adalah warga sipil, tanpa memandang agama dan mazhab. Dengan dalih rakyat Yaman itu Syiah, seolah bisa dibenarkan jet-jet tempur koalisi Saudi memborbardir pemukiman penduduk di Yaman, hanya untuk mendudukkan kembali presiden di kursinya yang melarikan diri dari rakyatnya. Dengan dalih Syiah, seolah menjadi kewajiban agama untuk saling menghantam dan menghujat sesama muslim. Betapa banyak yang tidak memahami Syiah tapi dengan mudah menghakimi, dengan berdalih adanya konflik di Suriah yang oleh media bacaannya digambarkan sebagai rezim Syiah yang membantai Sunni. Betapa informasi dan berita yang penuh kebohongan telah begitu sangat menghancurkan dan merusak. Tidak sedikit yang terbakar ghirah membela sesama muslim yang berangkat ke Suriah untuk turut bergabung dengan pemberontak. Tidak sedikit donasi bentuk simpatik dan kepedulian yang tergelontorkan menuju Suriah yang sayangnya tidak sedikit yang malah jatuh ketangan pemberontak. Sudah berapa banyak waktu yang terkuras saling bersitegang seolah paling tahu kondisi sebenarnya di Suriah. Betapa kita saling mengujat ataupun tidak lagi bertegur sapa karena kebohongan yang tersebar massif dan berulang-ulang. 

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

IMAM HUSAIN ASY-SYAHID, PENGHULU PARA SYAHID
Hijab Akal dan Peran Akal
Imam Baqir, Sang Pencerah Umat
Hikmah Dibalik Hukum-Hukum Allah
Bagaimana hubungan Iman dan ketenangan hati dalam pandangan Al-Quran?
1 Rabiul Awal, Rasulullah Memulai Hijrahnya
Ketika Para Haji ‘Kepincut’ Marxisme
Bima Arya: Kebijakan, Intelektualitas dan Syiah
Mendukung ISIS dan Kubu Pemberontak, Al Jazeera Diusir dari Irak
Amalan dan Doa-Doa Hari 'Idul Fithri

 
user comment